Share

BAB 5: Hamil

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 17:34:24

“Tolong berhenti membuat aku menjadi boneka bisnismu, Ayah,” kata Kael dengan sangat tegas seolah dia memang benar-benar telah lelah dengan permainan ayahnya.

“Kael?” Maharani, ibu Kael, tidak menyangka bahwa Kael justru akan bertindak sejauh ini.

Dalam situasi seperti ini, Zara benar-benar tidak berani mengangkat wajahnya, bahkan hanya untuk melihat ujung baju orang-orang pun dia tidak berani. Dia merasa bahwa kehadirannya sepertinya benar-benar bisa membuat Kael dalam masalah dengan keluarganya.

“Apa maksudmu? Aku hanya berusaha memberi kehidupan yang layak untukmu hingga tua nanti. Apa kamu ingin hidup sengsara karena salah melangkah?!” Aryan berdiri dan menatap Kael dengan tajam. Maharani yang ada di sebelah Aryan, berusaha terus menenangkan suaminya dengan beberapa kali menahan mengusap lengan pria itu.

Selama ini, Aryan memang selalu mengatur tiap langkah hidup Kael, bermaksud untuk memberikan kehidupan yang makmur dan terjamin untuk Kael.

“Selain karena keluarga Adinata adalah keluarga terpandang, jika keluarga kita bisa bersatu dengan keluarga mereka, tentu bisnis kita juga akan semakin berkembang dengan bantuan suplai dari bisnis mereka. Apa kamu tidak berpikir sampai ke sana, Kael?” lanjut Aryan.

Kael berdecak kesal.

“Aku juga ingin bahagia dengan jalanku sendiri, Ayah.” Kael menatap ayahnya dengan kesal.

Kael tiba-tiba meraih tangan Zara ke dalam genggamannya yang membuat Zara kembali tersentak. Zara menatap Kael dari samping dengan keraguan yang besar.

“Lagipula, Zara sedang mengandung anakku,” kata Kael lagi, dan berhasil membuat Aryan membelalakkan mata. Bahkan, Hardi Ashwara, kakek Kael, yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan ayah dan anak itu, kini ikut terperanjat.

Maharani juga tampak sangat terkejut. Selama ini, yang dia tahu anaknya begitu gila pekerjaan, tetapi kenapa kini tiba-tiba mengatakan telah menghamili seorang perempuan?

“Kael, kamu serius?” tanya Maharani dengan lirih.

“Dia hamil, Kael?” sahut Hardi dengan suara parau. Dia masih tidak menyangka bahwa cucunya ternyata akan berbuat sejauh ini.

Kael hanya membalas dengan anggukan kepala. Genggaman tangannya pada Zara terasa semakin erat, seolah ingin memberi peringatan untuk tetap diam dan mengikuti alur dengan baik.

“Hamil? Apa kamu yakin, Kael?” Aryan jelas tahu bahwa anaknya itu seorang workaholic. Hampir 15 jam kesehariannya dihabiskan di dalam dapur dan restoran, sisanya hanya untuk tidur dan mendatangi supplier.

Mana mungkin anaknya memiliki waktu untuk bisa membuat seorang wanita hamil? Bahkan, untuk sekadar berkencan pun sepertinya tidak mungkin.

Aryan menatap Zara dengan cukup dalam, sejenak dia menatap perut Zara yang terlihat masih rata seolah tidak ada sesuatu yang hidup di sana.

“Baiklah, karena kalian sudah menikah dan calon cucuku juga sudah ada di dalam perut perempuan itu,” kata Aryan lagi. Sejenak dia kembali menatap Zara dan Kael bergantian. “Aku akan menunggu kelahiran bayi itu. Mungkin sekitar 8 atau 9 bulan lagi, ‘kan?”

Zara merasa seperti baru saja tersengat listrik. Bagaimana mungkin ada bayi yang akan lahir dari perutnya 9 bulan lagi? Dia saja tidak hamil!

Zara menatap Kael dengan cukup cemas, tetapi Kael justru masih tampak sangat tenang.

Bukankah ini bencana dalam sandiwara mereka? Kenapa Kael malah tenang-tenang saja?!

