Share

Mendadak Talak

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 16:30:06

“Jadi aku harus bagaimana? Membiarkan kalian terus berhubungan di sini?’

“Kalau begitu, aku yang pergi sejauh mungkin. Aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi,” sela Angel.

“Kamu pikir aku sebodoh itu? Lagi pula, untuk apa aku mempertahankan laki-laki yang lebih mementingkan jabatan dan mantan daripada perkawinannya.” Wahda beralih ke Bagus. “Gus, sekarang juga ceraikan!” 

“Oke!” teriak Bagus. "Untuk apa aku mempertaruhkan jabatan dan Angel untuk perempuan manja dan mandul seperti kamu. Kamu tidak apa-apanya dibandingkan Angel. Hanya seorang dokter, sombongnya minta ampun. Dibanding Angel kamu tidak apa-apanya. Puas?!”

Wahda tersentak. Ekor matanya melihat senyum miring Angel.

“Puas! Puas sekali. Terima kasih telah menyadarkanku. Hari ini, aku seorang Wahda, lima tahun mengabdi suami, telah dihina di depan mantan. Sekarang ceraikan saja aku. Jangan ditunda  lagi. Besok atau lusa sama saja.”

“Baik. Dokter Wahdatul Aisya, detik ini aku juga menceraikanmu,” ucap Bagus terdengar lugas dan tanpa paksaan.

Pecah sudah kaca yang sejak tadi membentuk di matanya. Ia menundukkan pandangan ke bawah. Terasa ada cairan yang merembes dari selangkangannya. 

Wahda mengangkat kepalanya, menatap wajah laki-laki yang ia cintai setengah mati. Ingin sekali, ia mencari perhatian dengan merengek seperti apa yang telah dilakukannya dulu pada Bagus. Tapi untuk apa? Bagus bukan lagi suaminya.

"Wahda, itu apa?" tanya Bagus mulai panik. 

Wahda kembali menundukkan pandangan. Ternyata cairan merah pekat itu telah menggenangi lantai. 

Tiba-tiba ia menyadari satu hal buruk akan terjadi lagi padanya. Karena ini, ia tidak akan bisa lagi memaafkan laki-laki di depannya. 

Perlahan pandangannya mulai kabur dan kesadarannya pun mulai menurun. Tubuhnya ambruk. Sesaat ia sempat mendengar panggilan dari seorang laki-laki yang baru saja mengucapkan kata cerai untuknya. 

***

"Kamu sudah sadar?" 

Sebuah pertanyaan nada khawatir keluar dari seorang laki-laki yang sangat ia cintai selama lima tahun ini. Laki-laki yang telah ia beri segenap perasaan dan perhatian. Menyadari itu, membuat sakit yang masih membekas kembali nyeri menyiksa. 

"Kenapa kamu tidak pernah cerita kalau kamu hamil?" tanya Bagus penuh sesal. 

Wahda masih belum bersuara. Ruang rawat inap yang seharusnya tempat seorang dokter bertugas, kini malah sebagai pasien. Memori beberapa jam yang lalu kembali mengulang. Menyaksikan suaminya bercumbu mesra dengan mantan.

Ia memejamkan mata. Berharap bayangan itu mau beranjak pergi. Kenyataannya gambaran semakin terlihat nyata saat mata terpejam. 

Perlahan air matanya mengalir. Ia telah kehilangan segalanya. Suami, bahkan janin yang telah lama dinantikan. Aliran darah ke lantai kembali mengulang dalam benaknya. Meski belum mendapatkan kabar dari dokter yang menanganinya, dengan darah sebanyak itu, ia tahu janin dalam kandungannya tidak akan terselamatkan lagi. 

"Tadinya aku ingin memberitahumu, tapi ternyata aku disuguhi perbuatan gila yang merenggut janinku. Pergilah. Setelah calon jabang anak kita keluar, iddahku telah berakhir. Sekarang kita tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi. Kita sekarang menjadi orang asing," ucapnya dingin dengan mata masih terpejam. 

Bagus tersentak. Ia menggeleng. "Wahda, aku menyesali perbuatanku. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki." 

Wahda menggeleng. "Tinggalkan aku!" pintanya. 

