Share

BAB 2: Tuan Muda

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 17:26:45

Audi A6 milik Kael berhenti tepat di depan pintu utama pusat perbelanjaan. Begitu Kael dan Zara keluar, para penjaga keamanan dan beberapa resepsionis pusat perbelanjaan itu menunduk kepada mereka penuh hormat. Seorang pria langsung mengambil alih untuk memarkirkan mobil Kael.

Melihat ini semua, pikiran Zara kembali berputar keras. Kenapa mereka semua menunduk penuh hormat kepada Kael dan dirinya?

Mereka hanya dua orang biasa–bukan, Zara hanya orang biasa yang ingin membeli cincin pernikahan bersama dengan Kael, atasannya yang memang berasal dari keluarga ternama, tetapi tetap saja Kael bukan seorang presiden atau bahkan pemilik pusat perbelanjaan ini.

“Selamat datang, Tuan Muda. Mari saya antar,” kata seorang resepsionis wanita yang penuh dengan rasa hormat.

Sebentar … Tuan Muda?

Zara mengernyitkan dahinya, merasa semakin heran dengan panggilan itu. Mengapa Kael dipanggil Tuan Muda?

Kael hanya mengangguk pelan dan berjalan mengikuti resepsionis wanita itu, dan Zara tentu saja mengikuti Kael di belakang.

Begitu memasuki area pusat perbelanjaan, Zara semakin merasa aneh, ada sesuatu yang janggal.

Saat ini sudah menunjukkan pukul 10, seharusnya pusat perbelanjaan ini sudah cukup ramai pelanggan, tapi kenapa ini sangat sepi?

Semua toko telah buka, tapi sama sekali tidak ada pelanggan di sini selain dirinya dan Kael. Bahkan, pelayan di setiap toko telah berdiri di depan toko mereka dan menunduk hormat ketika Kael dan Zara melewati mereka.

Bagi Zara, ini sangat aneh.

“Sebelah sini, Tuan,” resepsionis wanita itu berhenti di depan toko perhiasan mewah, kemudian dia melangkah mundur.

“Selamat datang, Tuan Muda. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa melayani Tuan dengan baik,” ucap seorang wanita yang terlihat seperti seorang manajer. “Kalau boleh tahu, perhiasan seperti apa yang ingin Tuan cari?”

“Cincin pernikahan,” jawab Kael singkat dan tegas.

“Wah, Tuan Muda akan menikah?” Manajer toko perhiasan itu tampak berbinar dan sejenak melirik Zara. “Kebetulan kami baru saja kedatangan koleksi cincin pernikahan seri terbaru, mari saya tunjukkan.”

Selama proses pembelian cincin itu, Zara benar-benar memiliki banyak pertanyaan besar di kepalanya. Dia benar-benar sangat heran.

Selain, kenapa pusat perbelanjaan ini sangat sepi, hingga Kael yang dipanggil Tuan Muda, dan sekarang, mereka bahkan diberi ruang khusus dengan sajian teh dan cemilan hanya untuk memilih cincin?!

“Tuan Muda, ini adalah beberapa koleksi terbaru kami,” kata manajer toko itu, dia menunjukkan 3 jenis cincin yang tampak sederhana, tetapi tetap terkesan mewah dan mahal. “Ketiganya memiliki berlian dengan kelas 1.”

Zara semakin membelalakkan matanya. Meskipun dia tidak tahu dengan jelas apa saja tingkatan berlian itu, tetapi mendengar kata berlian saja sudah membuatnya terkejut. Seumur hidupnya, ini adalah kali pertamanya melihat perhiasan yang memiliki berlian asli.

“Ch–Chef, kita pilih cincin yang biasa saja,” kata Zara ragu, suaranya terdengar seperti sedang berbisik, berharap hanya Kael yang bisa mendengarnya.

Namun, Kael seolah tidak peduli dengan ucapan Zara. Dia langsung memilih cincin dengan satu mata di bagian tengah yang diisi dengan berlian.

Setelah mendapat cincin yang cocok, Kael pergi untuk mengurus pembayaran, sementara Zara masih menunggu di ruangan itu. Matanya terus menatap sajian yang ada di meja, sedangkan pikirannya melayang entah ke mana.

