Home / Rumah Tangga / Mendadak Talak / Luka yang Tersisa

Share

Luka yang Tersisa

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2025-02-12 17:34:38

“Wah, bolehkah aku meminta lagi padamu?” 

Wahda mengangkat alisnya, lalu mengangguk. “Saat ini, hanya kamu dan Nurul yang kukenal, dan kurasa kamu lebih mengenalku daripada Nurul. Karena itu ….”

“Karena itu?” 

“Kau mau tetap menemaniku sampai aku pulih?”

Wahda terdiam. Bukannya tidak mau, tapi bagaimana dengan Arsa? Laki-laki itu juga perlu perhatian. Kenyataannya ia hanya bisa mengangguk. Sebagai seorang dokter, tentu ia harus tetap mengutamakan pasien.

Bagus tersenyum semringah. “Terima kasih ya.”

“Makanlah, nanti buburnya dingin.”

***

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mendadak Talak    Kejutan

    Seorang perempuan muda menyusuri selasar rumah sakit dengan senyum semringah dan hati yang berbunga-bunga. Kabar gembira yang ingin disampaikan pada sang suami telah membuatnya lupa kalau ia sedang menyusuri lorong remang.Aktifitas pelayanan masyarakat sudah ditutup setengah jam yang lalu. Beberapa orang karyawan dan nakes yang ia lewati bersiap-siap pulang ke rumah. Bahkan beberapa lampu telah dimatikan. Sambil bertegur sapa, ia terus melangkah hingga sampai di muka pintu kantor suaminya yang menjabat sebagai direktur di satu rumah sakit itu. Sebelum memegang gagang pintu, terlebih dahulu ia menghirup oksigen kuat-kuat, berharap bisa membuat suaminya terkejut dengan kedatangannya. “Surprise!!” teriaknya. Namun siapa sangka, sebuah pemandangan yang telah membuatnya seperti mendadak kehilangan roh. Matanya membelalak selebar mungkin, seakan bola di dalamnya ingin keluar. Sepasang manusia tersentak, lalu saling salah tingkah sambil merapikan pakaian mereka. Sang laki-laki berdiri men

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Mendadak Talak

    “Jadi aku harus bagaimana? Membiarkan kalian terus berhubungan di sini?’“Kalau begitu, aku yang pergi sejauh mungkin. Aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi,” sela Angel.“Kamu pikir aku sebodoh itu? Lagi pula, untuk apa aku mempertahankan laki-laki yang lebih mementingkan jabatan dan mantan daripada perkawinannya.” Wahda beralih ke Bagus. “Gus, sekarang juga ceraikan!” “Oke!” teriak Bagus. "Untuk apa aku mempertaruhkan jabatan dan Angel untuk perempuan manja dan mandul seperti kamu. Kamu tidak apa-apanya dibandingkan Angel. Hanya seorang dokter, sombongnya minta ampun. Dibanding Angel kamu tidak apa-apanya. Puas?!”Wahda tersentak. Ekor matanya melihat senyum miring Angel.“Puas! Puas sekali. Terima kasih telah menyadarkanku. Hari ini, aku seorang Wahda, lima tahun mengabdi suami, telah dihina di depan mantan. Sekarang ceraikan saja aku. Jangan ditunda lagi. Besok atau lusa sama saja.”“Baik. Dokter Wahdatul Aisya, detik ini aku juga menceraikanmu,” ucap Bagus terdengar lugas

