Share

51. Extra Attention

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 15:50:54

"Kamu tidak harus memaksakan diri menerima tawaran itu. Ingat, semua keputusan ada di tangan kamu."

Davian membelai puncak kepala istrinya dengan penuh sayang. Keduanya sudah berada di mobil, diantar oleh supir keluarga Rajendra menuju kantor Davian sebelum nantinya bertolak mengantar Kaira kembali ke rumah Davian.

Sebuah peluang besar yang disampaikan di meja makan keluarga Rajendra tadi menghuni pikiran Kaira secara terus menerus. Bahkan setelah hampir lima belas menit mereka meninggalkan halaman kediaman utama tersebut. Sementara Davian cukup sibuk dengan pekerjaan di tangannya, Kaira mengarahkan pandang keluar jendela dan tenggelam dalam pikirannya. Davian yang sempat melirik sekilas kearahnya tentu memahami bahwa istrinya itu tengah berpikir keras.

"Terus terang, aku juga setuju dengan keputusan mama. Tapi kamu bisa pikirkan dulu, ya? Aku nggak mau kamu jadi merasa terbebani," tambah Davian lagi.

Lelaki itu mengulum senyuman tipis saat menggenggam jemari sang istri. Beberapa pem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   52. Davian Cemburu

    Sibuk dengan tumpukan dokumen yang menunggu untuk disentuhnya setelah tiga hari tidak berada di kantor. Davian tidak punya banyak waktu untuk bersantai sebab semuanya tiba-tiba saja nampak seperti pekerjaan yang mendesak. Ada banyak dokumen yang harus dia periksa sebelum harus dia bubuhi tanda tangan. Begitu pula hasil kerjanya saat di Thailand kemarin, sudah dia delegasikan kepada tim dan perintahkan untuk melakukan pengembangan sesuai rencana. Tidak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia.Lelaki itu bahkan tidak sadar bahwa ia belum menyentuh makanan sejak jam makan siang tadi. Padahal Aldo sudah memintanya untuk beristirahat dan menghabiskan makanan yang telah dipesankan sebelum melanjutkan pekerjaan. Tapi begitulah Davian, manusia keras kepala yang hanya peduli pada tujuannya dan sering abai pada diri sendiri.Ini sudah mendekati pukul lima sore, mata lelaki itu super lelah sebenarnya setelah sekian jam tanpa henti terus menatapi layar komputer dan terus membaca hardcopy. Tubuhnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   53. Menguji Davian

    Bukannya istirahat, Kaira sampai rumah justru langsung beberes rumah, membersihkan diri, memasak dan merapikan kembali barang-barangnya dan Davian usai liburan di Thailand kemarin. Setelah percakapan ambigunya dengan Davian pagi ini, wanita itu punya terlalu banyak bahan pikiran. Daripada tenggelam di dalamnya, Kaira lebih memilh untuk menyibukkan diri sebagai bentuk distraksi. Wanita itu melambat dalam aktivitasnya setelah upaya kerasnya itu seakan menghianatinya. Dia kembali mengingat percakapannya dengan Davian terakhir kali yang terdengar begitu ganjil di telinganya. Maksudnya, itu lebih terdengar seperti Davian menyalahkannya karena bertemu dengan Alvero padahal adik iparnya itu sendiri yang datang mengetuk kamar mereka. Lagipula apa salah pakaian tidur Kaira yang ikut dibawa-bawa dijadikan permasalahan? Wanita itu berpikir keras, mencari letak kesalahannya yang menurut egonya sendiri tentu tidak dapat dia temukan. Apa dan kenapa? Sisi apa dari Davian yang belum wanita itu pah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   54. Telepon Dari Aidan

    Dengan kecamuk pikiran yang masih ribut di kepala, Kaira memutuskan untuk kembali ke dapur. Mendengar suaminya berkata bahwa dia akan segera pulang, setidaknya Kaira perlu menghangatkan kembali masakannya. Dia tidak tahu pembicaraan dan suasana macam apa yang akan terbentuk setelahnya, hanya saja wanita itu setidaknya perlu menyiapkan makanan. Kaira mengaduk sup dengan tatapan kosong. Wanita itu menghela nafas lelah menyadari bahwa mungkin dia telah membuat kesalahan besar. Bagaimana dia menghadapi Davian sekarang? Mau ditaruh dimana wajahnya?Di tengah aktivitasnya, ponsel Kaira kembali berdering. Wanita itu setengah panik hingga tidak sadar mencipratkan kuah panasnya ke tangan. Sembari menahan ringisan, Kaira mematikan kompor dan membaca nama pemanggil, itu Aidan.Untuk apa Aidan tiba-tiba meneleponnya? Adik sepupunya itu jarang sekali bertukar kontak dengannya. Selama ini Kaira hanya mengirim uang untuk adik-adiknya itu lewat Bude Mita. Sesekali juga langsung pada Aira. Setelah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   55. Interupsi Perut