“Sudahlah, Aryan, biarkan anakmu memilih kebahagiaannya sendiri. Toh sekarang sudah ada calon penerus keluarga kita, tugas kita hanya tinggal melindungi dan merawatnya,” sahut Hardi melerai perdebatan ayah dan anak itu. Tentu saja dia sadar bahwa ini mungkin juga salah dirinya yang telah mendidik Aryan dengan cukup keras, hingga kini harus berimbas pada cucunya.

Kael menatap kakeknya dengan tenang seolah menghargai setiap hal yang telah kakeknya lakukan untuknya selama ini. Kemudian, tatapannya dia alihkan kepada sang ayah.

“Tenang saja, Ayah. Atau Ayah sendiri yang mau membantu proses persalinan?” kata Kael dengan sedikit bercanda, seolah tidak menemukan adanya masalah dari permintaan sang ayah.

Sementara Zara justru sebaliknya, dia benar-benar tampak panik, tetapi sama sekali tidak berani mengatakan apapun. Ditambah dengan ucapan Kael yang seperti itu, Zara benar-benar tidak habis pikir.

Apa bosnya ini memang punya selera humor yang rendah?

“C–Chef,” panggil Zara yang terdengar seperti sedang berbisik. Tentu saja dia sangat panik!

Namun, Kael hanya membalas Zara dengan semakin mengeratkan genggamannya.

“Kalau begitu, kami pamit.” Kael langsung melangkah keluar dari ruang tamu besar itu dengan perasaan sedikit kemenangan dalam hatinya.

Tentu saja langkah itu juga diikuti oleh Zara sebab tangannya masih digenggam erat oleh Kael. Namun, sebelum Zara benar-benar melangkah, sejenak dia membungkukkan badannya untuk memberi salam kepada keluarga Kael.

***

Meja makan di rumah Kael kini terasa begitu panas karena pikiran-pikiran yang terus berkelana. Tidak ada suara lain selain suara sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring.

“Chef,” panggil Zara akhirnya memecah keheningan.

Kael menoleh sejenak sambil mengangkat satu alisnya untuk menjawab panggilan Zara.

“Bagaimana saya bisa melahirkan bayi sembilan bulan lagi, sementara saya gak hamil, Chef?” kata Zara, matanya menelisik reaksi Kael.

Kael meletakkan sendok dan garpunya, mengangkat gelas dan meneguk airnya tanpa buru-buru. “Kamu bisa hamil palsu. Tutupi perutmu pakai bantal atau silikon.”

Zara terdiam sejenak, otaknya mulai berputar, membayangkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi. "Tapi, saat melahirkan, bayi siapa yang akan kita tunjukkan nanti?"

Kael yang terbiasa mengendalikan segalanya, merasa sedikit terpaku. Zara yang selama ini dia anggap hanya mengikuti alur, ternyata bisa berpikir jauh ke depan, memikirkan risiko dan dampak jangka panjang.

Sesaat, Kael merasakan ada ketajaman dalam diri Zara yang jarang dia temui, dan meskipun dia cepat menepisnya, pemikiran itu tetap mengganggunya.

Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa hening dan penuh ketegangan, Kael meletakkan garpunya dengan tenang. Kael menatap Zara sekilas, matanya tajam dan penuh ketegasan, seolah mengukuhkan bahwa ini bukan sesuatu yang bisa berat.

"Kalau gitu, cukup bilang kamu keguguran dan kamu gak perlu melahirkan," jawab Kael datar, dengan nada yang tak memberi ruang untuk perdebatan.

Zara hampir tersedak mendengar pernyataan Kael.

“Keguguran?!” Suaranya penuh dengan campuran kaget dan tidak percaya. Matanya menatap Kael tajam, berharap dia sedang bercanda.

Namun, pria itu tetap terlihat tenang. Bahkan, dia kembali mengambil garpunya, melanjutkan makan seperti tidak ada yang terjadi.

“Iya, Zara. Kenapa?” jawab Kael singkat, tanpa sedikit pun mengangkat pandangannya.

Zara menelan ludah, berusaha mengendalikan emosinya. “Chef … tapi ini tidak semudah itu … ”

Kael berhenti, kali ini meletakkan garpunya lagi. Dia menatap Zara dengan sorot mata dingin, tajam seperti belati yang menusuk langsung ke pusat keraguan Zara.