Pelayanan ini benar-benar membuat Zara merasa aneh. Setahunya, hal seperti ini hanya akan diberikan kepada pelanggan dengan kelas tertentu, apa mungkin bosnya ini juga menjadi bagian dari ‘pelanggan tertentu’ itu?

Namun, akal sehat Zara seolah menolaknya. Setahu Zara, bosnya ini hanya fokus pada bisnis kuliner dan perhotelan, mana mungkin tiba-tiba merambat ke bisnis perhiasan seperti ini, ‘kan?

Terlebih lagi, pusat perbelanjaan itu juga sangat sepi!

Zara menghela napas berat. Dia terbiasa hidup apa adanya, serba sederhana. Jadi, ketika melihat hal seperti ini dan merasakannya langsung, hati dan pikirannya langsung merasa aneh dan ingin menolak karena rasa ‘tidak pantas’ itu telah melekat di kepalanya.

Tak lama, Kael kembali datang dengan satu paperbag kecil berwarna putih.

“Ayo,” kata Kael tegas.

Zara langsung menoleh, mengerti bahwa urusan di sini pasti sudah selesai. Dia bangkit dan mengikuti Kael yang mulai melangkah meninggalkan toko perhiasan dengan berbagai salam dan ucapan terima kasih dari para pegawai toko.

“Chef,” panggil Zara lirih.

Setelah mereka kembali ke mobil, baru akhirnya Zara berani bersuara.

“Ke–kenapa tadi mereka memperlakukan kita seperti orang spesial? Dan, rasanya aneh karena mall itu sangat sepi, seperti hanya kita pelanggan mereka, padahal seharusnya mereka sudah buka, ‘kan? Apakah … apakah–”

“Mall itu milik keluargaku,” potong Kael langsung.

“Hah?!” refleks Zara dengan wajah terkejut.

Bukankah bisnis keluarga Kael hanya di bidang perhotelan? Dan sekarang, pusat perbelanjaan terbesar di kota ini ternyata juga milik keluarga Kael?

“Kenapa?” tanya Kael yang menoleh ke arah Zara sekilas dan akhirnya kembali fokus pada jalanan.

Zara menggelengkan kepalanya. “Tidak, Chef.”

Mengetahui satu fakta baru yang besar ini, Zara benar-benar merasa kecil. Dirinya hanya seorang yatim-piatu dan pelayan biasa di restoran Kael. Rasanya, dia sangat tidak pantas untuk masuk dalam kehidupan Kael yang begitu sempurna.

Perasaan takut itu tiba-tiba menyelimuti hati Zara. Takut kalau kehadirannya ini ternyata malah akan membawa masalah besar di hidup Kael.

Apa seharusnya Zara tidak usah menerima tawaran ini saja?

Sebelum semua menjadi semakin buruk, sepertinya mundur adalah pilihan terbaik. Zara benar-benar merasa tidak bisa jika harus masuk ke dalam kehidupan yang begitu asing baginya.

“Cek email, seharusnya kontrak pernikahan sudah dikirim kepadamu,” kata Kael tiba-tiba yang langsung membuyarkan lamunan Zara.

Zara buru-buru membuka ponselnya dan benar saja, ada satu email masuk dari seseorang yang sepertinya adalah salah satu pegawai pribadi Kael. Dia membaca kontrak pernikahan itu dengan seksama.

Ada tiga poin yang tertera di dalam kontrak itu. Pertama, mereka harus merahasiakan hubungan mereka di tempat kerja. Kedua, mereka tidak boleh ikut campur dengan urusan pribadi masing-masing. Ketiga, pernikahan akan berakhir di tahun kedua.

“Chef,” panggil Zara ragu.

“Kenapa? Kamu keberatan?” Kael justru melempar pertanyaan yang membuat Zara kaget.

“Itu, saya–”

‘Saya ingin mundur’ batin Zara. Namun, kenapa rasanya sangat berat untuk mengatakannya?

Zara butuh ini, tetapi dia merasa dirinya tidak pantas jika harus masuk ke kehidupan Kael.

‘Bagaimana ini?!’ batin Zara berteriak kebingungan. ‘Ah sudahlah, ini satu-satunya cara untuk bisa cepat keluar dari rumah om!’