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Kesedihan

    Secepat kilat ia ditalak, dan hanya beberapa menit kemudian masa iddahnya habis. Seketika mereka menjadi orang asing. Seorang perawat laki-laki urung masuk melihat dirinya yang menangis tersedu dalam selimut. ***Bagus melangkah gontai memasuki rumah minimalis mereka yang sangat terawat. Tiba-tiba perasaannya dicekam hampa. Biasanya, saat datang ke rumah, selalu ada senyum untuknya. Mengambil alih barang bawaannya, juga menyediakan air hangat dalam bathtub, tak lupa mencampur dengan sabun aroma terapi. Kamarnya kini benar-benar sepi. Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang ukuran king size. Mata menatap langit-langit, pikirannya entah ke mana.Hatinya hancur, semenjak Angel memilih karir daripada dia. Angel memilih beasiswa kuliah di Amsterdam daripada lamarannya. Ia sadar, dirinya memang egois saat itu. Namun, ia melakukan itu karena sangat mencintai Angel. Sayangnya Angel tidak memahami dan menuduhnya laki-laki egois. Hubungan mereka berakhir sampai di situ. Sejak itu, hatinya

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sanad dan Teratai

    Tangis Wahda pecah. Sanad kebingungan. Ia mengangkat sebelah, tetapi terhenti ketika melihat istrinya yang mematung. "Menangislah jika itu membuat lebih nyaman," saran Sanad setelah menurunkan tangannya.Wahda melepaskan pelukannya. Wajahnya sembab memerah. "Aku nggak tau harus gimana ngomong pada ibu!" Teratai bergegas mengambilkan tisu dan meletakkan di dekat Wahda. "Terima kasih," ucap Wahda sambil mengambil beberapa lembar tisu, lalu membersihkan wajah dan hidungnya. Namun, yang terjadi air matanya tak kunjung berhenti. "Bukannya ibumu sudah tahu kamu keguguran? Lagi pula, besok kamu masih bisa mencoba lagi? Ibumu pasti ngerti kok."Wahda menggeleng. Sesaat ia menarik napasnya dalam-dalam. "Aku dan Bagus … kami … sudah bercerai."Sanad dan Teratai tersentak, lalu saling bersitatap. "Bagaimana bisa?" tanya Teratai spontan. Beberapa detik kemudian ia merapatkan bibirnya. ***Dalam perjalanan Teratai hanya terdiam. Pikirannya masih tertinggal di ruang rawat inap Wahda. "Kena

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Drama Bagus

    "Biasanya berapa lama bertahan?""Mungkin tahunan. Hanya saja, karena biasanya untuk konsumsi pribadi jadi tidak pernah menghitung berapa lama dan tidak memerhatikan perubahannya warna dan struktur. Biasanya ada endapan putih yang muncul. Kalau dikonsumsi pribadi, endapan itu tidak masalah, karena putih itu seperti garam yang mengkristal. Tapi kalau untuk dijual … Semoga saja kali ini berhasil." "Santai saja. Tuh akhirnya juga sambil dijual 'kan?""Iya, tapi masih dalam bentuk basah. Itupun hanya bisa dititip pada Acil Imai yang pulang pergi ke Kal Teng. Dijual secara curah. Belum bisa dijual dengan kemasan produk dan melalang buana ke mana saja.""Santai saja. Anggap itu rencana jarak panjang dan kafe itu sebagai pelepas lelahmu."Teratai mengangguk. "Oh iya, Wahda jago bikin es krim. Coba kau ajak dia. Siapa tau bisa kalian cocok. Kalian bisa saling menguntungkan. Kamu bisa menambah menu, dia bisa reliks"Teratai meluruskan badannya. Matanya menyipit "Boleh dicoba.""Nanti aku cob

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sepupu Paling Care

    Angel menepuk bahunya. “Nanti kita bisa coba lagi.” Bagus mengangguk lesu. Ia menyerahkan buket itu kepada Angel, lalu melangkah ke dalam. Beberapa orang di selasar menatapnya dengan berbagi rupa. Ada yang menatap dengan iba, ejek, juga mengolok. Hilang semua wibawa yang ia bangun selama ini. Di belakang Angel menciumi mawar merah yang kini beralih ke tangannya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Sebagai wanita mandiri hingga sampai ke titik ini, telah banyak mengecap asam garam kehidupan tentu sangat kenal dengan karakter manusia umumnya.Tatapan seperti itu hanyalah lalat yang akan pergi cukup dengan dikibas. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, lalu membagikannya satu persatu kepada beberapa perempuan di sana. Seketika mereka menatapnya dengan penuh terima kasih. ***"Sekarang kita mau ke mana?" tanya Arsa saat mereka menunggu plang parkir belum terbuka. "Ke rumah ibuku.""Apa kamu sudah siap?" tanya Arsa melajukan mobilnya. "Ada kamu," jawab Arsa berdecak. "Dasar