Zara menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan gelisah yang terus berkecamuk ditambah dengan tatapan Kael yang begitu tajam kepadanya. Dia tahu, tidak ada gunanya membantah jika Kael sudah berbicara seperti itu. Namun, kekhawatirannya tidak bisa hilang begitu saja.

Suasana hening menggantung di antara mereka. Kael meletakkan garpu dan pisau makannya dengan gerakan pelan tapi penuh otoritas. Matanya yang tajam beralih ke arah Zara. Sekilas, ada sesuatu di tatapannya.

“Kalau kamu gak mau,” ucap Kael akhirnya, nada suaranya tetap datar, seolah dia sedang membahas menu makan malam. “Aku bisa membuatmu hamil.”

Bab terkait

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 6: Dalam Bayangan Kael

    Zara membelalakkan matanya lebar-lebar.Dia tidak salah dengar, kan?“Tapi, Chef. Ini … ini nggak mungkin. Saya dan Chef …” Zara bingung sekaligus panik.Kael kembali menatapnya, kali ini sedikit lebih tajam, bibirnya membentuk garis tipis.“Kamu takut?” tanyanya datar, dengan nada yang hampir terdengar seperti ejekan.Ya, Zara takut. Bukan hanya karena situasinya yang tidak masuk akal, tetapi juga karena dia tahu dirinya tidak pernah siap untuk sesuatu seperti ini. Meskipun ini semua juga memberi keuntungan baginya, tetap saja Zara tidak bisa begitu saja memberikan dirinya. Harga dirinya bukan sesuatu yang bisa ditukar.Terlebih, jika dia memang sampai melahirkan keturunan keluarga konglomerat ini, itu berarti dia juga akan terlibat dengan semua urusan mereka, bukan?Zara menunduk, tidak tahu harus berkata apa lagi. Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi? Hubungan seperti itu antara dia dan Kael jelas mustahil. Kael adalah bosnya.Bahkan membayangkan hal itu saja membuat Zara merasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 7: Di Balik Pintu Dapur

    Keesokan harinya. Zara berusaha bangun lebih awal dari biasanya. Dia memutuskan untuk pergi kerja diam-diam, berharap tidak bertemu dengan Kael pagi itu. Setelah memastikan Kael tidak ada di sekitar, Zara menyelinap keluar dari rumah besar itu. Langkahnya terburu-buru, tapi terasa berat dengan perasaan campur aduk yang masih menghantuinya sejak tadi malam. Dia berjalan kaki menuju gerbang komplek perumahan, yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Lelah mulai terasa di kakinya, tapi Zara lebih memilih ini daripada harus berpapasan dengan Kael. Ketika dia hampir sampai di gerbang, suara deru mobil terdengar mendekat. Zara menoleh dan mendapati mobil mewah Kael melintas. Dia menunduk sedikit, berharap Kael tidak melihatnya. Namun, yang ada malah tawa sumbang keluar dari bibirnya. ‘Sungguh lucu,’ pikir Zara, saat sang suami melaju ke tempat kerja dengan mobil mewah, sementara dia hanya bisa berjalan kaki ke depan komplek dan melanjutkan perjalanan dengan bus. Namun, menurutnya i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 8: Terlambat

    ‘Andin, ngapain dia di sini?’ pikir Zara panik, wajahnya langsung memucat.Kalau sampai Zara ketahuan, jelas semua akan menjadi semakin runyam.“Lo … lo mau ke mana? Dan … itu supir? Sejak kapan lo begini?” tanyanya dengan nada tak percaya, ekspresinya campuran antara bingung dan penasaran. Otaknya bekerja cepat mencari alasan, tapi semakin Zara mencoba, semakin kosong pikirannya. Beberapa kali dia melihat sekeliling lalu membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar. Zara terdiam sejenak, mencoba menjaga ekspresinya agar tetap tenang meski hatinya berdegup kencang. “Gue ikut shooting!” jawab Zara akhirnya, suaranya datar. “Shooting? Shooting apa?” Andin menyipitkan mata, penuh rasa ingin tahu. Zara mencoba tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya, meski tidak gatal. “Itu .. reality show! Mereka lagi butuh orang buat acara ... ehm, keluarga palsu.” Andin menatap Zara seperti dia baru saja mendengar sesuatu yang mustahil. “Keluarga palsu? Reality show apaan itu?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 9: Makan Malam Menegangkan

