"Darren"
Usai diturunkan dari gendongan perempuan itu Darren langsung berlari dengan kaki kecilnya menuju Mas Deva lalu memeluk kakinya. Segera Mas Deva mengangkat Darren ke dalam gendongannya. Sungguh tatapanku tak bisa berpaling sama sekali dari si kecil imut Darren,, dia imut sekali. Dalam gendongan Mas Deva Darren terlihat mengintip ke arahku. Sontak saja aku tersenyum,, "Hai Darren" seraya melambaikan tangan. Dia tak menjawab melainkan menyembunyikan wajahnya ke leher Mas Deva. Senyumku seketika surut,, apa wajahnya menyeramkan? ku raba wajahku perasaan wajahku biasa-biasa saja,, aku juga tersenyum kok. Ahh sudahlah mungkin karena baru pertama kali bertemu saja nanti juga bakal gak takut lagi. "Mas apa kabar sudah lama ya kita gak bertemu?" ucap perempuan yang ia tak tahu namanya itu. "Hmm" astaga pria ini cuek sekali padahal tengah berbicara dengan perempuan cantik lohh. Bahkan wajahnya pun tetap flat tak ada ekspresi sama sekali. Perempuan itu terlihat canggung karena Mas Deva menjawabnya singkat-singkat. "Ohh iya ini siapa Mas?" tapi perempuan ini hebat lohh dia tak menyerah bahkan setelah mendapat reaksi dingin Mas Deva. "Dena,, calon istri saya" Ku ulurkan tanganku padanya memasang senyuman terbaikku biar kelihatan ramah,, "Salam kenal ya saya Dena" "Ohh iya salam kenal,, saya Sherly adiknya Mbak Tika, mantan istri Mas Deva" ucapnya jutek tanpa menerima uluran tanganku. Dengan canggung ku tarik kembali uluran tanganku meremasnya pelan. Lagi-lagi uluran tangannya tak dihiraukan. Moodnya terjun bebas menghadapi dua manusia menyebalkan ini. Gak ibu gak anak sama saja. Nyesel banget tadi dirinya memuji dia cantik. "Emm Mas aku boleh gak nginep di rumah kamu soalnya aku masih mau main sama Darren,, aku masih kangen?" matanya sontak melotot mendengar ucapannya. Bisa ya dia bilang mau menginap di rumah pria padahal di sini ada calon istrinya lohh. "Tidak!!" Wajah Sherly berubah murung,, "Kenapa?" "Ada beberapa alasan salah satunya karena saya sudah punya calon istri. Apa yang bakal dia pikirkan kalau saya mengizinkan perempuan lain menginap di rumah saya?" ku gulirkan pandanganku cepat ke arah Mas Deva. Dia memikirkan perasaanku? entah kenapa hatinya berbunga-bunga hanya karena mendengar ucapannya. "Pasti Mbak Dena gak masalah, iyakan Mbak? aku kan cuman mau main saja dengan Darren masa gitu saja Mbak gak memperbolehkan. Egois banget!" "Aku,," "Kalau pun Dena gak masalah saya yang akan mempermasalahkan. Lagian gak etis jika kamu harus menginap di rumah mantan kakak ipar kamu. Jika dulu saat saya masih bersama kakak kamu saya gak masalah kamu mau menginap entah itu seminggu atau bahkan sebulan karena kamu adik ipar saya" "Ada apa ini?" ibunda Sherly keluar membawa nampan di tangannya yang berisi air dan cemilan. "Ma aku mau menginap di rumahnya Mas Deva tapi wanita itu gak memperbolehkannya" pengaduannya sangat-sangat membuatku tercengang. Dia bilang apa? ia tak memperbolehkannya? perasaan daritadi dirinya diam kok sekarang malah yang dituduh. "Jaga bicara kamu Sherly saya yang tidak memperbolehkan kamu untuk menginap di rumah saya!!" nada suara Mas Deva terdengar begitu tegas dan tak suka. "Ishh Mas Deva jahat!!" perempuan itu berbalik pergi begitu saja sambil menghentakkan kakinya ke lantai. Dasar perempuan sinting,, makiku dalam hati. "Deva,," "Tidak Ma" ibunda Sherly itu langsung diam seribu bahasa tapi tatapannya begitu tajam menatap ke arahnya. Heyy