"Wahda!"

"Keluar!!" Kali ini nadanya sedikit meninggi, meski kentara dengan penekanan. 

Wahda membuka matanya. Dengan tertatih ia berusaha duduk. 

"Wahda, kamu jangan terlalu mengeluarkan tenaga," cegah Bagus sambil memegang pundaknya. 

Wahda langsung memencet tombol yang tak jauh dari kepalanya dengan membabi buta. Sehingga beberapa orang perawat berlarian mendatanginya. 

"Kenapa, Dok?" 

"Kak, kumohon suruh dia pergi! Aku ingin istirahat." 

"Wahda?!" Bagus membelalak tidak percaya. 

Para perawat kebingungan. Bagaimana mungkin berani mengusir direktur rumah sakit tempat mereka bekerja? Mereka juga tahu Wahdatul Aisyah istri Bagus Jayasari yang bekerja di rumah sakit daerah. 

"CEPAT! Bawa dia keluar!" teriak Wahda. Seketika ia meringis sambil memegang perutnya.

"Wahda?!" Bagus ingin mendekat, tetapi langsung dicegah salah seorang perawat laki-laki. 

 "Maaf, Dok!"

Bagus masih menatap Wahda tidak percaya. Tanpa menoleh Wahda berbaring, lalu menutup dirinya dengan selimut. 

"Wahda!" 

Wahda masih bersembunyi di selimutnya. Akhirnya Bagus pasrah, memutuskan keluar ruangan. 

Wahda keluar dari persembunyiannya setelah Bagus hilang dari pandangannya. Seketika tangisnya pecah. Merutuki nasib yang tiba-tiba berubah hanya beberapa jam. Mengapa secepat kilat semuanya terenggut darinya? 

Siapapun tidak akan menyangka kalau Bagus selingkuh darinya. Pagi-pagi Bagus masih sempat mencumbu yang membuatnya terlambat bekerja. 

Ia menyadari ada yang berubah pada dirinya saat jam makan siang di kantin. Tiba-tiba ia sangat tidak suka aroma masakan hati dan ampela yang di etelasi kantin. Perut mual membuatnya urung memesan makanan, lalu berlari ke toilet terdekat. Saat itulah ia baru menyadari kalau siklus mensnya telah terlambat entah berapa Minggu. 

Itulah salah satu kebiasaan buruknya, tidak mengingat kapan mens dan berakhir. Tidak. Awalnya ia memang sengaja berusaha tidak peduli dengan siklus menstruasi karena mengingat dirinya yang sering kecewa akibat mens terlambat.

 Hanya Allah yang tahu, bagaimana perasaannya saat melihat garis dua biru di testpack miliknya. Ingin rasanya ia berteriak di dalam toilet, andai tidak mengingat kalau dia tidak sedang berada di rumah sakit. 

Namun, ia memutuskan memberi tahu Bagus malam hari saja sekalian menjemput pulang. Nahasnya, tanpa diketahui dirinya sebenarnya menuju jalan kehancuran. 

Secepat kilat ia ditalak, dan hanya beberapa menit kemudian masa iddahnya habis. Seketika mereka menjadi orang asing. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Kiki
Bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mendadak Talak    Kesedihan

    Secepat kilat ia ditalak, dan hanya beberapa menit kemudian masa iddahnya habis. Seketika mereka menjadi orang asing. Seorang perawat laki-laki urung masuk melihat dirinya yang menangis tersedu dalam selimut. ***Bagus melangkah gontai memasuki rumah minimalis mereka yang sangat terawat. Tiba-tiba perasaannya dicekam hampa. Biasanya, saat datang ke rumah, selalu ada senyum untuknya. Mengambil alih barang bawaannya, juga menyediakan air hangat dalam bathtub, tak lupa mencampur dengan sabun aroma terapi. Kamarnya kini benar-benar sepi. Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang ukuran king size. Mata menatap langit-langit, pikirannya entah ke mana.Hatinya hancur, semenjak Angel memilih karir daripada dia. Angel memilih beasiswa kuliah di Amsterdam daripada lamarannya. Ia sadar, dirinya memang egois saat itu. Namun, ia melakukan itu karena sangat mencintai Angel. Sayangnya Angel tidak memahami dan menuduhnya laki-laki egois. Hubungan mereka berakhir sampai di situ. Sejak itu, hatinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sanad dan Teratai

