Travis tahu betul bahwa orang yang bisa menyumbangkan 20 miliar pasti berasal dari keluarga kaya raya. Dia tentu harus menyanjung orang seperti ini."Namaku Josh." Josh berbalik, lalu duduk dan menyilangkan kakinya. Kemudian, dia berbicara lagi, "Pak, aku nggak menyumbangkan uang ini sembarangan. Aku punya 2 permintaan.""Katakanlah," ujar Travis seraya menganggukkan kepala. Dia sudah menduga akan hal ini sebelumnya.Josh menyesap teh yang diberikan sekretaris Travis sebelum menyahut dengan tidak acuh, "Pertama, pecat dosen bernama Daniel. Kedua, kamu harus menjamin aku nggak perlu mengulang pelajaran apa pun meski aku terus bolos.""Bukan masalah," timpal Travis tanpa mempertimbangkan sedetik pun. Memecat seorang dosen hanya hal sepele. Lagi pula, masih ada banyak dosen di universitas. Uang 20 miliar ini tentu jauh lebih penting."Baiklah. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggumu lagi. Kuharap Pak Travis bisa segera memecat dosen itu," ujar Josh sembari bangkit dari tempat duduknya.
Para mahasiswi di kelas bahkan menjadi bersemangat. Asalkan mengetahui identitas tuan muda ini, mereka pasti akan menghalalkan segala cara untuk mendekatinya. Begitu berhasil, status mereka pasti akan membubung tinggi."Sayang sekali, nggak ada nama dan kelas penyumbangnya. Hanya ditulis anonim di pemberitahuan.""Ya, semua orang sedang mencari tahu identitas anak orang kaya ini. Tapi, nggak ada seorang pun yang tahu."Para mahasiswa terus membahas masalah ini. Ketika mendengarnya, Josh tak kuasa tersenyum. Tanpa diduga, seluruh universitas sudah tahu tentang sumbangan yang diberikannya ini. Untung saja, Josh sudah berpesan kepada Travis untuk tidak membocorkan identitasnya. Dengan begini, dia baru tidak akan kerepotan.Ketika mendengar diskusi orang-orang, Armand tak kuasa berkata, "Gila, apa yang dipikirkan orang ini? Bukannya dia menyumbangkan begitu banyak uang untuk pamer? Gimana dia bisa pamer kalau merahasiakan identitasnya? Kalau itu aku, aku pasti sudah menuliskan nama dan kel
"Cantik, biar kutanya, kalau Grup Vagant mengakhiri kerja sama dengan keluarga Armand, kira-kira apa yang akan terjadi dengan Perusahaan Material Fortune?" tanya Josh kepada wanita cantik itu."Mereka akan berakhir mengenaskan. Bisa dibilang bahwa Perusahaan Material Fortune bergantung pada Grup Vagant untuk bertahan hidup," jawab si wanita cantik."Oh, ya?" Senyuman Josh menjadi makin lebar. Dia telah terpikir akan sebuah ide."Tampan, semua orang di sini memanggilku Kak Ruby. Kamu boleh memanggilku seperti itu juga," ujar wanita cantik itu seraya menyunggingkan senyuman menggoda."Oke, Kak Ruby." Josh tersenyum layaknya seorang jentelmen."Siapa namamu?" tanya Ruby sembari tersenyum.Pakaian Josh yang terlihat murahan memberi kesan bahwa dia hanyalah bocah miskin. Namun, ketika Josh meminta informasi darinya, dia rela mengeluarkan uang yang sangat banyak. Hal ini pun membuat Ruby merasa bahwa pria ini bukan orang biasa.Josh menghabiskan bir dalam gelasnya, lalu menjawab, "Josh."Rub