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Harus Move On

    "Menangislah. Kuharap setelah ini, tidak ada lagi air mata yang tumpah. Air matamu sangat berarti. Tak layak kau tumpahkan untuk seorang Bagus. Songsonglah masa depan, kamu berhak bahagia. Entah sendiri atau dengan siapapun."Wahda mengangkat wajahnya. Menatap wajah sepupu yang selama ini suka membuatnya kesel. Pada saat tertentu, sepupunya yang satu ini memang dapat diandalkan. Arsa mengusap lembut wajahnya. "Kamu tidak sendiri. Ada ibumu dan aku yang siap ada untukmu. Perlu kamu ingat, kamu memiliki banyak sepupu laki-laki. Meski sepupu, percayalah kami akan selalu membelamu."Wahda mengangguk. Kembali ia membenamkan wajahnya di pinggang Arsa. *** Terlihat mobil Arsa memarkir, saat Bagus memasuki halaman rumahnya. Ia bergegas keluar dari mobil, Wahda dan Arsa muncul dari balik pintu rumahnya. Hatinya terasa diremas melihat wajah bengkak Wahda dan langkah yang terlihat lemah. “Wahda, ini rumah kita, rumahmu,” ucap Bagus setelah melihat koper besar yang ditarik Arsa. Arsa terus

    Last Updated : 2024-11-20
  • Mendadak Talak    Sekelabat Luka

    Tiba-tiba Sanad merasakan matanya mengaca. "Aku tidak menyangka, Evan akan bertemu ibu sambung sebaik kamu.""DUAR!!" Teriakan Wahda membuyarkan lamunan Teratai. Ia mengerjap. Di depannya sudah ada Arsa dan Wahda yang cengengesan menatapnya. "Melamunkan apa? Sampai tidak sadar dengan kedatangan kami?" tanya Wahda dengan terkekeh sambil duduk."Wahda?! Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" cecar Teratai. “Dibilang baikan nggak juga. Karena itu, Arsa bawa aku ke sini, katanya di sini nyaman untuk santai.”“Alhamdulillah, di sini lumayan nyaman.” Wahda mengedarkan pandangannya. Ia tahu betul, kalau itu bangunan empat pintu milik Sanad yang sekarang disulap menjadi kafe dengan gabungan tiga elemen. Di ruang pojok, tempat yang mereka duduki, berdiri sebuah rak kayu di dinding, di depan kaca beberapa rak bentuk hexagonal yang juga di isi beberapa buku. Dua tanaman anggrek bulan yang sedang berbunga warna putih menggantung di tepi kaca. Di ruangan itu hanya dua buah meja tanpa kursi, seda

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Mendadak Talak    Luka yang Tersisa

    “Wah, bolehkah aku meminta lagi padamu?”Wahda mengangkat alisnya, lalu mengangguk. “Saat ini, hanya kamu dan Nurul yang kukenal, dan kurasa kamu lebih mengenalku daripada Nurul. Karena itu ….”“Karena itu?”“Kau mau tetap menemaniku sampai aku pulih?”Wahda terdiam. Bukannya tidak mau, tapi bagaimana dengan Arsa? Laki-laki itu juga perlu perhatian. Kenyataannya ia hanya bisa mengangguk. Sebagai seorang dokter, tentu ia harus tetap mengutamakan pasien.Bagus tersenyum semringah. “Terima kasih ya.”“Makanlah, nanti buburnya dingin.”***