    Tangis Wahda pecah. Sanad kebingungan. Ia mengangkat sebelah, tetapi terhenti ketika melihat istrinya yang mematung. "Menangislah jika itu membuat lebih nyaman," saran Sanad setelah menurunkan tangannya.Wahda melepaskan pelukannya. Wajahnya sembab memerah. "Aku nggak tau harus gimana ngomong pada ibu!" Teratai bergegas mengambilkan tisu dan meletakkan di dekat Wahda. "Terima kasih," ucap Wahda sambil mengambil beberapa lembar tisu, lalu membersihkan wajah dan hidungnya. Namun, yang terjadi air matanya tak kunjung berhenti. "Bukannya ibumu sudah tahu kamu keguguran? Lagi pula, besok kamu masih bisa mencoba lagi? Ibumu pasti ngerti kok."Wahda menggeleng. Sesaat ia menarik napasnya dalam-dalam. "Aku dan Bagus … kami … sudah bercerai."Sanad dan Teratai tersentak, lalu saling bersitatap. "Bagaimana bisa?" tanya Teratai spontan. Beberapa detik kemudian ia merapatkan bibirnya. ***Dalam perjalanan Teratai hanya terdiam. Pikirannya masih tertinggal di ruang rawat inap Wahda. "Kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Drama Bagus

    "Biasanya berapa lama bertahan?""Mungkin tahunan. Hanya saja, karena biasanya untuk konsumsi pribadi jadi tidak pernah menghitung berapa lama dan tidak memerhatikan perubahannya warna dan struktur. Biasanya ada endapan putih yang muncul. Kalau dikonsumsi pribadi, endapan itu tidak masalah, karena putih itu seperti garam yang mengkristal. Tapi kalau untuk dijual … Semoga saja kali ini berhasil." "Santai saja. Tuh akhirnya juga sambil dijual 'kan?""Iya, tapi masih dalam bentuk basah. Itupun hanya bisa dititip pada Acil Imai yang pulang pergi ke Kal Teng. Dijual secara curah. Belum bisa dijual dengan kemasan produk dan melalang buana ke mana saja.""Santai saja. Anggap itu rencana jarak panjang dan kafe itu sebagai pelepas lelahmu."Teratai mengangguk. "Oh iya, Wahda jago bikin es krim. Coba kau ajak dia. Siapa tau bisa kalian cocok. Kalian bisa saling menguntungkan. Kamu bisa menambah menu, dia bisa reliks"Teratai meluruskan badannya. Matanya menyipit "Boleh dicoba.""Nanti aku cob

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sepupu Paling Care

    Angel menepuk bahunya. “Nanti kita bisa coba lagi.” Bagus mengangguk lesu. Ia menyerahkan buket itu kepada Angel, lalu melangkah ke dalam. Beberapa orang di selasar menatapnya dengan berbagi rupa. Ada yang menatap dengan iba, ejek, juga mengolok. Hilang semua wibawa yang ia bangun selama ini. Di belakang Angel menciumi mawar merah yang kini beralih ke tangannya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Sebagai wanita mandiri hingga sampai ke titik ini, telah banyak mengecap asam garam kehidupan tentu sangat kenal dengan karakter manusia umumnya.Tatapan seperti itu hanyalah lalat yang akan pergi cukup dengan dikibas. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, lalu membagikannya satu persatu kepada beberapa perempuan di sana. Seketika mereka menatapnya dengan penuh terima kasih. ***"Sekarang kita mau ke mana?" tanya Arsa saat mereka menunggu plang parkir belum terbuka. "Ke rumah ibuku.""Apa kamu sudah siap?" tanya Arsa melajukan mobilnya. "Ada kamu," jawab Arsa berdecak. "Dasar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Harus Move On