memang apa salahnya kan yang tidak mengizinkan Mas Deva kenapa aku yang ditatap tajam? "Deva pulang dulu Ma" "Tapi,," "Assalamualaikum Ma,," "Waalaikumsalam" mereka pun pergi setelah mencium tangan wanita paruh baya tersebut. ... Lagi dan lagi suasana di dalam mobil terasa begitu awkward. Sepanjang jalan rahang Mas Deva mengetat tatapannya pun lebih tajam dari sebelumnya. Tau begitu mendingan ia tadi memilih duduk di belakang saja bersama dengan Darren walaupun sama-sama canggung tapi tak secanggung duduk di samping Mas Deva. "Kamu mau mampir dulu?" "Hah?" "Kamu mau mampir dulu kemana gitu atau mau beli sesuatu?" "Ohh gak usah Mas" kembali mereka saling diam. Ku lirik Darren lewat kaca spion tengah dia anteng sekali duduk diam tak bersuara. "Ohh boleh tidak kita beli es cream saja?" "Boleh" "Oke kita beli es cream" hmm,, anak kecil pasti suka es cream kan? "Mas" panggilku berbisik. Mas Deva menoleh sekilas ke arahku mengangkat satu alisnya, "Ada apa?" "Darren suka es cream kan?" Pria itu terdiam sejenak dengan setia aku menunggu jawabannya. "Suka kan?" "Suka" "Oke kita beli es cream" putusku. ... Akhirnya mereka bertiga sampai di kedai es cream segera saja turun dari mobil berjalan masuk ke dalam. Berdiri di depan gelato showcase,, memilih ws cream yang mereka suka. Ia menoleh pada Darren yang berada di gendongan Mas Deva,, "Darren mau es cream yang rasa apa?" Lama Darren terdiam menyembunyikan wajahnya di pundak Mas Deva. "Darren gak mau es cream? yaudah kita pulang saja" "Darren mau,," senyumku seketika mengembang akhirnya bisa membuat bocah kecil itu bersuara. Ahhh bukan hanya wajah suaranya pun imut sekali,, gemas dehh. "Kalau begitu Darren mau es cream yang mana" perlahan Darren berani menatap ke arahku dengan mata lebarnya itu. Sepertinya dirinya jatuh cinta dengan bocah kecil imut ini. Darren menoleh pada Mas Deva memanggilnya pelan,, "Papa" "Jawab dong ke tantenya Darren mau es cream rasa apa kan tantenya yang tanya!" Bocah kecil itu kembali menoleh ke arahnya,, "Cokat" cokat? ohh maksudnya coklat kali ya. "Oke" "Kalau Mas mau juga gak es creamnya?" "Samakan saja sama punya kamu" lantas ia pun mulai memesan menyebutkan satu-satu pesanan mereka. Untuk dia dan Mas Deva ia memilih untuk memesan cookies and cream,, kesukaannya. Entah Mas Deva akan suka atau tidak,, dia sendiri lohh yang bilang untuk memesankan yang sama dengannya. Lanjut mereka duduk di kursi depan. Kedai es cream ini memang ada yang indoor ada juga yang outdoor jadi mereka memilih yang outdoor saja sambil menikmati lalu lalang kendaraan. "Ini punya Darren dan ini punya Mas, silahkan menikmati" reflek tatapannya menatap Darren lamat-lamat,, menunggu ekspresi yang akan ditampilkan bocah kecil itu. Satu suapan telah masuk. Hmm kenapa reaksinya biasa saja? apa dia gak suka? "Darren gak suka sama es creamnya?" penasaran ia pun bertanya. "Darren suka" ucapnya. Karena Darren duduk tepat di sebelahnya ia jadi bisa melihat lebih jelas saat bulu matanya naik-turun,, lucu sekali. "Hmm tapi kenapa ekspresi kamu biasanya saja?" "Dia suka kok sudahlah kamu makan saja!!" hah,, like father like son. Benar-benar jiplakan Mas Deva,, minim ekspresi. Bagaimana bisa dirinya dikelilingi orang-orang minim ekspresi begini. Sepertinya hari-harinya ke depan akan susah.Di sebuah kamar di atas ranjang queen size seorang perempuan cantik tengah merebahkan badannya menatap langit-langit kamar. Seraya melamun