    Zara yang sedang menunduk langsung terdiam, otaknya berputar cepat mencari jawaban. Jantungnya berdetak keras, tetapi dia berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang. Berapa usia kandungan yang cukup masuk akal dengan keadaannya?! “Ti-tiga minggu, Nyo—eh, Ibu,” jawab Zara segera dengan terbata, berusaha memperbaiki panggilannya dengan cepat. Maharani hanya mengangguk pelan. Makan malam kembali dilanjutkan dalam suasana yang hening. Aryan yang terlihat masih kurang puas dengan situasi, akhirnya angkat bicara lagi, suaranya dingin dengan nada sindiran yang halus. “Kael, kalau Zara lebih suka bekerja daripada di rumah, mungkin itu karena dia merasa tidak cukup nyaman. Atau mungkin kamu terlalu sibuk dan tidak memberinya perhatian?” Aryan menatap Kael dengan senyum tipis, jelas menantang. Zara mencengkram ujung taplak meja di bawah tangannya, mencoba menyembunyikan kegelisahan. Sementara itu, Kael hanya mengangkat pandangan dengan ekspresi tanpa emosi. "Dia nyaman,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 10: Kekacauan di The Velvet Spoon

    Suasana di dalam mobil terasa berat, meskipun tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Zara duduk di samping Kael di kursi belakang, menatap ke luar jendela, berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian selama makan malam tadi.Kael di sampingnya, duduk tegak dengan wajah dingin yang sulit ditebak. Dia hanya menatap lurus ke depan, seolah-olah tidak ada siapa pun di sebelahnya. Namun, aura dingin itu cukup membuat Zara semakin menutup diri, takut jika salah bicara akan menambah ketegangan.Mobil berhenti dengan mulus di depan rumah besar mereka. Supir keluar untuk membuka pintu, tapi Kael lebih dulu membuka pintunya sendiri. Zara menunduk sedikit sambil mengucapkan terima kasih pelan pada supir sebelum menyusul Kael masuk ke dalam.Begitu mereka melewati pintu utama, Zara melirik ke arah Kael.“Makasih, Chef,” ucapnya refleks, meskipun suaranya nyaris tak terdengar.Kael menghentikan langkahnya sejenak, lalu menoleh padanya dengan tatapan dingin, seolah sedang memprotes ucapan Za

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 11: Chef’s Special Menu

    Rizal menatap Kael dengan bingung. “Tim gudang dan sous chef? Apa ada rencana lain, Chef?”Kael mengangguk singkat, ekspresinya tetap tanpa emosi. “Kita luncurkan Chef’s Special Menu untuk minggu ini.”Chef’s Special Menu berarti penyediaan menu makanan baru yang tidak ada dalam daftar menu sebelumnya. Strategi ini dipilih sebagai salah satu solusi cepat untuk menghadapi krisis pasokan bahan baku utama. Dengan strategi ini, bukan hanya bisa untuk menjaga operasional restoran tetap berjalan, tetapi juga memastikan citra The Velvet Spoon sebagai restoran berkualitas tinggi tidak goyah di mata pelanggan.Setidaknya, itu yang ada dalam pikiran Kael. Rizal tergagap sejenak, lalu mengangguk cepat. Tentu Rizal tahu apa yang harus dia lakukan jika ada hal seperti ini. “B–Baik, Chef. Saya segera atur semuanya.”Kael melirik jam tangannya, lalu menambahkan, “Siapkan dalam 10 menit. Brief jelas, tidak ada ruang untuk kesalahan.”Rizal segera bergegas, langkahnya terdengar cepat di atas lantai d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 12: Fitnah Clara

    Dengan gaun mewah berwarna merah yang membuat lekuk tubuh sempurna semakin terlihat indah, wanita itu melangkah masuk dengan aura anggun yang cukup tajam. Semua mata di sekitarnya seolah tertarik pada kehadirannya. Zara merasa detak jantungnya meningkat meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Kenapa Clara datang ke sini?! Clara berhenti di depan resepsionis, lalu dengan suara yang cukup keras untuk menarik perhatian, dia berkata, "Saya ingin meja di tengah, tempat yang paling strategis." Resepsionis dengan sopan mengangguk, lalu menuntun Clara ke meja yang dia inginkan. Namun, sebelum resepsionis bisa memanggil pelayan, Clara mengangkat tangannya dengan anggun. "Tunggu." Clara memandang sekeliling, lalu matanya menangkap sosok Zara yang baru saja keluar dari dapur. Sebuah senyum kecil penuh arti muncul di wajahnya. "Aku ingin dilayani oleh dia," lanjutnya sambil menunjuk Zara. Zara yang mendengar itu langsung membeku di tempat. Dia berharap teli