    "Menangislah. Kuharap setelah ini, tidak ada lagi air mata yang tumpah. Air matamu sangat berarti. Tak layak kau tumpahkan untuk seorang Bagus. Songsonglah masa depan, kamu berhak bahagia. Entah sendiri atau dengan siapapun."Wahda mengangkat wajahnya. Menatap wajah sepupu yang selama ini suka membuatnya kesel. Pada saat tertentu, sepupunya yang satu ini memang dapat diandalkan. Arsa mengusap lembut wajahnya. "Kamu tidak sendiri. Ada ibumu dan aku yang siap ada untukmu. Perlu kamu ingat, kamu memiliki banyak sepupu laki-laki. Meski sepupu, percayalah kami akan selalu membelamu."Wahda mengangguk. Kembali ia membenamkan wajahnya di pinggang Arsa. *** Terlihat mobil Arsa memarkir, saat Bagus memasuki halaman rumahnya. Ia bergegas keluar dari mobil, Wahda dan Arsa muncul dari balik pintu rumahnya. Hatinya terasa diremas melihat wajah bengkak Wahda dan langkah yang terlihat lemah. “Wahda, ini rumah kita, rumahmu,” ucap Bagus setelah melihat koper besar yang ditarik Arsa. Arsa terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sekelabat Luka

    Tiba-tiba Sanad merasakan matanya mengaca. "Aku tidak menyangka, Evan akan bertemu ibu sambung sebaik kamu.""DUAR!!" Teriakan Wahda membuyarkan lamunan Teratai. Ia mengerjap. Di depannya sudah ada Arsa dan Wahda yang cengengesan menatapnya. "Melamunkan apa? Sampai tidak sadar dengan kedatangan kami?" tanya Wahda dengan terkekeh sambil duduk."Wahda?! Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" cecar Teratai. “Dibilang baikan nggak juga. Karena itu, Arsa bawa aku ke sini, katanya di sini nyaman untuk santai.”“Alhamdulillah, di sini lumayan nyaman.” Wahda mengedarkan pandangannya. Ia tahu betul, kalau itu bangunan empat pintu milik Sanad yang sekarang disulap menjadi kafe dengan gabungan tiga elemen. Di ruang pojok, tempat yang mereka duduki, berdiri sebuah rak kayu di dinding, di depan kaca beberapa rak bentuk hexagonal yang juga di isi beberapa buku. Dua tanaman anggrek bulan yang sedang berbunga warna putih menggantung di tepi kaca. Di ruangan itu hanya dua buah meja tanpa kursi, seda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Mendadak Talak    Kecurigaan

    Sanad mengangguk. Teratai menuangkan infused water untuknya. Ia langsung meneguk minuman itu. “Kamu mau ini, Arsa?” tawar Teratai. Arsa hanya menjawab dengan mengangkat americano miliknya. “Wahda?” tanya Teratai ke Wahda. “Boleh. Sebenarnya aku jarang minum ini, mumpung ada. Sejak kapan kalian mengonsumsi ini?” tanya Wahda. “Tidak lama. Mungkin semenjak ada kafe ini berdekatan dengan penanam mint, jadi dicoba saja. Alhamdulillah, Sanad juga menyukainya. Kadang dibikin teh.”“Oh iya, tanaman yang di situ banyak jenis mint. Orangnya mana?” “Mungkin di belakang. Dia kalau sudah di kebun suka lupa kalau lagi jualan di luar,” jawab Teratai sambil terkekeh. “Oh iya, Sanad bilang kamu jago bikin es krim. Gimana kalau selama cuti kamu bergabung dengan kami, buat tambahan menu es krim. Tidak menjanjikan banyak sih, kamu lihat sendiri masih sepi. Tapi lumayanlah untuk mengisi waktu dan mengalihkan kegalauanmu itu Gimana?" urai Teratai tanpa basa basi.“Oke, aku suka tempat ini. Besok aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Mendadak Talak    Naluri Seorang Ibu