    Kaira refleks membulatkan matanya saat menemukan tubuh tinggi pria secara cepat mengukungnya. Dia terhuyung hingga terjatuh di sofa dengan sebuah lengan kekar yang secara sigap menyangga kepalanya. Wajah keduanya terlalu dekat, Kaira hampir tidak bisa bernafas dengan normal apalagi saat melihat tatapan tajam yang masih dapat ditembus meskipun dihalangi kaca mata. "Mbak? Mbak Kaira nggak apa-apa?"Pekikan Kaira tadi tentu dapat didengar oleh Aidan diseberang panggilan. Laki-laki yang beranjak dewasa itu tentu sedikit khawatir dengan kondisi kakak sepupunya. Si pelaku—siapa lagi kalau bukan Davian, seolah tak terganggu justru menggunakan jemarinya untuk membelai dan menarik pelan rahang Kaira. Mengirimkan desiran lembut namun penuh tuntutan yang tiba-tiba saja membuat Kaira jadi seolah melemah. Dia sempat melirik nama pemanggil yang tertulis di layar ponsel istrinya. Sebuah senyuman miring refleks terbit di bibir Davian. "Y—ya, aku baik-baik saja, kok! Nanti mbak telfon lagi ya, Dan!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   56. Keputusan Suami

    Davian menerima piring penuh yang disodorkan istrinya dengan baik. Aromanya menggugah selera, hanya saja pernyataan Kaira tadi masih lebih menarik perhatiannya. Istrinya itu tersenyum ringan, menatapnya dengan mata bulat yang berbinar sembari menumpu dagunya dengan dua siku di meja. Sesuatu dibalik senyuman Kaira membuat Davian mengangkat sebelah alisnya dibarengi sebuah tatapan menyelidik."Berapa yang kamu butuhkan? Kamu bisa menggunakan cara yang lebih sederhana untuk mendapatkan uang," ujar Davian dengan makna terselubung. Lelaki itu masih belum melepaskan tatapannya pada sang istri. Ingin mengetahui apa yang sebenarnya tengah Kaira pikirkan.Mendengarnya, Kaira mengendikkan bahu dengan senyuman yang ditarik paksa. "Aku hanya ingin merasakan bekerja secara produktif lagi. Mendapatkan uang yang aku hasilkan dari keringat sendiri meskipun tetap saja berangkat dari kantong Mas Davi," tanggapnya sederhana dengan sebuah senyum jenaka.Pembahasan ini sebenarnya bukan pertama kalinya ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   57. Sebuah Tutorial

    Mata Davian mengerjap pelan menyadari arah pertanyaan istrinya. Itu sebuah pertanyaan serius, kan?Kaira nampak polos dengan mata bulat besar nan jernih yang menatapnya seperti anak anjing lucu. Namun di saat yang bersamaan, gerakan perlahan telunjuk wanita itu di belakang leher Davian justru kontras sebab menunjukkan seberapa flirty Kaira yang sebenarnya. Bagaimana bisa Davian menahan diri dari godaan secara terang-terangan seperti ini?"Kenapa?" Tanya Davian yang kini telah sepenuhnya meninggalkan makanannya. Fokus pria itu tentu saja istrinya yang memberi sebuah pertanyaan polos namun penuh godaan. Mengendikkan bahunya sekali lagi, Kaira melanjutkannya dengan membentuk senyum segaris tanpa rasa bersalah. "Hanya penasaran. Apa yang mas tinggalkan selalu sulit bagiku untuk menyembunyikannya. Tapi aku bahkan tidak berhasil membuat satu," ungkapnya jujur. Entah apa motivasi Kaira mengatakan ini sekarang. Terkadang, wanita itu cukup frontal terhadap apa yang ada dalam benaknya. Davia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   58. Bekal Untuk Davian