“Kalau tidak ada masalah, segera tanda tangan,” potong Kael seolah tidak menerima protes lagi.

“B-Baik, Chef.” Zara langsung membubuhkan tanda tangannya di kolom yang telah diberikan di dokumen tersebut. “Sudah, Chef.”

Kael mengangguk pelan. “Kita menikah sekarang.”

Bab terkait

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 3: Suami

    Zara membelalakkan mata. “Hah?! Chef, tapi–”Kael justru menatapnya dengan dingin, membuat Zara tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Ini benar-benar di luar dugaan Zara. Dalam satu hari ini terlalu banyak masalah berat yang Zara alami. Setelah masalah dengan keluarga omnya, lalu pertengkaran bos dan tunangannya hingga menariknya ke dalam masalah mereka, dan sekarang berakhir dengan dia yang menikah dengan bosnya sendiri.Setelah beberapa saat, mereka benar-benar tiba di kantor catatan sipil. Seseorang langsung memberikan sebuah amplop kepada Kael dan memandu mereka untuk memasuki kantor catatan sipil.Zara hanya bisa mengekor dengan pasrah, seolah semua jalan hidupnya hari ini telah ditentukan dengan sangat rinci. Namun, perasaan bingung dan khawatir tentu saja masih memenuhi kepalanya.Kini, mereka berdua duduk di hadapan seorang petugas kantor catatan sipil yang sepertinya adalah orang yang bertugas untuk menikahkan pasangan. Pria paruh baya itu memberikan akta pernikahan kepada Zar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 4: Istriku

    Mendengar itu, Zara mengerutkan dahinya, merasa terkejut sekaligus bingung. Dia tidak menyangka tantenya akan mengatakan hal itu. “Balas budi gimana maksudnya, Tante?”“Sejak orang tuamu meninggal, om kamu yang membayar semua biaya kebutuhanmu, termasuk biaya pendidikanmu sampai sarjana.” Sarah menatap Zara dengan tajam. “Bulan depan Zio akan mulai masuk pendidikan dasar. Tante minta kamu bantu membayar uang sekolah Zio.”Zara membelalakkan matanya. Sepertinya, sekarang dia tidak bisa lagi berdiam begitu saja seperti sebelumnya. “Tante, semua uang pendidikan itu dari tabunganku yang memang sudah disiapkan ayahku sejak lama. Selama kuliah, aku juga sambil bekerja untuk membayar uang kuliah.”“Apa menurutmu, biaya hidupmu yang lain selama ini gratis?!” suara Sarah mulai sedikit meninggi dan lebih tajam. “Makanmu, air yang kamu pakai, pakaianmu sejak masih kecil, kamu pikir itu semua dari siapa?!”“Tante, aku sudah memberikan lebih dari setengah gajiku untuk membantu keluarga Tante. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 5: Hamil

    “Tolong berhenti membuat aku menjadi boneka bisnismu, Ayah,” kata Kael dengan sangat tegas seolah dia memang benar-benar telah lelah dengan permainan ayahnya.“Kael?” Maharani, ibu Kael, tidak menyangka bahwa Kael justru akan bertindak sejauh ini.Dalam situasi seperti ini, Zara benar-benar tidak berani mengangkat wajahnya, bahkan hanya untuk melihat ujung baju orang-orang pun dia tidak berani. Dia merasa bahwa kehadirannya sepertinya benar-benar bisa membuat Kael dalam masalah dengan keluarganya.“Apa maksudmu? Aku hanya berusaha memberi kehidupan yang layak untukmu hingga tua nanti. Apa kamu ingin hidup sengsara karena salah melangkah?!” Aryan berdiri dan menatap Kael dengan tajam. Maharani yang ada di sebelah Aryan, berusaha terus menenangkan suaminya dengan beberapa kali menahan mengusap lengan pria itu.Selama ini, Aryan memang selalu mengatur tiap langkah hidup Kael, bermaksud untuk memberikan kehidupan yang makmur dan terjamin untuk Kael.“Selain karena keluarga Adinata adalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 6: Dalam Bayangan Kael