"Dua puluh miliar? Bukan masalah," sahut Josh seraya mengangguk."Oke, sepakat!" Pria botak itu langsung menyetujuinya. Ketika berhadapan dengan orang yang begitu murah hati, etika kerja sama sekali tidak penting.Josh langsung mentransfer 10 miliar untuk mereka. Begitu menerima notifikasi dari bank, pria botak itu pun tersenyum lebar."Sekarang, kalian sudah bisa memberitahuku siapa yang mengutus kalian, 'kan?" tanya Josh."Yakov yang mengutus kami," jawab pria botak itu langsung."Yakov?" Josh memicingkan matanya yang dingin. Setelah mentransfer 10 miliar lagi, keempat orang ini pun menurunkan Josh sesuai dengan janji mereka.Sesudah mobil van hitam itu pergi, Josh bergumam dengan tatapan yang dipenuhi niat membunuh, "Yakov dan Alex, sepertinya kalian sudah bosan hidup."Setelah memecat kedua orang ini, Josh tidak berniat untuk mencari masalah dengan mereka. Namun, karena mereka berani menyewa preman untuk mencelakainya, Josh tentu tidak akan diam saja.Kemudian, Josh mengeluarkan po
"Apa katamu? Kamu datang untuk membeli mobil?" tanya Garry dengan nada melengking karena terkejut.Saat berikutnya, Garry dan beberapa pramuniaga yang berdiri di sekitar pun tidak bisa menahan tawa. Orang-orang yang datang kemari untuk membeli mobil sangatlah kaya. Tidak ada yang mengenakan pakaian murahan seperti Josh."Josh, tempat ini adalah showroom Lamborghini. Yang kami jual adalah mobil mewah, bukan sepeda," jelas Garry sambil menahan tawanya.Josh mengerutkan dahinya karena tahu bahwa Garry merendahkannya. Dia pun menimpali, "Aku tahu. Aku memang kemari untuk membeli mobil. Kenapa? Kalian nggak menyambutku?""Kami tentu menyambutmu. Tapi, kamu yakin bisa membeli mobil di sini?" tanya Garry yang tersenyum merendahkan.Para pramuniaga di sekitar turut berbicara, "Hei, apa kamu tahu harga mobil di sini mencapai puluhan miliar?""Ya, mana mungkin kamu bisa membeli Lamborghini? Konyol sekali!" Mereka sama sekali tidak percaya bahwa seorang bocah yang mengenakan pakaian murahan sangg
Setelah keluar dari showroom, Josh langsung kembali ke universitas. Dia tidak melihat Armand di ruang kelas. Kemungkinan besar, Armand masih diopname di rumah sakit.Sementara itu, identitas penyumbang misterius masih menggemparkan Universitas Sunrise. Semua orang sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak ada yang tahu siapa tuan muda kaya ini.Ketika masuk ke ruang kelas, Josh menemukan amplop berisi uang 40 juta beserta sebuah surat di laci mejanya. Dia segera membacanya.[ Josh, terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak bisa menerima uang ini secara cuma-cuma. ]Meskipun tidak tertera nama si penulis, Josh tahu bahwa Elsa yang menulisnya. Uang ini adalah uang yang diberikan Josh kemarin malam."Gadis ini menolak uang yang kuberi secara cuma-cuma? Tsk tsk, menarik sekali," gumam Josh yang tak kuasa menahan senyuman. Kemudian, dia mendongak menatap Elsa yang duduk di barisan paling depan. Gadis itu sedang membaca buku sekarang.Melihat ini, Josh membatin dengan emosional, 'Gadis ini
Walaupun keluarga Agnes mempunyai perusahaan sendiri, perusahaan mereka tidaklah besar. Mobil ayahnya juga tidak semahal ini."Ini mobilku," ujar Josh. Begitu ucapan ini dilontarkan, Rubeus dan lainnya buru-buru menatap Josh."Sobat, berhenti bercanda," sahut Rubeus dengan tersenyum seraya menepuk bahu Josh. Dia mengira Josh sedang bercanda. Bagaimanapun, dia tahu betul situasi keluarga Josh.Phebe juga tergelak dan berkata, "Huh! Orang sepertimu sanggup membeli Lamborghini? Aku masih percaya kalau melihatmu mengendarai sepeda.""Pakaianmu jelas-jelas begitu murahan, kamu masih berani membual Lamborghini ini adalah milikmu? Dasar nggak tahu malu! Malah aku yang merasa malu karena berdiri bersamamu," timpal Agnes yang merasa kecewa sambil menggeleng. Jika tahu bahwa Rubeus akan memperkenalkannya kepada pria seperti ini, dia tidak akan datang."Maaf sekali, tapi aku nggak bercanda ataupun membual. Ini memang mobilku!" jelas Josh dengan tidak acuh.Saat ini, pintu mobil Lamborghini akhirn