    Sanad tersentak. Teratai menatapnya heran. "Memangnya kenapa? Kok kaget gitu?!" "Tidak apa. Aneh saja, memang dia tidak punya pekerjaan? Apa saja yang dilakukannya?" "Dia kan datang habis kerja atau hari libur. Dia bawa pacarnya, kadang baca buku. Aneh sih, buku yang dibacanya nggak selesai-selesai." Ia menoleh ke arah Sanad. "Aku pikir dia menyukai Adena. Dia sering ngajak ngobrol dan membantu Adena merawat tanaman. Menurutmu?"Sanad terdiam, menatap wajah polos istrinya. Ia berpikir, pantesan dulu dibohongi Arbain. Ternyata Teratai pandai membaca alam, tetapi tidak dengan sikap pria. "Kok diam?" Pertanyaan Tera menembus lamunannya. "Entahlah. Aku tidak melihatnya langsung," sahut Sanad akhirnya. "Kalau begitu nanti seringlah mampir. Siapa tahu bisa kita comblangin."Sanad menghempaskan napasnya. "Kalau dia menyukai Adena, ngapain membawa banyak perempuan ke kafe? Seharusnya menunjukkan pribadi yang baik dan keseriusan. Arsa dari dulu memang tipe pria hangat dan suka humor. Lih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Mendadak Talak    Mengenali Kehidupan Arsa

    Seketika ia pun bertanya-tanya, bagaimanakah kehidupannya tanpa Arsa? ***Setengah syok Arsa menatapi dari ujung kaki sampai kepala sosok yang tiba-tiba sudah di depannya. Ini pertama kalinya Wahda mendatangi kantornya.“Apa yang terjadi?” tanya Arsa tanpa kuasa melepaskan wajah syoknya. Wahda duduk di sofa. Arsa berdiri mendekatinya. “Tidak ada. Tadi habis dari rumah sakit, kepikiran saja ke sini.”Arsa mencebik bibirnya. “Jangan katakan kau masih mencurigaiku. Ini fatal bagiku.”“Tidak. Aku hanya ingin semua karyawan di sini tahu kalau Pak Arsa Fariq itu sudah mempunyai tunangan.” Tawa Arsa hampir saja meledak, andai saja tidak ingat kalau Wahda marah bisa ribet urusannya. “Kenapa? Sekarang sudah mulai training menjadi kekasih Arsa?” ledek Arsa. “Kau!” Wahda mengangkat tangannya, dengan cepat Arsa menangkapnya. “Sejak kapan mulai main tangan?”“Kau sih, membuatku kese

  • Mendadak Talak    Bagaimana Jika Tanpa Arsa?

    "Katanya tadi kamu terjatuh?" tanya Arsa nyaring sambil membuka kulkas dan mengambil sebotol kopi. "Kata siapa?" Wahda balik bertanya sambil terus memixer adonan es krim. "Tera." Wahda berdecak. "Tumben tu bini orang ember." Setelah menandaskan minumannya, Arsa memasukkan botolnya ke wadah sampah kering yang tak jauh dari kaki Wahda. "Coba aku lihat." Arsa mendekat. "Kau lihat aku sedang apa?!""Masih lama? Kalau lama matikan dulu." Yanti muncul dengan membawa peralatan kebersihan. "Yanti, tolong kau ganti Wahda sebentar." Wahda mematikan mixer. "Arsa, aku dokter. Tentu aku bisa merawat luka sekecil itu." Arsa tak bersuara. Ia menarik Wahda, membawa ke ruang ujung, lalu mendudukkannya di sofa inflatable. "Coba lihat tanganmu!" ucap Arsa sambil menyentuh tangan, dan memerhatikan telapak tangannya. Terlihat tangan Wahda yang bersih, meski masih ada goresan acak.

  • Mendadak Talak    July

    “Sanad ceritakanlah! Mama masih tidak bisa banyak suara, capek.” Sanad menceritakan pertemuan mereka di malam itu sewaktu di rumah Ardiansyah. “Saman memang menyukai Wahda, dan aku pun berharap mereka berjodoh supaya tali kekeluargaan terjaga, apalagi jika mengingat Saman cuma sepupu jauh. Hanya saja, aku tidak bisa memaksa Wahda. Dia bukan anak kandungku dan juga dia masih memiliki ibu dan saudara laki-laki. Kalaupun aku berucap kasar dan menyombongkan diri karena aku ingin, siapa pun suaminya nanti, aku ingin dia menghargai diri. Bagaimanapun Wahda seorang dokter dan memiliki garis keturunan ningrat. Setidaknya suaminya mampu memberinya kecukupan.”Arsa mengangguk-nganguk mendengar cerita Sanad. Sanad terdiam. Masih banyak ucapan Ardiansyah yang tidak ia ceritakan. Ardiansyah juga bercerita alasan mengapa dulu memperlihatkan ketidaksukaannya pada bapaknya Arsa. Karena bapaknya Arsa laki-laki sederhana dengan pemikiran sangat sederhana. Berka