    Zara membelalakkan matanya lebar-lebar.Dia tidak salah dengar, kan?“Tapi, Chef. Ini … ini nggak mungkin. Saya dan Chef …” Zara bingung sekaligus panik.Kael kembali menatapnya, kali ini sedikit lebih tajam, bibirnya membentuk garis tipis.“Kamu takut?” tanyanya datar, dengan nada yang hampir terdengar seperti ejekan.Ya, Zara takut. Bukan hanya karena situasinya yang tidak masuk akal, tetapi juga karena dia tahu dirinya tidak pernah siap untuk sesuatu seperti ini. Meskipun ini semua juga memberi keuntungan baginya, tetap saja Zara tidak bisa begitu saja memberikan dirinya. Harga dirinya bukan sesuatu yang bisa ditukar.Terlebih, jika dia memang sampai melahirkan keturunan keluarga konglomerat ini, itu berarti dia juga akan terlibat dengan semua urusan mereka, bukan?Zara menunduk, tidak tahu harus berkata apa lagi. Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi? Hubungan seperti itu antara dia dan Kael jelas mustahil. Kael adalah bosnya.Bahkan membayangkan hal itu saja membuat Zara merasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 7: Di Balik Pintu Dapur

    Keesokan harinya. Zara berusaha bangun lebih awal dari biasanya. Dia memutuskan untuk pergi kerja diam-diam, berharap tidak bertemu dengan Kael pagi itu. Setelah memastikan Kael tidak ada di sekitar, Zara menyelinap keluar dari rumah besar itu. Langkahnya terburu-buru, tapi terasa berat dengan perasaan campur aduk yang masih menghantuinya sejak tadi malam. Dia berjalan kaki menuju gerbang komplek perumahan, yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Lelah mulai terasa di kakinya, tapi Zara lebih memilih ini daripada harus berpapasan dengan Kael. Ketika dia hampir sampai di gerbang, suara deru mobil terdengar mendekat. Zara menoleh dan mendapati mobil mewah Kael melintas. Dia menunduk sedikit, berharap Kael tidak melihatnya. Namun, yang ada malah tawa sumbang keluar dari bibirnya. ‘Sungguh lucu,’ pikir Zara, saat sang suami melaju ke tempat kerja dengan mobil mewah, sementara dia hanya bisa berjalan kaki ke depan komplek dan melanjutkan perjalanan dengan bus. Namun, menurutnya i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 8: Terlambat

    ‘Andin, ngapain dia di sini?’ pikir Zara panik, wajahnya langsung memucat.Kalau sampai Zara ketahuan, jelas semua akan menjadi semakin runyam.“Lo … lo mau ke mana? Dan … itu supir? Sejak kapan lo begini?” tanyanya dengan nada tak percaya, ekspresinya campuran antara bingung dan penasaran. Otaknya bekerja cepat mencari alasan, tapi semakin Zara mencoba, semakin kosong pikirannya. Beberapa kali dia melihat sekeliling lalu membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar. Zara terdiam sejenak, mencoba menjaga ekspresinya agar tetap tenang meski hatinya berdegup kencang. “Gue ikut shooting!” jawab Zara akhirnya, suaranya datar. “Shooting? Shooting apa?” Andin menyipitkan mata, penuh rasa ingin tahu. Zara mencoba tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya, meski tidak gatal. “Itu .. reality show! Mereka lagi butuh orang buat acara ... ehm, keluarga palsu.” Andin menatap Zara seperti dia baru saja mendengar sesuatu yang mustahil. “Keluarga palsu? Reality show apaan itu?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 9: Makan Malam Menegangkan

    Zara yang sedang menunduk langsung terdiam, otaknya berputar cepat mencari jawaban. Jantungnya berdetak keras, tetapi dia berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang. Berapa usia kandungan yang cukup masuk akal dengan keadaannya?! “Ti-tiga minggu, Nyo—eh, Ibu,” jawab Zara segera dengan terbata, berusaha memperbaiki panggilannya dengan cepat. Maharani hanya mengangguk pelan. Makan malam kembali dilanjutkan dalam suasana yang hening. Aryan yang terlihat masih kurang puas dengan situasi, akhirnya angkat bicara lagi, suaranya dingin dengan nada sindiran yang halus. “Kael, kalau Zara lebih suka bekerja daripada di rumah, mungkin itu karena dia merasa tidak cukup nyaman. Atau mungkin kamu terlalu sibuk dan tidak memberinya perhatian?” Aryan menatap Kael dengan senyum tipis, jelas menantang. Zara mencengkram ujung taplak meja di bawah tangannya, mencoba menyembunyikan kegelisahan. Sementara itu, Kael hanya mengangkat pandangan dengan ekspresi tanpa emosi. "Dia nyaman,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 10: Kekacauan di The Velvet Spoon