Mendengar perkataan ini, Rubeus sontak memelotot dan berseru, "Langsung menampar siapa pun yang menindas kita? Tanpa peduli identitas mereka? Josh, ka ... kamu serius?""Ya, aku sangat serius!" timpal Josh seraya menyeringai."Hehe, bukan masalah." Rubeus benar-benar bersemangat memikirkan hal ini. Kelak, dia tidak perlu takut ditindas lagi."Rubeus, kamu mau coba mengendarai Lamborghini ini?" tanya Josh sambil menghentikan mobilnya di pinggir jalan."Serius? Aku mau!" sahut Rubeus sembari mengangguk berulang kali. Kemudian, keduanya bergegas bertukar tempat duduk. Siapa yang tidak ingin mencoba mengendarai Lamborghini?Ketika tiba di universitas, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 lewat. Gerbang sekolah sudah ditutup sehingga mobil tidak bisa diparkir di dalam. Sesudah Rubeus turun, Josh memarkirkan mobilnya di tempat parkir terdekat.Di dalam sebuah taksi, terlihat Phebe dan Agnes. Phebe makin merasa ada yang tidak beres sehingga berkata, "Aku rasa, bocah ini nggak mungkin tiba-tiba
"Anak Muda, untuk apa kamu merasa bangga? Aku palingan hanya akan dikurung selama sepuluh hari, anggap saja itu sebagai liburan," jawab pria tua itu dengan tidak peduli.Melihat tampang pria tua yang tidak peduli itu, bisa dipastikan bahwa pria tua ini sudah sangat berpengalaman dalam melakukan hal seperti ini."Ditahan sepuluh hari? Apa kamu kira ini bisa berlalu semudah itu? Jangan harap!" seru Josh sambil tersenyum sinis."Apa maksudmu?" tanya pria tua itu sambil menatap Josh.Pria paruh baya dan Elmira yang berdiri di samping juga menatap Josh dengan kebingungan. Mereka tidak mengerti apa maksud dari perkataan Josh."Maksudku gampang sekali. Kamu sudah merusak mobilku saat mencoba menipu tadi, jadi kamu harus ganti rugi," kata Josh sambil tersenyum.Ketika Josh ditangkap, dia pernah mengatakan kepada penipu itu bahwa dia akan membuat penipu itu mengeluarkan bayarannya! Josh tentu tidak hanya sekadar mengatakannya begitu saja. Adapun penahanan selama sepuluh hari itu, bagi Josh itu
"Elmira Gozali," seru Josh."Tuan Josh, aku sudah menegurnya, maaf sekali. Selain itu, Tuan Josh, Anda sudah boleh pergi sekarang," kata pria paruh baya itu sambil tersenyum."Pergi? Kenapa aku harus pergi? Kalian bisa membawaku kemari dengan mudah, tapi nggak semudah itu untuk menyuruhku pergi. Seperti kata pepatah, ada padi segala menjadi," ucap Josh sambil tersenyum."Ini …." Keringat dingin bercucuran di dahi pria paruh baya itu dan senyumannya tampak sedikit canggung.Kemudian, Josh langsung berbaring dan kembali berkata, "Menurutku, tempat ini sangat nyaman, aku nggak mau pergi lagi.""Tuan Josh, jangan bercanda. Anda adalah direktur utama dari Grup Vagant di Kota Sunrise. Anda masih punya banyak kesibukan," sahut pria paruh baya itu sambil tersenyum tidak berdaya."Nggak masalah, kalian yang akan menanggung kerugianku," balas Josh yang tampak tidak peduli."Ini …." Pria paruh baya itu hanya bisa menelan air liurnya.Dalam hatinya, pria paruh baya itu telah berulang kali mengutuk