    Kaira menggenggam map tebal dan juga satu totebag berisi bekal makan siang yang dia siapkan untuk suaminya. Sekitar pukul sepuluh pagi ketika Kaira yang tengah menyelesaikan tulisannya mendapatkan panggilan dari sang suami yang memintanya untuk mengirimkan sebuah dokumen penting yang tertinggal di ruang kerja rumah mereka. Kalau bukan karena merupakan data penting untuk rapat siang ini, Davian mungkin tidak akan terdengar sangat panik saat meminta tolong pada istrinya itu.Sejatinya, Davian hanya meminta Kaira untuk mengirimkannya menggunakan layanan ojek online secara instan. Hanya saja, Kaira sendiri yang menawarkan bantuan untuk membawanya langsung sebab Davian bilang dokumen tersebut sangat penting dan cukup rahasia. Bukankah lebih baik untuk Kaira sendiri yang mengantarkannya dan memastikan dokumen tersebut diterima dengan aman dan selamat langsung oleh sang suami?Lagipula, Kaira juga ingin sekaligus mengunjungi suaminya dan membawakan bekal makan siang. Tadi pagi Davian terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   59. Asisten Pribadi

    "Selamat Pagi Bu Kaira!"Sapaan Aldo di lobby menyambut Kaira yang baru saja sampai. Pagi itu, Kaira melangkah masuk ke kantor Davian dengan senyum tipis yang tersembunyi di balik wajahnya yang serius. Sebagai istri, rasanya janggal berada di posisi asisten pribadi suaminya, tapi mereka sepakat untuk tidak mengumumkan status pernikahan mereka di kantor demi menjaga profesionalitas. Meskipun mereka juga tidak bermaksud untuk menyembunyikannya. Tidak diumumkan bukan berarti disembunyikan, bukan?Sejujurnya, itu adalah request khusus dari Kaira. Wanita itu ingin dia diperlakukan sama layaknya karyawan lain di kantor. Dia ingin menunjukkan kapasitas kerjanya sebaik mungkin tanpa ada embel-embel 'istri CEO' saja. Katakanlah Kaira terlalu idealis untuk urusan ini. Hanya saja, dia juga tidak mau suaminya diberikan cap-cap negatif jika Kaira tidak menunjukkan kinerja baiknya. Status pernikahan mereka suatu saat pasti akan terungkap, hanya saja Kaira memilih untuk membiarkannya seperti itu sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   94. Makan Tengah Malam

    Kaira membalut rambut panjangnya yang basah dengan handuk. Wanita itu keluar dari kamar mandi dan langsung menemukan aroma lezat menguar di seluruh kamar. Di meja, terlihat Davian tengah sibuk merapikan teko listrik yang mungkin sudah sempat pria itu gunakan. Kaira mendekat sebab aromanya berhasil memancing indra penciumannya yang mengirimkan sinyal ke tubuhnya bahwa dia sudah benar-benar lapar sekarang.Davian tersenyum menemukan istrinya berdiri tidak jauh dengan wajah excited. Dia tidak bisa memesan makanan secara room service disini karena ada batasan waktu yang ditetapkan oleh hotel. Untung saja tadi dirinya membelia dua cup mie dan juga beberapa makanan ringan pendamping yang setidaknya bisa mereka makan malam ini. "Ayo makan! Kita belum makan malam tadi," ajak Davian yang kini sudah merapikan dan menyiapkan makanan malam mereka. Meskipun hanya dua cup mie, tapi makanan tambahannya cukup banyak dan Kaira rasa sepertinya cukup bagi mereka. Uap panas mengepul dari cup itu, memenu

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   93. Menginap

    Hujan deras mengguyur tanpa henti, menutupi pandangan jalan di depan mereka. Petir sesekali menyambar, disusul oleh gemuruh yang mengguncang udara. Di dalam mobil, Kaira duduk dengan cemas sambil memegang ponsel, mencoba mencari informasi tentang kondisi jalan. Davian, di sisi lain, memegang setir dengan penuh perhatian, memastikan kendaraan mereka tetap aman meski jalanan licin.Saat melewati tikungan tajam, lampu mobil menerangi pemandangan yang membuat mereka terdiam sejenak. Sebuah pohon besar tumbang, melintang di tengah jalan, menghalangi sepenuhnya jalur menuju kota.Davian menghela napas panjang dan menginjak rem, menghentikan mobil dengan hati-hati. Ia menatap Kaira, yang kini menatap balik dengan ekspresi khawatir."Ada jalur alternatif lain, tapi kita harus putar balik cukup jauh," ujar Kaira sembari menggigiti kuku jarinya. "—Apa sebaiknya kita menunggu hujannya reda dulu? Aku khawatir mas akan sangat kesulitan dengan jarak pandang terbatas seperti ini," sambung Kaira kha