hembusan nafas kasar terdengar keluar dari bibirnya,, "Hah,," Seakan tak puas dia kembali menghembuskan nafas kasar,, "Hah,," "Hah,," dan ketiga kalinya. Entah beban berat apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Dena,, Dena. Yapp dia adalah Dena. Setelah diantar pulang oleh Deva dia langsung masuk kamar dan begitulah kelakuannya. "Ishh" seketika dia bangun mengacak rambutnya kesal. Sekarang rambutnya sudah macam rambut orang gila,, acak-acakan. "Dasar nenek peot sama perempuan sinting!!" ternyata dia masih kesal lantaran tak dihiraukan oleh Sherly dan sang Mama saat berada di kediamannya. Padahal saat makan es cream bersama Darren moodnya sudah menjadi lebih baik,, memang Darren itu bagai vitamin pengubah mood.
Seminggu kemudian.Tepat hari ini momen yang amat sakral akan berlangsung,, akad nikah Dena dan Deva.Beberapa menit yang lalu Deva telah mengumandangkan akad saat ini mereka telah sah menjadi pasangan suami istri.Dena merasa terharu sekaligus tak menyangka bahwasanya kini dirinya telah menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu,, peran ganda ya.Dia menikah dapat suami plus dapat anak sekaligus.Ceklek,,Dena mengangkat wajah menatap ke arah pintu saat indra pendengarannya menangkap suara pintu terbuka."Mami?" Wanita dua anak itu tersenyum lembut air mata menggenang di pelupuk matanya."Wahh anak Mami cantik sekali" pujinya.Dena tersenyum malu-malu,, "Makasih Mi" Mami Anggun duduk di samping Dena memegang tangan sang putri mengelusnya pelan,, "Saat ini Dena sudah menjadi seorang istri. Mami berharap Dena bisa menjalankan kewajiban Dena dengan sungguh-sungguh jika suatu saat kali
Halo kalian pasti sudah mengenal saya,, Deva Ishan Zibrano. Untuk kali ini biarkan saya bercerita bagaimana kesan pertama saya bertamu dengan Dena,, perempuan yang saat ini menjadi istri saya.Hari itu di ruanganku,, Ceklek,,"Apa kamu tidak punya sopan santun langsung masuk begitu saja?!" ucapku tajam."Apa hal itu juga berlaku sama Mama?" mendengar suara wanita kecintaannya itu seketika ia mengangkat wajah dari berkas-berkas di depannya."Mama?" bangkit dari dudukku mendekati sang Mama menggiring ibundanya itu duduk di sofa yang ada di ruanganku."Mama ada apa ke sini?""Memangnya Mama gak boleh ke sini?" "Bukan begitu,,""Ahh sudahlah Mama ke sini cuman mau bilang sesuatu sama kamu""Mama mau bilang apa kenapa gak telfon Deva saja?" "Tidak Mama mau bicara secara langsung karena ini sangat penting""Apa Ma?" memang apa yang sangat penting sampai Mamanya itu jauh-jauh nya
Di sebuah ruang tamu dua pasangan suami istri beserta satu bocah kecil tengah duduk di sofa. Kini mereka berada di rumah Deva,, rumah pribadi pria itu yang saat ini akan ditempati Dena juga.Karena Dena sudah menjadi istri Deva tentu perempuan itu kini pindah ke rumah suaminya, semua barangnya pun sudah diangkut yahh baju-bajunya sebagian memang sengaja ditinggal di rumah orang tuanya sih."Mama sudah siapkan tiket untuk kalian bulan madu besok" "Bulan madu Tante?" sahut Dena."Dena kok masih manggil Tante sih Mama dong!""E-ehh iya Mama" maaf ya guys masih belum terbiasa maklum ia baru jadi anak Mama Kumala kemarin."Kalian kan pengantin baru tentu harus bulan madu dong biar hubungan kalian makin erat biar Mama punya cucu lagi,, hahaha. Iyakan Pa?" "Benar Ma" Sontak Dena menoleh pada sang suami ingin melihat reaksi pria itu. Dan,, memang apa yang dia harapkan tentu saja ekspresinya datar saja.