  • Mendadak Talak    Perasaan Wahda

    Mata merah itu kini berair. “Aku tidak pernah bertemu teman seegois kamu. Sudah berapa banyak yang kulakukan untukmu beberapa bulan ini, kamu masih bicara seperti ini?" ****Arsa berdiri, lalu duduk di sampingnya. “Kau mau coba?”“Maksudmu?” tanya Wahda dengan menyipitkan mata.Arsa mengangkat tangan hendak memegang dagunya, tetapi ia segera menepis. “Jangan ngadi-ngadi.” Arsa berdecak mengejek “Lalu kamu maunya apa?”“Maksudmu?”“Mau dilanjutkan atau sampai di sini saja. Aku tinggal nelpon Tante Fatima,” ujar Arsa sambil meraih ponselnya yang sejak tergeletak di meja. lalu menggulir daftar panggilan.Wahda langsung menyambar ponsel itu. “Jangan! Aku nggak mau nikah sama Saman.” Wahda memasang wajah memelas.“Nah, makanya jangan bawel, Galuh¹! Jangan khawatir, aku laki-laki sejati kok.”“Apaan sih!”Arsa meluruskan badan Wahda menghadapnya. “Begini saja. Kita kan juga nggak

  • Mendadak Talak    Perasaan Angel

    Wahda terdiam. Tiba-tiba ia menyadari satu hal. Bisakah ia tidak peduli jika Arsa sering ke rumah Sanad? Ia menarik mangkuk es krimnya lalu menyuapnya secara kasar. Arsa yang memerhatikan menjadi keheranan. “Ada apa?” Wahda hanya menggeleng, lalu kembali menyuap es krim. Arsa bergerak cepat ke sisi meja lainnya, lalu merebut mangkuk kecil itu. “Katakan, kenapa tiba-tiba berubah begini? Jangan katakan ada yang salah dengan jawabanku tadi!” Di dekat mereka, Rania juga keheranan akibat Angga yang tiba-tiba menariknya keluar sambil membawa laptop. Lalu mendudukkannya di sebuah kursi di ruang sebelah. Wahda ingin kembali mengambil, tetapi Arsa segera menjauhkan mangkuk itu. “Katakan dulu!” Wahda menghela napasnya. “Entahlah. Hubungan kita tiba-tiba berubah, sedang masih banyak masalah lain yang belum kelar. Lalu bagaimana aku menghadapinya nanti?” “Misalnya?” “Baga

  • Mendadak Talak    Mulai Cemburu

    “Oya?!” tanya Ardiansyah. “Aku tidak tau Bangkau punya seperti itu. Secara kehidupan mereka bisa dibilang sangat terbelakang.”Sanad masih berusaha memasang senyum, meski mendadak hatinya berubah kesal. “Iya, secara data statistik pendidikan, presentasi mereka sangat kecil dibanding desa lain. Tapi alhamdulillah, beberapa orang karyawan Tera mulai sudah ada yang sarjana, sekarang masih ada sekolah, dua orang kuliah.”“Oya? Memangnya istrimu bisnis apa saja? Cuma membudidayakan teratai?”Atul datang membawakan beberapa buah sendok kecil dan piring yang ia taruh di sebuah nampan.Sanad menggeleng. Sanad menggeser ke tengah plastik yang tadi terabaikan. Ia mengambil sebungkus kerupuk lalu menyerahkan kepada Ardiansyah. “Ini juga produk home industri milik istri saya, Pamam.”“Teratai Kedua,” eja Ardiansyah sambil memerhatikan kemasan kerupuk kering yang dipegangnya.“Sebelum menikah dengan saya, dia sudah mempunyai Teratai Produksi, yang sekarang berganti menjadi Teratai Kedua.” Mata