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 13: Gelas dan Drama

    Zara mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan tindakan Kael. Sementara Clara langsung membelalakkan matanya tidak terima. “Itu tidak perlu! Staf kamu ini jelas ceroboh. Kalau saja dia lebih berhati-hati, insiden ini tidak akan terjadi!" Clara mulai merasa panik. Selain tidak puas dengan jawaban Kael, kalau sampai rekaman CCTV itu terlihat jelas, sudah pasti akan menjadi boomerang untuk Clara. Zara mengepalkan tangannya di belakang punggungnya, mencoba menahan amarah yang membakar dadanya. Suasana di restoran menjadi semakin menegangkan. Semua mata tertuju pada sosok Zara yang sedang merasa serba salah, juga Clara yang tampak sedang meminta keadilan. Jelas Kael tidak bisa membiarkan ini semua begitu saja. Reputasi restorannya akan dipertaruhkan jika memang Zara lalai dalam bekerja. “Kael, stafmu jelas lalai. Gak perlu cek CCTV segala!” seru Clara lagi. Dia tidak bisa begitu saja membiarkan Kael melihat rekaman CCTV. Namun, nyatanya Kael sama sekali tidak peduli dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 99: Protektif

    "Apa? Kita jadi lebih hemat waktu, ‘kan?" ujar Kael dengan nada polos yang jelas dibuat-buat.Zara mengerucutkan bibir, tatapannya penuh kecurigaan. "Hemat waktu dari mana? Nanti bukannya cepat malah tambah lama kalau kita mandi bareng."Kael mencondongkan tubuh sedikit, matanya berkilat jahil. "Tenang aja, aku nggak bakal macem-macem … kecuali kalau kamu yang mulai duluan.""Kael!" pekik Zara, wajahnya langsung merona.Kael terkekeh, lalu bersandar santai di ambang pintu kamar mandi, sengaja tidak memberi jalan."Kamu mau ngobrol atau mau mandi?" tanya Kael, nada suaranya terdengar malas, seolah dia tidak sedang dalam situasi darurat.Zara mengatupkan rahangnya, menatapnya tajam sebelum akhirnya mendengus kesal. "Yaudah, aku aja yang mandi di kamar mandi lain."Kael tersenyum tipis, terlihat sangat puas dengan kemenangan kecilnya.Tanpa membuang waktu, Zara langsung keluar dari kamar dengan langkah cepat. Sementara itu, Kael menutup pintu kamar mandi dengan senyum kecil di wajahnya.

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 98: Cukup Bersabar

    "Mulai hukumanmu," gumam Kael, jemarinya perlahan menyusuri lengan Zara, menciptakan jejak panas di kulitnya.Zara menahan napas, ekspresi datar Kael kini dipenuhi dengan niat yang jelas.Alih-alih menjauh, Zara justru menatapnya balik, seakan menantang. Jantungnya berdebar, tetapi bukan karena takut, melainkan sesuatu yang lebih mendebarkan dari itu.Zara tahu ini akan terjadi sejak dia mulai bermain api dengan Kael. Dan sekarang, dia harus siap menerima akibatnya.Kael menatapnya sejenak, menyadari bahwa kali ini Zara tidak mencoba menghindar. Bibirnya melengkung tipis."Masih mau menantang aku?" bisik Kael, nadanya rendah dan dalam.Zara tersenyum samar, lalu mengangkat tangannya, melingkarkan jemarinya ke belakang leher Kael.Kael menunduk, menelusuri sisi leher Zara dengan bibirnya. Gerakannya lambat, seperti menikmati setiap reaksi yang muncul darinya.Napas Zara memburu. Jemarinya meremas bahu Kael tanpa sadar. "Kael …""Hm?" gumam pria itu, sementara tangannya mulai bergerak l