Sebenarnya mereka ini benar pasangan suami istri atau tidak sih? lagi bulan madu lohh ini kenapa malah diam-diaman seakan saling tak kenal sudah gitu jaga jarak lagi, tidak mencerminkan pasangan suami istri sama sekali. Harusnya kan mereka itu lagi hot-hotnya karena pengantin baru.Pasangan suami istri yang baru sah kemarin itu sudah sampai di hotel tempat yang akan 5 hari ini tempati, tidur dan mandi.Seperti katanya di atas mereka saling menjaga jarak,, Dena duduk di atas ranjang sedangkan Deva sendiri berada di sofa tengah sibuk dengan ponselnya.Mereka sudah tiba di hotel 1 jam yang lalu tapi posisinya masih tetap seperti itu,, seperti awal memasuki hotel.Dari wajahnya Dena terlihat sudah jengah sekali hanya duduk diam seperti ini,, kalian tau kan bahwa Dena itu pecicilan jadi tak betah lama-lama diam seperti ini, diam di satu tempat.Pemandangan dari hotelnya memang cantik sekali view laut gitu tapi ya gak terus di kamar doang don
"Mas Deva kemana sih istri ngambek bukannya dibujuk malah ditinggal gini?" sudah hampir satu jam Dena menunggu suaminya yang tak kunjung kembali.Dia sudah sangat bete, hatinya dongkol, kesel pokoknya terhadap suaminya itu.Tok Tok Tok."Siapa itu yang datang perasaan dirinya tak pesan layanan hotel?" Dena hanya diam menatap takut pintu yang masih terdengar ketukan dari luar."Ishh mana Mas Deva belum kembali lagi gimana kalau tiba-tiba ia buka terus ternyata orang jahat?" segala kemungkinan kejahatan bisa terjadi dimanapun dan kapanpun jadi kita harus selalu waspada, benarkan?Tok Tok Tok.Ketukan pintu kembali terdengar membuat Dena bergetar ketakutan, keringat sebesar biji jagung ikut timbul di keningnya."Mas Deva lama banget sih gak tau apa dirinya tengah ketakutan di sini" "Apa aku telfon saja ya?" kenapa dia tak kepikiran dari tadi ya? ishh saking paniknya otaknya sampai ngeblank.Dena segera mengeluarkan ponselnya mencari kontak sang suami dan mencoba menghubunginya."Mas Dev
Dena Inggit Rafassya biasa dipanggil Dena. Putri kedua dari pasangan Galih Ferdhi Rafassya atau Papi Galih dan Anggun Dale Rafassya atau Mami Anggun. Dia mempunyai satu orang Kakak laki-laki Amaar Haris Rafassya,, Kak Amaar begitulah sebutannya.Jika biasanya dia kocak dan banyak tingkah saat ini dia dibuat mati kutu se kutu-kutunya.Bagaimana tidak saat ini Dena tengah berada di situasi yang tidak masuk di akal sehatnya, di luar nalar.Di depannya telah duduk pasangan suami istri paruh baya dan putra tunggal mereka.Pasangan suami istri itu bernama Kumalasari Tria Zibrano atau Mama Kumala dan Daris Yusri Zibrano atau Papa Daris. Sedangkan anak mereka bernama Deva Ishan Zibrano,, dia disuruh untuk memanggilnya Mas Deva. Itu terpaksa ya!Sebenarnya tak ada yang aneh dengan dinner malam ini yang aneh adalah pembicaraan mereka.Kalian mau tau?"Bagaimana Nak Dena kamu setujukan menikah dengan ana