  • Mendadak Talak    Bagus

    Mauriyah membuka pintu kamar Wahda pelan. Terlihat anak perempuannya itu sedang duduk di kursi dengan meletakkan kepala di meja rias, sedang tangan mengetuk-ngetukkan pensil alis ke meja. "Bu." Wahda meluruskan badannya, menatap wajah ibunya di cermin."Apa yang kamu pikirkan?""Entahlah. Merasa ragu saja dengan apa yang akan diambil?""Meragukan Arsa?""Bukan. Cuma … dengan Arsa, kaya … syok aja. Sulit dipercaya. Dia yang sudah kuanggap seperti abangku tiba-tiba akan jadi suamiku. Berasa aneh banget." Mauriyah mundur. Duduk di ujung ranjang. "Bukannya sesama sepupu itu biasa di keluarga ayahmu?!""Iya, tapi tidak terpikirkan kalau suatu saat akan mengalaminya." Wahda berdiri, lalu meletakkan kepala di paha ibunya."Bagaimana dengan surat cerainya?" "Lagi nunggu kabar kak Gilang."Mauriyah berdecak mengejek. "Urusan begitu sampai menyewa pengacara? Pemalas.""Bukan pemalas, Bu. Aku cuma memanfaatkan anugerah. Sayang punya sepupu pengacara kalau enggak dimanfaatkan."Mauriyah mengge

  • Mendadak Talak    Yang Terlupakan

    "Tapi aku tidak setuju kalau diberikan seluruh saham kepada Arsa," sela Teratai yang membuat pandangan Sanad dan Fatima tertuju padanya. "Kamu masih ada Evan. Aku takut ke depannya akan berpengaruh kepada Evan. Kurasa itu akan menjadi sesuatu yang berharga baginya, bukan berapa jumlahnya, melainkan itulah peninggalan ayah dan kakeknya. Selain itu, seperti yang Papa bilang tadi akan menimbulkan kecemburuan di antara keponakan lain jika memberikan milik Mama, bagaimana juga dengan Evan jika tidak meninggalkan sepersen pun buat dia? Saat ini ia memang tidak mengerti apa-apa, tapi nanti? Aku sering lihat di keluarga Papa satu sama lain saling pamer dan berbangga-bangga, bahkan kadang anak yang masih kuliah saja pun obrolannya sudah reksadana, cripto. Khawatirnya ada yang sengaja mengompori Evan nanti. " "Lalu kamu punya usul? Saat ini kita menghadapi keluarga Saman, salah satu pemilik saham terbesar di perusahaan batu bara Tanjung. Dan soal Evan juga adik-adiknya, saat mereka dewasa na

  • Mendadak Talak    Persyaratan Dari Paman

    "Tapi ….""Kamu sudah punya calon?""Nggak ada.""Siap dengan Saman?""Enggak lah.""Nah apalagi? Anggaplah ini simbiosis mutualisme. Kamu membutuhkanku supaya bebas dari Saman, aku membutuhkanmu supaya bisa move on dari Tera.""Tapi, yakin paman akan menerimamu?" tanya Wahda cemas. Ia tidak bisa membayangkan jika tidak berhasil meraih hati paman, mungkin ia akan kehilangan Arsa untuk selamanya. "Kita coba saja dulu. Hasilnya gimana, kita serahkan sama yang Kuasa. Pastinya kita sudah sama-sama berusaha."***"Tumben masih siang ke sini. Biasanya pulang dari kerja," cecar Fatima begitu melihat Arsa memasuki rumah. "Ada yang ingin aku bicarakan dengan Tante."Fatima mengangkat kedua alisnya. Ia menyuruh Arsa duduk dengan isyarat tangannya. "Katakanlah.""Aku ingin melamar Wahda," ucap Arsa pelan. Fatima terkejut. "Kalian pacaran?"Arsa menggeleng. "Paman Ardiansyah melamar Wahda untuk Saman."Fatima kembali terkejut. Kali ini bercampur cemas. "Lalu kamu mau menikahi Wahda karena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status