  • Mendadak Talak    Permintaan Bagus

    "Iya, aku mengerti. Begini saja, pindah rawatnya ke rumah sakit dia bekerja. Siapa tahu lalu lalang orang-orang di sana bisa membantu memulihkan ingatannya."Wahda tersenyum semringah."Benar juga.""Tapi mungkin kamu sedikit lebih capek, bolak balik dari satu rumah sakit ke rumah sakit itu."Wahda menghela napasnya. "Apa boleh buat. Terima kasih, Dokter. Semoga urusanmu di sana cepat selesai dan cepat balik ke sini.""Amiin. Terima kasih juga atas pengertiannya."***Wahda mendorong kursi roda yang diduduki Bagus menyusuri lorong rumah sakit."Selama

  • Mendadak Talak    Mengembalikan Ingatan

    Andre lagi berdecak mengejek. “Serius amat hidup Lo. Hebat.” Andre mengacungkan dua jempolnya. "Atau jangan-jangan punya mainan baru?!"Arsa hanya merespon dengan tersenyum nyengir."Wah, dari senyumnya mengerikan. Jangan katakan di sana mainan lo perempuan!"Andre teman seasrama dari Jakarta. Anak IT. Andre sering ngajak ke club mereka, yang akhirnya Arsa juga tergiur ikut bersama mereka. Hanya saja, sejak itu ia sudah berprinsip hanya sekadar mainan buatnya. Dari awal, ia hanya ingin mendedikasikan untuk Tante Fatima. Setelah pulang, ia pun melupakan segalanya. Meski sesekali teringat mainan di Amerika jika melihat Angga mengerjakan orderan di kafe Teratai.Ia tidak begitu peduli tentang IT di perusahaan karena sudah ada divisi yang menanganinya. Siap

  • Mendadak Talak    Permainan Arsa

    "Katakan, kau marah padaku?"Wahda menggeleng."Lalu?"Wahda kembali menghidupkan kompor. Ia mengambil spatula, lalu mengaduk masakan. Arsa terus berdiri di sampingnya."Aku cuma sedih, di saat kamu kesulitan aku tidak bisa ngapa-ngapain. Bahkan sekadar mengantar makanan saja juga buatan ibu. Aku iri dengan Cintia. Dia membantumu menyelesaikan masalah kantor, sedang aku? Bisaku cuma merengek."Arsa merengkuh badannya. "Aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin kita saling mempercayai dan menjaga kepercayaan."Wahda merapatkan tubuhnya. Aroma parfum Arsa sedikit membuat hatinya terasa lega."Mungkin Cintia

  • Mendadak Talak    Kepercayaan Diri

    "Menurutmu apa dia masih mencintai Bagus?" Arsa tak kuasa menahan kegalauannya."Entahlah. Mungkin saja, mengingat hubungan mereka selama lima tahun, mungkinkah bisa hilang dengan hanya beberapa bulan?"Arsa semakin menunduk."Mengungkit ini, aku hanya bermaksud agar kau berupaya lebih keras lagi. Sangat disayangkan kalau hubungan kalian putus gara-gara ini.""Kenapa? Apakah kamu juga berpikir akan merusak hubungan kekeluargaan?"Teratai menggeleng. "Bukan itu maksudku. Mungkin kalian masih meragukan perasaan masing-masing. Namun, satu hal yang harus kalian tahu, kalian sudah seperti anggota tubuh satu badan. Kalian akan merasa sedih kalau satunya kesusahan. Mungkin emosional asmara kalian masih perlu dipertanyaka