"Aku nggak takut membuat keributan," ucap Josh sambil merentangkan tangannya."Oke, karena kamu mau begitu, aku juga nggak takut! Kita lihat siapa yang akan kalah nanti," seru pria tua itu dengan tegas.Pria tua itu sudah memutuskan dalam hatinya. Sekalipun nanti polisi datang, dia akan bersikeras bahwa dia telah ditabrak. Lantaran tidak ada saksi, polisi juga tidak bisa berbuat apa pun kepadanya sekalipun dia ketahuan menipu.Setelah beberapa menit berlalu, sebuah mobil patroli datang. Seorang wanita muda dan dua pria turun dari mobil patroli tersebut. Josh melihat lencana pangkat di seragam wanita itu sekilas. Dia adalah inspektur polisi tingkat satu dan terlihat cantik."Siapa yang membuat pengaduan? Apa yang terjadi?" tanya wanita muda itu."Nona, saya yang melapor. Pak tua ini penipu, tolong kamu urus dia," kata Josh.Wanita muda itu pun langsung melihat ke arah pria tua tersebut.Pria tua itu seketika tampak kesakitan dan berteriak, "Aduh, Bu Polisi, tolong bantu aku. Pria ini su
"Pufft!" Josh sontak tertawa terbahak-bahak.Ini adalah rencana Josh untuk mewakili sepupu Rubeus memberi pelajaran kepada wanita matre itu. Membuat wanita itu dengan sukarela mencampakkan pacarnya sendiri dan ikut dengannya, lalu menghancurkan mimpi indah wanita itu. Jika wanita matre yang bernama Grace ini benar-benar mencintai pacarnya, dia tidak akan menaiki mobil Josh. Jadi, jika ada yang harus disalahkan, itu adalah keserakahannya yang membuatnya terjebak.Setelah turun dari mobil, Grace berjalan ke depan. Grace sangat emosi karena sekarang dia tidak mendapatkan apa pun. Dia sudah mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang sebelumnya. Jika kembali sekarang, mereka tidak mungkin bisa berbaikan lagi.Broom!Josh menginjak pedal gas dan kembali mengendarai mobilnya ke hadapan Grace. Kemudian, dia menurunkan jendela mobilnya."Mau apa lagi?" tanya Grace dengan ekspresi wajah yang sangat buruk sambil menatap ke arah Josh."Kamu kira aku menginginkan uang dua juta milikmu ini? Kamu benar
Wanita matre itu melihat Lamborghini Aventador yang keren secara sekilas, lalu tatapannya seketika berbinar."Tapi … tapi aku sudah punya pacar," kata wanita matre itu kepada Josh."Nggak masalah, aku nggak keberatan," jawab Josh dengan ekspresi tidak peduli.Setelah berhenti sejenak, Josh lanjut berkata, "Aku sangat sibuk, jadi cepat putuskan. Kalau kamu mau, ayo naik mobilku.""Aku mau! Aku mau!" Wanita matre itu langsung menyetujuinya.Wanita matre itu tahu jika dia menolaknya, dia mungkin tidak bisa menjalin hubungan dengan pemuda kaya yang mengendarai Lamborghini lagi seumur hidupnya. Jadi, dia tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini!"Baiklah, ayo naik," kata Josh yang langsung membuka pintu penumpang depan."Grace, a … apa maksudmu!" Begitu melihat pacarnya ingin pergi dengan Josh, raut wajah pria berambut rapi itu seketika menjadi suram."Tentu saja mau ikut dengannya. Dia mengendarai Lamborghini, sedangkan kamu hanya Honda," kata wanita matre itu dengan percaya diri. Lant
Namun, Sunny teringat saat Josh datang ke rumahnya untuk mencarinya kemarin. Ketika berpikir Josh peduli kepadanya, ada sebuah perasaan yang tidak bisa diutarakan dalam hatinya.…Di ruang kelas Josh. Josh sedang melamun sambil memandangi punggung Elsa yang ada di depan. Pada saat ini, Rubeus tiba-tiba menepuk Josh dan berkata, "Kak Josh, si berengsek Jason itu sudah menghapus unggahan di forum itu. Apa Kak Josh yang sudah memperhitungkannya dengannya?""Bisa dibilang begitu," jawab Josh sambil mengangguk."Kak Josh, Jason memang harus diberi pelajaran. Kamu seharusnya menyuruhnya untuk mengeluarkan unggahan permintaan maaf di forum sekolah. Hal itu baru bisa melampiaskan kekesalan," seru Rubeus.Josh hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa pun. Setelah kejadian kali ini, Josh yakin Jason pasti tidak berani melawannya lagi."Oh, ya, Kak Josh. Aku mau meminta bantuanmu," kata Rubeus sambil menggaruk kepalanya."Katakan saja ada apa, jangan sungkan denganku," ucap Josh sambil menepuk p