    Suasana di dalam mobil terasa berat, meskipun tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Zara duduk di samping Kael di kursi belakang, menatap ke luar jendela, berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian selama makan malam tadi.Kael di sampingnya, duduk tegak dengan wajah dingin yang sulit ditebak. Dia hanya menatap lurus ke depan, seolah-olah tidak ada siapa pun di sebelahnya. Namun, aura dingin itu cukup membuat Zara semakin menutup diri, takut jika salah bicara akan menambah ketegangan.Mobil berhenti dengan mulus di depan rumah besar mereka. Supir keluar untuk membuka pintu, tapi Kael lebih dulu membuka pintunya sendiri. Zara menunduk sedikit sambil mengucapkan terima kasih pelan pada supir sebelum menyusul Kael masuk ke dalam.Begitu mereka melewati pintu utama, Zara melirik ke arah Kael.“Makasih, Chef,” ucapnya refleks, meskipun suaranya nyaris tak terdengar.Kael menghentikan langkahnya sejenak, lalu menoleh padanya dengan tatapan dingin, seolah sedang memprotes ucapan Za

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 97: Mencoba Menggoda

    Begitu mereka sampai di rumah, Kael membuka pintu di sisi Zara, lalu tanpa banyak bicara, menarik tangannya dan menggiringnya masuk ke dalam rumah."Kael—""Diam," potong Kael singkat.Zara merasakan jantungnya semakin berdebar kencang. Pria ini serius, ya?Begitu mereka masuk ke dalam, pintu tertutup, dan Kael langsung berbalik menghadapnya. Tatapannya tajam, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang membuat Zara semakin bisa menebak apa yang ada di pikirannya."Duduk," perintah Kael.Zara menelan ludah, lalu duduk di sofa dengan hati-hati. Matanya masih mengamati Kael yang melepas jam tangannya dengan gerakan santai, lalu melipat kedua lengannya di dada."Jadi, Nyonya Ashwara ingin dihukum seperti apa?" Kael mulai berbicara, nada suaranya rendah, tetapi terdengar penuh penekanan.Zara berdehem kecil, berusaha mencari celah untuk keluar dari situasi ini."Itu ‘kan cuma bercanda," jawab Zara dengan senyum manis.Kael mengangkat sebelah alis. "Sayangnya, aku nggak anggap itu berc

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 96: Hukuman

    Setelah seharian bekerja, Zara memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Seperti biasa, ketika Kael masih sibuk, dia memilih naik bus. Lagipula, dia sudah terbiasa.Namun, ketika melewati sebuah kafe yang tidak jauh dari restoran, matanya langsung menangkap mobil mewah yang terparkir di depan. Hanya ada satu orang yang bisa memiliki mobil seperti itu di area ini.Kael.Zara berhenti sejenak, menatap ke dalam kafe dengan dahi berkerut.Di sana, di sudut ruangan dekat jendela, Kael duduk dengan santai. Tangan kanannya memegang cangkir kopi, sementara tangan kirinya bersandar di atas meja.Ekspresinya tampak tenang, tetapi Zara tahu lebih baik dari siapa pun. Ketika Kael terlihat terlalu tenang, itu berarti sesuatu sedang mengganggunya.Tanpa berpikir panjang, Zara mendorong pintu kafe dan melangkah masuk. Suara lonceng kecil menggema saat pintu terbuka, tetapi Kael bahkan tidak menoleh. Tatapannya tetap lurus ke depan, seolah sudah tahu Zara akan datang.Zara berjalan mendekat dan berhe