  • Mendadak Talak    Keraguan

    Arsa memerhatikan jam di tangannya. “Sebentar lagi kami ada rapat penting. Aku minta tolong antar ke dalam ya.”Wahda mengangguk.“Terima kasih ya. Aku pergi dulu.”Arsa dan Cintia menjauh. Wahda menatap sedih punggung Arsa dan Cintia, lalu beralih pada tas yang berisi lunch Box buatan ibunya.***Arsa menghempas sebuah dokumen di depan manajer Doni. Sontak semua yang ada di situ terkejut. Dengan heran Doni membuka dokumen dan seketika matanya membesar.“Ini ….”“Jelaskan!” titah Arsa.&

  • Mendadak Talak    Potongan Masa Lalu

    Arsa tersentak. Tiba-tiba tangannya mengibas dokumen di atas meja sehingga berserakan di lantai. Napasnya memburu. “Maaf, Pak. Maafkan saya,” ucap Cintia dengan wajah menunduk.“Rapikan dokumen itu!” perintah Arsa dingin. Cintia segera memunguti dokumen-dokumen itu, lalu meletakkan di atas meja. “Taruh di sana,” tunjuk Arsa pada meja kerjanya. “Lalu keluarlah.”Cintia meletakkan dokumen ke atas meja, lalu melangkah keluar. Tiba-tiba di tengah pintu Arsa memanggilnya. “Cintia!”“Iya, Pak.”“Jam berapa rapat?”“Jam 19, Pak.”Arsa mengangguk. Lalu menyuruh keluar dengan isyarat. Sepeninggalan Cintia, Arsa menyandarkan punggung ke sofa dan menengadahkan kepala. Dari sini ia mengerti mengapa Sanad tidak mau bergabung dengan ibunya atau ke ayahnya. Ibunya juga tidak memaksa, meski sebagai seorang ibu tentu berharap dibantu oleh anaknya. Dirinya benar-benar pengecualian. Hubungan darah atau emosional dalam pekerjaan kadang membuat bertindak tidak profesional lagi.Mendadak ia juga ter

  • Mendadak Talak    Amnesia

    “Bagaimana keadaannya?” bisik Wahda pada Nurul Hadi.Nurul Hadi menggeleng. Bagus yang mendengar itu menatap Wahda. Tatapan Bagus seketika membuat mata Wahda membesar.“Kamu siapa?” tanya Bagus.Wahda menoleh ke Nurul Hadi. Nurul Hadi mengangguk. Wahda kembali bertanya ke dokter yang merawatnya.“Ingatanya masih berantakan.”“Cincin? Cincin mana?” ucap Bagus sambil menyentuh saku kemeja, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada jari Wahda.“Wahda?”Sontak mereka saling berpandangan satu sama lain.

  • Mendadak Talak    Rendah Diri

    “Hubungi perusahaan server, kita sewa dua unit server,” perintah Arsa. “Bapak tau betapa mahalnya sewa server?!” “Yang terpenting sekarang kepercayaan. Kalau sudah stabil baru kita pecahkan masalahnya.”“Baiklah!” *** Arsa menghenyakkan tubuhnya ke sofa. Hari yang sangat melelahkan. Jam promosi telah berakhir. Masalah sedikit teratasi, hanya saja perusahaan mengalami banyak kerugian. Ia memejamkan mata sambil meletakkan tangan ke dahi.Tok tok. Arsa membuka matanya.“Belum pulang?”Cintia menggeleng. “Semua orang kelelahan hari ini. Bapak pasti paling lelah. Bapak juga belum sejak siang tadi.”Cintia meletakkan dua bungkus nasi kotak ke atas meja. “Saya ambilkan kopi ya.”Arsa duduk. Ia menggeleng. “Air putih saja.*** “Nur, kapan kamu ke sini? Aku dari siang tadi belum pulang.” “Maaf. Malam ini kamu yang jaga ya. Aku capek sekali. Hari ini aku melakukan dua operasi. Aku harus istirahat, besok juga ada jadwal operasi pagi hari. Aku usahakan besok aku yang jaga Bagus, ya."W

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status