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 97: Mencoba Menggoda

    Begitu mereka sampai di rumah, Kael membuka pintu di sisi Zara, lalu tanpa banyak bicara, menarik tangannya dan menggiringnya masuk ke dalam rumah."Kael—""Diam," potong Kael singkat.Zara merasakan jantungnya semakin berdebar kencang. Pria ini serius, ya?Begitu mereka masuk ke dalam, pintu tertutup, dan Kael langsung berbalik menghadapnya. Tatapannya tajam, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang membuat Zara semakin bisa menebak apa yang ada di pikirannya."Duduk," perintah Kael.Zara menelan ludah, lalu duduk di sofa dengan hati-hati. Matanya masih mengamati Kael yang melepas jam tangannya dengan gerakan santai, lalu melipat kedua lengannya di dada."Jadi, Nyonya Ashwara ingin dihukum seperti apa?" Kael mulai berbicara, nada suaranya rendah, tetapi terdengar penuh penekanan.Zara berdehem kecil, berusaha mencari celah untuk keluar dari situasi ini."Itu ‘kan cuma bercanda," jawab Zara dengan senyum manis.Kael mengangkat sebelah alis. "Sayangnya, aku nggak anggap itu berc

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 96: Hukuman

    Setelah seharian bekerja, Zara memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Seperti biasa, ketika Kael masih sibuk, dia memilih naik bus. Lagipula, dia sudah terbiasa.Namun, ketika melewati sebuah kafe yang tidak jauh dari restoran, matanya langsung menangkap mobil mewah yang terparkir di depan. Hanya ada satu orang yang bisa memiliki mobil seperti itu di area ini.Kael.Zara berhenti sejenak, menatap ke dalam kafe dengan dahi berkerut.Di sana, di sudut ruangan dekat jendela, Kael duduk dengan santai. Tangan kanannya memegang cangkir kopi, sementara tangan kirinya bersandar di atas meja.Ekspresinya tampak tenang, tetapi Zara tahu lebih baik dari siapa pun. Ketika Kael terlihat terlalu tenang, itu berarti sesuatu sedang mengganggunya.Tanpa berpikir panjang, Zara mendorong pintu kafe dan melangkah masuk. Suara lonceng kecil menggema saat pintu terbuka, tetapi Kael bahkan tidak menoleh. Tatapannya tetap lurus ke depan, seolah sudah tahu Zara akan datang.Zara berjalan mendekat dan berhe

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 95: Cemburu

    Sementara itu, Zara akhirnya berhasil menarik tangannya dari genggaman Varen."Ren, ngapain sih lo?" tanya Zara dengan nada kesal, alisnya bertaut.Varen mengangkat kedua tangan seolah tidak bermaksud buruk."Nggak, gue cuma mau ngasih ini ke lo," ujar Varen, sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berisi coklat.Zara menimbang-nimbang sebelum akhirnya memasukkan kotak itu ke dalam tasnya. Dia malas berdebat lebih jauh."Oh ... makasih. Tapi lain kali, jangan tiba-tiba pegang tangan gue lagi, ya," ucap Zara sambil melirik tajam.Varen tertawa kecil, menggaruk tengkuknya. "Oke, sorry, gue refleks."Mereka tidak menyadari bahwa Kael masih mengamati dari dalam mobil dengan ekspresi gelap.Setelah berbasa-basi sebentar, mereka akhirnya masuk ke dalam restoran. Suasana masih sepi karena jam operasional belum dimulai.Zara langsung berjalan ke loker untuk bersiap-siap, sementara Varen baru saja melepas jaketnya ketika suara berat memanggil namanya."Varen."Zara refleks menoleh dengan kaget se