"Aku … aku jamin akan segera meninggalkan Sunny!" ucap Jason dengan bibir yang bergetar dan dahinya dipenuhi keringat dingin.Josh mencibir sambil menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Aku sudah memberimu kesempatan kemarin, tapi kamu nggak menghargainya. Sekarang, aku sudah marah, apa kamu merasa kemarahanku bisa mereda hanya dengan satu kalimat? Kamu merasa masalah ini bisa berakhir tanpa perlu mengeluarkan bayaran apa pun?""Tuan Josh, Anda katakan saja. Bagaimana bisa meredakan amarah Anda?" sahut Jared yang berdiri di samping.Josh berbalik, lalu berkata dengan perlahan sambil memandang ke luar jendela, "Potong satu jari tangan anakmu biar dia bisa mengingatnya!""Apa?" Jared dan Jason sontak terkejut begitu mendengar hal itu."Tuan Josh, ini … ini terlalu kejam, 'kan?" kata Jared sambil menggertakkan giginya."Kalau kamu merasa terlalu kejam, silakan pulang. Nggak ada yang mengundang kalian kemari, kalian sendiri yang datang untuk memohon padaku," jawab Josh dengan tenang."Ini
Mobil Jared pun tiba di Gedung Vagant dengan sangat cepat.Kemudian, Jared membawa anaknya, Jason, masuk ke Gedung Vagant. Di bawah bimbingan dari resepsionis, mereka pun akhirnya sampai di lantai teratas Gedung Vagant."Pak, direktur utama kami ada di dalam," kata resepsionis itu sebelum berbalik dan pergi.Jared dan Jason pun berdiri di depan pintu."Jason, kalau benar-benar hanya salah paham, cukup selesaikan kesalahpahamannya saja. Tapi, kamu ingat bahwa dia adalah cucu kandung Pak Marcus. Kita sama sekali nggak bisa menyinggungnya, jadi kamu jangan asal bicara," pesan Jared kepada Jason."Tenang saja, aku pasti nggak akan menyinggungnya," sahut Jason sambil tersenyum.Jason merasa bahwa dia sama sekali tidak menyinggung tokoh besar seperti direktur utama Grup Vagant itu. Dia yakin bahwa ini hanya salah paham sehingga dia tidak terlihat takut sama sekali. Jared pun mengangguk, lalu melangkah maju dan membuka pintu ruangan itu. Kemudian, Jason juga ikut di belakangnya dan berjalan m
Sebelumnya, Jared masih sangat kebingungan. Padahal dia tidak pernah menyinggung Josh, kenapa Josh melakukan upaya sebesar ini untuk menghancurkannya? Dendam seperti apa sehingga Josh harus berbuat seperti ini? Sekarang, ketika Josh menyuruhnya untuk membawa anaknya, hal ini pun membuktikan bahwa putranya itulah yang sudah membuat Josh marah."Entah apa yang sudah dilakukan bocah sialan itu! Bisa-bisanya dia menyinggung Tuan Josh dan membuat Tuan Josh sampai menggerakkan seluruh pebisnis Kota Sunrise untuk memblokir Grup Weasley!" seru Jared dengan geram.Setelah keluar dari Grup Vagant, Jared langsung menelepon putranya."Halo, Ayah, ada apa?" Jason yang berada di ujung telepon itu terdengar sangat bahagia."Cepat pulang ke rumah sekarang!" bentak Jared dengan sangat emosi.…Saat ini, Jason sudah berada di rumah. Namun, dia masih kebingungan kenapa ayahnya mendadak emosi kepadanya di telepon barusan. Adapun masalah berbagai mitra kerja sama yang menghentikan kerja sama dengan Grup We