"Hoam... Mami!!" ia menuruti tangga dengan mata setengah terpejam. Matanya lengket banget rasa-rasa ingin tidur kembali memeluk guling empuknya tapi apa daya perutnya sudah keroncongan minta diisi. "Anak gadis jam segini baru bangun belum mandi pula!!" omel wanita kesayangannya. "Makan dulu Mi Dena laper" ucapnya dengan mata setengah terpejam. "Setidaknya mandi dulu kamu gak malukah?" "Kenapa harus malu Mami kan biasa lihat aku begini?" "Iya Mami mah sudah biasa tapi kamu gak malu itu dilihat Nak Deva?" otaknya seketika ngeblank,, Nak Deva? Deva? Deva siapa? Deva,, Deva,, Deva? ulangnya dalam otak selama beberapa kali. Tunggu,, Matanya berubah segar tanpa sisa kantuk sama sekali,, menoleh pada seorang pria yang tengah duduk diam di ruang tamu sontak matanya melotot,, "Mami!!" serunya kencang. Kemudian secepat kilat ia membalikkan badan berlari menaiki tangga, "Mami kenapa gak bilang!!" seraya berseru kencang. "Astaga anak itu. Maaf ya Nak Deva Dena itu kadang-
"Mas Deva kemana sih istri ngambek bukannya dibujuk malah ditinggal gini?" sudah hampir satu jam Dena menunggu suaminya yang tak kunjung kembali.Dia sudah sangat bete, hatinya dongkol, kesel pokoknya terhadap suaminya itu.Tok Tok Tok."Siapa itu yang datang perasaan dirinya tak pesan layanan hotel?" Dena hanya diam menatap takut pintu yang masih terdengar ketukan dari luar."Ishh mana Mas Deva belum kembali lagi gimana kalau tiba-tiba ia buka terus ternyata orang jahat?" segala kemungkinan kejahatan bisa terjadi dimanapun dan kapanpun jadi kita harus selalu waspada, benarkan?Tok Tok Tok.Ketukan pintu kembali terdengar membuat Dena bergetar ketakutan, keringat sebesar biji jagung ikut timbul di keningnya."Mas Deva lama banget sih gak tau apa dirinya tengah ketakutan di sini" "Apa aku telfon saja ya?" kenapa dia tak kepikiran dari tadi ya? ishh saking paniknya otaknya sampai ngeblank.Dena segera mengeluarkan ponselnya mencari kontak sang suami dan mencoba menghubunginya."Mas Dev
Sebenarnya mereka ini benar pasangan suami istri atau tidak sih? lagi bulan madu lohh ini kenapa malah diam-diaman seakan saling tak kenal sudah gitu jaga jarak lagi, tidak mencerminkan pasangan suami istri sama sekali. Harusnya kan mereka itu lagi hot-hotnya karena pengantin baru.Pasangan suami istri yang baru sah kemarin itu sudah sampai di hotel tempat yang akan 5 hari ini tempati, tidur dan mandi.Seperti katanya di atas mereka saling menjaga jarak,, Dena duduk di atas ranjang sedangkan Deva sendiri berada di sofa tengah sibuk dengan ponselnya.Mereka sudah tiba di hotel 1 jam yang lalu tapi posisinya masih tetap seperti itu,, seperti awal memasuki hotel.Dari wajahnya Dena terlihat sudah jengah sekali hanya duduk diam seperti ini,, kalian tau kan bahwa Dena itu pecicilan jadi tak betah lama-lama diam seperti ini, diam di satu tempat.Pemandangan dari hotelnya memang cantik sekali view laut gitu tapi ya gak terus di kamar doang don
Di sebuah ruang tamu dua pasangan suami istri beserta satu bocah kecil tengah duduk di sofa. Kini mereka berada di rumah Deva,, rumah pribadi pria itu yang saat ini akan ditempati Dena juga.Karena Dena sudah menjadi istri Deva tentu perempuan itu kini pindah ke rumah suaminya, semua barangnya pun sudah diangkut yahh baju-bajunya sebagian memang sengaja ditinggal di rumah orang tuanya sih."Mama sudah siapkan tiket untuk kalian bulan madu besok" "Bulan madu Tante?" sahut Dena."Dena kok masih manggil Tante sih Mama dong!""E-ehh iya Mama" maaf ya guys masih belum terbiasa maklum ia baru jadi anak Mama Kumala kemarin."Kalian kan pengantin baru tentu harus bulan madu dong biar hubungan kalian makin erat biar Mama punya cucu lagi,, hahaha. Iyakan Pa?" "Benar Ma" Sontak Dena menoleh pada sang suami ingin melihat reaksi pria itu. Dan,, memang apa yang dia harapkan tentu saja ekspresinya datar saja.