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 94: Nasihat Ibu Mertua

    "Zara, Ibu tidak pernah menilai seseorang dari statusnya. Ibu sangat jelas melihat perubahan Kael sejak menikah denganmu, dan itu sudah cukup," ujar Maharani dengan lembut, menggenggam tangan Zara seolah ingin meyakinkannya."Tapi saya bukan siapa-siapa, Bu. Saya nggak punya latar belakang hebat seperti perempuan lain yang mungkin lebih cocok dengan Kael ..." lirih Zara."Zara, cinta bukan soal latar belakang, bukan soal cocok atau tidak cocok di mata orang lain. Lihat Kael, dia memilihmu bukan karena siapa kamu di mata orang lain, tapi karena siapa kamu di matanya." Maharani menangkup pipi Zara, ibu jarinya menghapus sisa air mata yang tertinggal di sana.Zara terdiam. Kata-kata Maharani seperti tamparan lembut yang menenangkan."Kamu tahu? Sejak kecil, Kael selalu menahan diri. Dia tumbuh dalam aturan yang ketat, harus selalu sempurna, harus selalu sesuai harapan. Tapi setelah menikah denganmu, dia belajar untuk mengikuti hatinya sendiri. Kamu mengajarinya itu, Zara," lanjut Maharani

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 93: Apakah Pantas?

    Kael melirik Zara, mencari jawaban di wajah istrinya, tetapi ekspresi Zara tetap tenang. Dia tidak terlihat emosi, tetapi justru karena itulah Kael semakin curiga.Apa ini berarti Zara masih marah pada Kael?Apa Zara masih kesal sampai-sampai tidak mau tidur sekamar dengannya malam ini?"Kamu yakin?" tanya Maharani pelan, mencoba membaca maksud di balik permintaan itu.Zara mengangguk ringan. "Iya, Bu. Saya ingin menemani Ibu malam ini."Kael menghela napas pelan, tapi tetap memperhatikan reaksi Zara dengan saksama."Baiklah, Sayang. Kebetulan Ibu juga ingin ada teman ngobrol malam ini," jawab Maharani akhirnya, tersenyum lembut.Kael masih menatap Zara, tapi istrinya sama sekali tidak melihat ke arahnya. Bukan karena dia tidak sadar, tapi karena dia memang menghindari tatapan Kael.Dan itu cukup untuk membuat Kael tahu, Zara belum baik-baik saja.Setelah selesai makan malam, Zara berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian. Kael mengikutinya dari belakang, langkahnya pelan, tetapi pe

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 92: Kamu Yakin?

    Hening, udara seakan berat di antara mereka, kata-kata yang baru saja keluar masih bergema di pikiran masing-masing."Apa kamu yakin sama keputusanmu?" tanya Zara, suaranya datar, meski ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan dalam setiap suku kata.Kael tidak butuh waktu lama untuk menjawab."Aku nggak pernah merasa seyakin ini," ujar Kael dengan keyakinan yang tercermin dalam matanya.Zara menghela napas, lalu menatapnya, matanya yang tidak berkaca-kaca justru menyimpan begitu banyak beban yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Kenapa kamu nggak marah?" tanya Kael, kali ini dengan suara lebih kecil, penuh rasa ingin tahu dan sedikit kesedihan.Zara tersenyum kecil, tetapi senyum itu lebih terasa seperti luka."Aku marah, Kael," jawab Zara pelan, suaranya hampir tenggelam oleh beratnya perasaan yang dia tahan.Kael menelan ludah, merasa cemas. "Iya, maksud aku … kenapa kamu nggak marah besar? Mungkin kalau kamu melampiaskannya, aku bakal ngerasa lebih baik."Zara menggeleng

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 91: Pergi

    "Enggak," jawab Kael cepat, terlalu cepat.Seperti orang yang ingin lari dari kenyataan, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya semakin memperburuk keadaan.Zara tetap berdiri di tempatnya, tidak bergerak, matanya menatap Kael lurus, penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab."Kalau nggak, kenapa ada surat ini?" Suara Zara terdengar lebih pelan, tapi ada tekanan di dalamnya yang cukup untuk membuat Kael sulit bernapas.Kael menarik napas dalam, mencoba meredakan sesak di dadanya. Dia bisa merasakan denyut halus di pelipisnya, tanda bahwa pikirannya sedang berusaha keras mencari jalan keluar.Kael tahu, kalau dia berkata terlalu sedikit, Zara tidak akan puas. Namun, jika dia berkata terlalu banyak, dia tahu kata-katanya hanya akan semakin melukai."Ayah yang mengurus ini, bukan aku," kata Kael akhirnya, suara sedikit pecah, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Zara terdiam sejenak, matanya berkedip, menunggu penjelasan lebih lanjut."Maksud kamu?" tanya Zara, suaranya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status