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   92. Diterima Tanpa Syarat

    Di dalam mobil yang melaju tenang di bawah langit malam, suasana terasa begitu sunyi. Hanya deru mesin dan desahan napas yang terdengar. Kaira duduk di kursi penumpang, menunduk sambil memeluk tas kecilnya dengan erat. Matanya menerawang kosong, tetapi bibirnya bergetar seperti menahan emosi yang sudah lama membuncah.Davian meliriknya sesekali dari kursi pengemudi. Tangannya yang kuat menggenggam setir dengan tenang, tetapi hatinya gelisah. Ia tahu betul badai yang berkecamuk di dalam hati istrinya. Kejadian di kantor polisi tadi cukup untuk membuat siapa pun terpukul.Dia menyadari seberapa keras Kaira berjuang selama ini. Sayangnya, dia menutup mata tentang apa yang ada dibelakangnya. Bahwa selama ini Kaira masih berjuang untuk keluarganya, bukan sekedar untuk egonya sendiri. Namun justru seperti tidak dihargai?Sejujurnya, Davian pun turut menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia menjadi suami yang tidak peka terhadap penderitaan istrinya selama ini?“Kaira,” panggil Davian

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   91. Suami Bicara

    Kemunculan ayah dan ibu Kaira jelas mengejutkan bagi mereka. Pertama, kasus Aidan ini sebenarnya tengah berusaha ditutupi oleh Bude Mita. Itu sebabnya hanya dia dan Kaira yang tahu tentang ini. Bude Mita memaksa Kaira untuk datang sebab dia yakin Kaira pasti bisa mengurus surat-surat untuk Aidan. Biasanya, Kaira juga tidak akan melibatkan kedua orang tuanya sebab dia tidak pernah ingin menyusahkan mereka.Bude Mita memanfaatkan sikap Kaira yang satu itu untuk diam-diam mendapatkan keuntungannya sendiri.Tapi siapa yang menyangka bahwa seluruh keluarga akan berkumpul disini sekarang? Mendengarkan apa yang seharusnya masih tersembunyi dibawah tangan.Sebelum-sebelumnya, ayah dan ibu Kaira memang tahu bahwa putri mereka turut memberikan uang kepada keluarga budenya itu. Tapi mereka tidak tahu bahwa nominal dan bahkan kejadian semacam ini sampai terjadi. "Kamu sudah tua, tapi masih bersikap tidak tahu malu seperti ini? Kamu benar-benar tidak menganggap kakakmu sendiri, huh?!" Ayah Kaira

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   90. Perdebatan

    Mata Bude Mita membelalak tidak percaya. Kali ini sebab mendengar dari mulut putra kesayangannya sendiri bagaimana tiba-tiba pria muda itu balik menyalahkannya."Kamu ini gimana sih, Aidan? Kamu mau sok membela kakak sepupu kamu yang pelit dan gak berguna ini?" Kesalnya.Aidan memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya dengan amarah. Kali ini mungkin sudah habis batas kesabarannya. Pria muda itu menjambak rambutnya keras lalu kembali menatap mama dan kakak sepupunya itu secara bergantian. "Mbak Kaira sudah membantu kita selama ini. Jumlahnya cukup untuk biaya sekolah! Aku bahkan tidak pernah kekurangan uang jajan sebab Mbak Kaira selalu memberi lebih, belum lagi uang bulanan yang masih aku terima dari Pakde. Uang untuk mama dan Aira pun terpisah. Bukankah kita sudah hidup sangat senang dan nyaman disana, ma? Jadi mengapa mama balik menyalahkan Mbak Kaira untuk hal ini?" Tanya Aidan panjang. Aidan melanjutkan bicaranya, "Mama mau tahu kenapa aku melakukan ini, kan?"Dia menat