Halo kalian pasti sudah mengenal saya,, Deva Ishan Zibrano. Untuk kali ini biarkan saya bercerita bagaimana kesan pertama saya bertamu dengan Dena,, perempuan yang saat ini menjadi istri saya.Hari itu di ruanganku,, Ceklek,,"Apa kamu tidak punya sopan santun langsung masuk begitu saja?!" ucapku tajam."Apa hal itu juga berlaku sama Mama?" mendengar suara wanita kecintaannya itu seketika ia mengangkat wajah dari berkas-berkas di depannya."Mama?" bangkit dari dudukku mendekati sang Mama menggiring ibundanya itu duduk di sofa yang ada di ruanganku."Mama ada apa ke sini?""Memangnya Mama gak boleh ke sini?" "Bukan begitu,,""Ahh sudahlah Mama ke sini cuman mau bilang sesuatu sama kamu""Mama mau bilang apa kenapa gak telfon Deva saja?" "Tidak Mama mau bicara secara langsung karena ini sangat penting""Apa Ma?" memang apa yang sangat penting sampai Mamanya itu jauh-jauh nya
Seminggu kemudian.Tepat hari ini momen yang amat sakral akan berlangsung,, akad nikah Dena dan Deva.Beberapa menit yang lalu Deva telah mengumandangkan akad saat ini mereka telah sah menjadi pasangan suami istri.Dena merasa terharu sekaligus tak menyangka bahwasanya kini dirinya telah menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu,, peran ganda ya.Dia menikah dapat suami plus dapat anak sekaligus.Ceklek,,Dena mengangkat wajah menatap ke arah pintu saat indra pendengarannya menangkap suara pintu terbuka."Mami?" Wanita dua anak itu tersenyum lembut air mata menggenang di pelupuk matanya."Wahh anak Mami cantik sekali" pujinya.Dena tersenyum malu-malu,, "Makasih Mi" Mami Anggun duduk di samping Dena memegang tangan sang putri mengelusnya pelan,, "Saat ini Dena sudah menjadi seorang istri. Mami berharap Dena bisa menjalankan kewajiban Dena dengan sungguh-sungguh jika suatu saat kali
Di sebuah kamar di atas ranjang queen size seorang perempuan cantik tengah merebahkan badannya menatap langit-langit kamar. Seraya melamun hembusan nafas kasar terdengar keluar dari bibirnya,, "Hah,," Seakan tak puas dia kembali menghembuskan nafas kasar,, "Hah,," "Hah,," dan ketiga kalinya. Entah beban berat apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Dena,, Dena. Yapp dia adalah Dena. Setelah diantar pulang oleh Deva dia langsung masuk kamar dan begitulah kelakuannya. "Ishh" seketika dia bangun mengacak rambutnya kesal. Sekarang rambutnya sudah macam rambut orang gila,, acak-acakan. "Dasar nenek peot sama perempuan sinting!!" ternyata dia masih kesal lantaran tak dihiraukan oleh Sherly dan sang Mama saat berada di kediamannya. Padahal saat makan es cream bersama Darren moodnya sudah menjadi lebih baik,, memang Darren itu bagai vitamin pengubah mood.