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 95: Cemburu

    Sementara itu, Zara akhirnya berhasil menarik tangannya dari genggaman Varen."Ren, ngapain sih lo?" tanya Zara dengan nada kesal, alisnya bertaut.Varen mengangkat kedua tangan seolah tidak bermaksud buruk."Nggak, gue cuma mau ngasih ini ke lo," ujar Varen, sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berisi coklat.Zara menimbang-nimbang sebelum akhirnya memasukkan kotak itu ke dalam tasnya. Dia malas berdebat lebih jauh."Oh ... makasih. Tapi lain kali, jangan tiba-tiba pegang tangan gue lagi, ya," ucap Zara sambil melirik tajam.Varen tertawa kecil, menggaruk tengkuknya. "Oke, sorry, gue refleks."Mereka tidak menyadari bahwa Kael masih mengamati dari dalam mobil dengan ekspresi gelap.Setelah berbasa-basi sebentar, mereka akhirnya masuk ke dalam restoran. Suasana masih sepi karena jam operasional belum dimulai.Zara langsung berjalan ke loker untuk bersiap-siap, sementara Varen baru saja melepas jaketnya ketika suara berat memanggil namanya."Varen."Zara refleks menoleh dengan kaget se

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 94: Nasihat Ibu Mertua

    "Zara, Ibu tidak pernah menilai seseorang dari statusnya. Ibu sangat jelas melihat perubahan Kael sejak menikah denganmu, dan itu sudah cukup," ujar Maharani dengan lembut, menggenggam tangan Zara seolah ingin meyakinkannya."Tapi saya bukan siapa-siapa, Bu. Saya nggak punya latar belakang hebat seperti perempuan lain yang mungkin lebih cocok dengan Kael ..." lirih Zara."Zara, cinta bukan soal latar belakang, bukan soal cocok atau tidak cocok di mata orang lain. Lihat Kael, dia memilihmu bukan karena siapa kamu di mata orang lain, tapi karena siapa kamu di matanya." Maharani menangkup pipi Zara, ibu jarinya menghapus sisa air mata yang tertinggal di sana.Zara terdiam. Kata-kata Maharani seperti tamparan lembut yang menenangkan."Kamu tahu? Sejak kecil, Kael selalu menahan diri. Dia tumbuh dalam aturan yang ketat, harus selalu sempurna, harus selalu sesuai harapan. Tapi setelah menikah denganmu, dia belajar untuk mengikuti hatinya sendiri. Kamu mengajarinya itu, Zara," lanjut Maharani

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 93: Apakah Pantas?

    Kael melirik Zara, mencari jawaban di wajah istrinya, tetapi ekspresi Zara tetap tenang. Dia tidak terlihat emosi, tetapi justru karena itulah Kael semakin curiga.Apa ini berarti Zara masih marah pada Kael?Apa Zara masih kesal sampai-sampai tidak mau tidur sekamar dengannya malam ini?"Kamu yakin?" tanya Maharani pelan, mencoba membaca maksud di balik permintaan itu.Zara mengangguk ringan. "Iya, Bu. Saya ingin menemani Ibu malam ini."Kael menghela napas pelan, tapi tetap memperhatikan reaksi Zara dengan saksama."Baiklah, Sayang. Kebetulan Ibu juga ingin ada teman ngobrol malam ini," jawab Maharani akhirnya, tersenyum lembut.Kael masih menatap Zara, tapi istrinya sama sekali tidak melihat ke arahnya. Bukan karena dia tidak sadar, tapi karena dia memang menghindari tatapan Kael.Dan itu cukup untuk membuat Kael tahu, Zara belum baik-baik saja.Setelah selesai makan malam, Zara berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian. Kael mengikutinya dari belakang, langkahnya pelan, tetapi pe

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 92: Kamu Yakin?