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   89. Kantor Polisi

    Sore itu, hujan rintik-rintik menyelimuti kota, namun hati Kaira jauh lebih bergemuruh daripada cuaca di luar. Napasnya memburu ketika ia turun dari mobil dan berlari menembus jalanan menuju kantor polisi. Meninggalkan sang suami yang terus berteriak memanggil namanya khawatir sementara saat ini Davian masih harus memarkirkan mobilnya.Telepon dari seorang petugas barusan membuat dunia Kaira runtuh—Aidan yang selama ini dia usahakan untuk penuhi kebutuhannya, justru diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam jaringan judi online.Kaira menahan gemuruh amarah dan kecewa dalam dirinya. Apa yang sebenarnya Aidan lakukan? Apa yang anak itu butuhkan sampai dia harus menempuh dan berada disini? Apa uang yang selama ini dia kirimkan masih kurang?Begitu tiba, Kaira melangkah masuk ke ruang interogasi, dan di sana, ia menemukan Aidan duduk dengan wajah penuh penyesalan namun tak berdaya. Adik sepupunya itu bahkan masih menggunakan seragam sekolahnya. Entah apa yang dia lakukan dan bagaimana di

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   88. Celotehan Tak Masuk Akal

    Bude Mita Calling...Kaira memilih mendiamkan panggilan dari budenya itu. Ini entah sudah keberapa kalinya hari ini wanita itu menghubunginya sejak pagi, bahkan tanpa peduli bahwa Kaira saat ini tengah dalam jam kerja.Sebuah bentuk profesionalitas. Sekalipun perusahaan tempatnya bekerja sekarang adalah milik suaminya dan semua karyawan telah mengetahui pasal itu, Kaira tidak bisa seenaknya. Ralat, dia tidak mau bersikap seenaknya. Bekerja tetaplah bekerja. Kaira membalikkan ponselnya sehingga tak lagi melihat layarnya bercahaya akibat panggilan terus menerus yang Bude Mita alamatkan padanya. Serius! Kaira tidak paham lagi dengan isi kepala bibinya satu itu! Belakangan ini dia terus menerus meminta uang pada Kaira entah untuk apa. Masalahnya, Kaira ingat bahwa dia telah memberikan uang bulanan pada Budenya tersebut seminggu lalu dengan nominal yang bahkan tiga kali lipat dari yang bisa dia beri biasanya. Belum lagi untuk adik-adiknya, Kaira sudah melipatgandakan jumlahnya. "Buat apa

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   87. Bukankah Tidak Apa?

    "Sudahlah, yang terpenting mamamu benar-benar merestui kita, kan?"Cindy memainkan kancing kemeja Alvero yang kini tengah bersandar di ranjang dashboard kamar apartemennya. Kepalanya bersandar pada dada bidang Alvero sembari menikmati kebersamaan mereka yang belakangan ini sudah sangat jarang dia dapatkan begini. Alvero hanya memandang satu titik gelap di dinding. Nampak tak tergoyahkan meskipun sejak tadi Cindy memberikan kode-kode menggoda dengan memainkan jemari dan bibirnya di dada Alvero. Sudah hampir tiga puluh menit berada di ranjang kamar Cindy, dan mereka benar-benar hanya tiduran tanpa banyak bicara serius setelah pengumuman keputusan Mama Rajendra petang tadi. Cindy hanya bisa diam saat mendengar wanita yang selama ini menghalangi pernikahannya dengan Alvero pada akhirnya memberikan restu bersyarat. Berbeda dengan Alvero yang nampak tidak puas dan bahkan sampai berani setengah membentak mamanya sendiri. Sejujurnya, Cindy sudah cukup bersyukur dengan keputusan itu. Setida

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   86. Tantrum Kecil

    Di dalam mobil yang melaju perlahan menembus jalanan malam, suasana terasa sunyi. Hanya suara lembut dari mesin mobil yang mengisi kekosongan di antara mereka. Davian duduk di kursi pengemudi, kedua tangannya memegang setir dengan erat, matanya fokus menatap jalan. Sementara itu, Kaira duduk di sampingnya, termenung sambil memandang ke luar jendela.Kaira menghela napas panjang, membiarkan pikirannya kembali pada kejadian di rumah keluarga Rajendra. Keputusan Mama Rajendra untuk merestui hubungan Alvero dan Cindy tadi benar-benar mengejutkannya. Namun, syarat yang menyertainya—agar pasangan itu tetap tinggal di Indonesia—telah memicu reaksi yang tidak biasa dari Alvero.Kaira berbicara pelan, "Alvero terlihat... sangat kesal tadi. Apa menurut mas itu karena syarat Mama?"Davian tidak langsung menjawab. Ia mengubah posisi duduknya sedikit, mencoba mengendurkan ketegangan di bahunya. Setelah beberapa detik, ia akhirnya berbicara dengan nada rendah, "Iya, mungkin."Kaira menoleh, memanda

DMCA.com Protection Status