"Darren" Usai diturunkan dari gendongan perempuan itu Darren langsung berlari dengan kaki kecilnya menuju Mas Deva lalu memeluk kakinya. Segera Mas Deva mengangkat Darren ke dalam gendongannya. Sungguh tatapanku tak bisa berpaling sama sekali dari si kecil imut Darren,, dia imut sekali. Dalam gendongan Mas Deva Darren terlihat mengintip ke arahku. Sontak saja aku tersenyum,, "Hai Darren" seraya melambaikan tangan. Dia tak menjawab melainkan menyembunyikan wajahnya ke leher Mas Deva. Senyumku seketika surut,, apa wajahnya menyeramkan? ku raba wajahku perasaan wajahku biasa-biasa saja,, aku juga tersenyum kok. Ahh sudahlah mungkin karena baru pertama kali bertemu saja nanti juga bakal gak takut lagi. "Mas apa kabar sudah lama ya kita gak bertemu?" ucap perempuan yang ia tak tahu namanya itu. "Hmm" astaga pria ini cuek
"Hoam... Mami!!" ia menuruti tangga dengan mata setengah terpejam. Matanya lengket banget rasa-rasa ingin tidur kembali memeluk guling empuknya tapi apa daya perutnya sudah keroncongan minta diisi. "Anak gadis jam segini baru bangun belum mandi pula!!" omel wanita kesayangannya. "Makan dulu Mi Dena laper" ucapnya dengan mata setengah terpejam. "Setidaknya mandi dulu kamu gak malukah?" "Kenapa harus malu Mami kan biasa lihat aku begini?" "Iya Mami mah sudah biasa tapi kamu gak malu itu dilihat Nak Deva?" otaknya seketika ngeblank,, Nak Deva? Deva? Deva siapa? Deva,, Deva,, Deva? ulangnya dalam otak selama beberapa kali. Tunggu,, Matanya berubah segar tanpa sisa kantuk sama sekali,, menoleh pada seorang pria yang tengah duduk diam di ruang tamu sontak matanya melotot,, "Mami!!" serunya kencang. Kemudian secepat kilat ia membalikkan badan berlari menaiki tangga, "Mami kenapa gak bilang!!" seraya berseru kencang. "Astaga anak itu. Maaf ya Nak Deva Dena itu kadang-
Dena Inggit Rafassya biasa dipanggil Dena. Putri kedua dari pasangan Galih Ferdhi Rafassya atau Papi Galih dan Anggun Dale Rafassya atau Mami Anggun. Dia mempunyai satu orang Kakak laki-laki Amaar Haris Rafassya,, Kak Amaar begitulah sebutannya.Jika biasanya dia kocak dan banyak tingkah saat ini dia dibuat mati kutu se kutu-kutunya.Bagaimana tidak saat ini Dena tengah berada di situasi yang tidak masuk di akal sehatnya, di luar nalar.Di depannya telah duduk pasangan suami istri paruh baya dan putra tunggal mereka.Pasangan suami istri itu bernama Kumalasari Tria Zibrano atau Mama Kumala dan Daris Yusri Zibrano atau Papa Daris. Sedangkan anak mereka bernama Deva Ishan Zibrano,, dia disuruh untuk memanggilnya Mas Deva. Itu terpaksa ya!Sebenarnya tak ada yang aneh dengan dinner malam ini yang aneh adalah pembicaraan mereka.Kalian mau tau?"Bagaimana Nak Dena kamu setujukan menikah dengan ana