    Hening, udara seakan berat di antara mereka, kata-kata yang baru saja keluar masih bergema di pikiran masing-masing."Apa kamu yakin sama keputusanmu?" tanya Zara, suaranya datar, meski ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan dalam setiap suku kata.Kael tidak butuh waktu lama untuk menjawab."Aku nggak pernah merasa seyakin ini," ujar Kael dengan keyakinan yang tercermin dalam matanya.Zara menghela napas, lalu menatapnya, matanya yang tidak berkaca-kaca justru menyimpan begitu banyak beban yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Kenapa kamu nggak marah?" tanya Kael, kali ini dengan suara lebih kecil, penuh rasa ingin tahu dan sedikit kesedihan.Zara tersenyum kecil, tetapi senyum itu lebih terasa seperti luka."Aku marah, Kael," jawab Zara pelan, suaranya hampir tenggelam oleh beratnya perasaan yang dia tahan.Kael menelan ludah, merasa cemas. "Iya, maksud aku … kenapa kamu nggak marah besar? Mungkin kalau kamu melampiaskannya, aku bakal ngerasa lebih baik."Zara menggeleng

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 91: Pergi

    "Enggak," jawab Kael cepat, terlalu cepat.Seperti orang yang ingin lari dari kenyataan, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya semakin memperburuk keadaan.Zara tetap berdiri di tempatnya, tidak bergerak, matanya menatap Kael lurus, penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab."Kalau nggak, kenapa ada surat ini?" Suara Zara terdengar lebih pelan, tapi ada tekanan di dalamnya yang cukup untuk membuat Kael sulit bernapas.Kael menarik napas dalam, mencoba meredakan sesak di dadanya. Dia bisa merasakan denyut halus di pelipisnya, tanda bahwa pikirannya sedang berusaha keras mencari jalan keluar.Kael tahu, kalau dia berkata terlalu sedikit, Zara tidak akan puas. Namun, jika dia berkata terlalu banyak, dia tahu kata-katanya hanya akan semakin melukai."Ayah yang mengurus ini, bukan aku," kata Kael akhirnya, suara sedikit pecah, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Zara terdiam sejenak, matanya berkedip, menunggu penjelasan lebih lanjut."Maksud kamu?" tanya Zara, suaranya

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 90: Amplop Coklat

    Kael menegang, tatapannya berubah dingin. Beberapa detik berlalu dalam kesunyian yang pekat, hanya suara detak jam yang terdengar jelas di ruangan itu.Kael menatap Aryan, matanya tajam, penuh amarah atau mungkin kecewa, tetapi yang jelas aura ketegangan semakin kental di ruangan itu."Dan kalau aku menolak?" tanya Kael akhirnya, suaranya terdengar lebih rendah, lebih tajam, seperti ujung pisau yang siap menebas.Aryan menatapnya lurus, tidak bergeming sedikit pun."Kamu akan kehilangan kepercayaan. Itu berarti kekuasaanmu di perusahaan ini akan terancam. Aku tidak ingin itu terjadi, dan aku yakin kamu pun tidak," jawab Aryan datar, suaranya tidak menunjukkan sedikitpun rasa ragu.Kael tetap diam, matanya tetap terpaku pada map yang ada di hadapannya, seolah berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut ayahnya. Jemarinya mengepal pelan di atas meja, menahan amarah yang mulai memuncak.Aryan menghela napas panjang, menatap Kael yang tampak semakin frustrasi."Kamu harus berpikir

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 89: Permintaan Aryan

    Riki tampak terkejut, sementara Sarah tidak bisa menyembunyikan perubahan ekspresi di wajahnya.Sarah membuka mulut, seolah ingin melanjutkan perdebatan, tetapi tak ada kata yang keluar. Sementara itu, Riki hanya menghela napas kecil."Kael, saya tidak peduli dengan omongan orang luar. Saya hanya ingin Zara bahagia. Tolong jaga dia baik-baik," ujar Riki dengan tenang, menatap Kael dengan sorot mata yang tulus. Suaranya terdengar mantap, tetapi jauh lebih lembut dibandingkan keheningan yang memenuhi ruangan.Mata Kael beralih ke Riki. Seketika, ketajaman dalam sorot matanya melunak."Saya akan selalu menjaga Zara, Om. Zara adalah rumah saya, tempat saya kembali, tempat saya ingin menetap,” ucap Kael, nada suaranya lebih dalam, lebih tulus.Zara menahan napas, tenggorokannya mendadak terasa kering. Kata-kata Kael begitu sederhana, tetapi mampu mengguncangnya dengan cara yang tidak terduga.Riki tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan."Kalau begitu, saya bisa lebih tenang sekarang," ujar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status