Kaira refleks membulatkan matanya saat menemukan tubuh tinggi pria secara cepat mengukungnya. Dia terhuyung hingga terjatuh di sofa dengan sebuah lengan kekar yang secara sigap menyangga kepalanya. Wajah keduanya terlalu dekat, Kaira hampir tidak bisa bernafas dengan normal apalagi saat melihat tatapan tajam yang masih dapat ditembus meskipun dihalangi kaca mata. "Mbak? Mbak Kaira nggak apa-apa?"Pekikan Kaira tadi tentu dapat didengar oleh Aidan diseberang panggilan. Laki-laki yang beranjak dewasa itu tentu sedikit khawatir dengan kondisi kakak sepupunya. Si pelaku—siapa lagi kalau bukan Davian, seolah tak terganggu justru menggunakan jemarinya untuk membelai dan menarik pelan rahang Kaira. Mengirimkan desiran lembut namun penuh tuntutan yang tiba-tiba saja membuat Kaira jadi seolah melemah. Dia sempat melirik nama pemanggil yang tertulis di layar ponsel istrinya. Sebuah senyuman miring refleks terbit di bibir Davian. "Y—ya, aku baik-baik saja, kok! Nanti mbak telfon lagi ya, Dan!
Davian menerima piring penuh yang disodorkan istrinya dengan baik. Aromanya menggugah selera, hanya saja pernyataan Kaira tadi masih lebih menarik perhatiannya. Istrinya itu tersenyum ringan, menatapnya dengan mata bulat yang berbinar sembari menumpu dagunya dengan dua siku di meja. Sesuatu dibalik senyuman Kaira membuat Davian mengangkat sebelah alisnya dibarengi sebuah tatapan menyelidik."Berapa yang kamu butuhkan? Kamu bisa menggunakan cara yang lebih sederhana untuk mendapatkan uang," ujar Davian dengan makna terselubung. Lelaki itu masih belum melepaskan tatapannya pada sang istri. Ingin mengetahui apa yang sebenarnya tengah Kaira pikirkan.Mendengarnya, Kaira mengendikkan bahu dengan senyuman yang ditarik paksa. "Aku hanya ingin merasakan bekerja secara produktif lagi. Mendapatkan uang yang aku hasilkan dari keringat sendiri meskipun tetap saja berangkat dari kantong Mas Davi," tanggapnya sederhana dengan sebuah senyum jenaka.Pembahasan ini sebenarnya bukan pertama kalinya ba
Mata Davian mengerjap pelan menyadari arah pertanyaan istrinya. Itu sebuah pertanyaan serius, kan?Kaira nampak polos dengan mata bulat besar nan jernih yang menatapnya seperti anak anjing lucu. Namun di saat yang bersamaan, gerakan perlahan telunjuk wanita itu di belakang leher Davian justru kontras sebab menunjukkan seberapa flirty Kaira yang sebenarnya. Bagaimana bisa Davian menahan diri dari godaan secara terang-terangan seperti ini?"Kenapa?" Tanya Davian yang kini telah sepenuhnya meninggalkan makanannya. Fokus pria itu tentu saja istrinya yang memberi sebuah pertanyaan polos namun penuh godaan. Mengendikkan bahunya sekali lagi, Kaira melanjutkannya dengan membentuk senyum segaris tanpa rasa bersalah. "Hanya penasaran. Apa yang mas tinggalkan selalu sulit bagiku untuk menyembunyikannya. Tapi aku bahkan tidak berhasil membuat satu," ungkapnya jujur. Entah apa motivasi Kaira mengatakan ini sekarang. Terkadang, wanita itu cukup frontal terhadap apa yang ada dalam benaknya. Davia
Kaira menggenggam map tebal dan juga satu totebag berisi bekal makan siang yang dia siapkan untuk suaminya. Sekitar pukul sepuluh pagi ketika Kaira yang tengah menyelesaikan tulisannya mendapatkan panggilan dari sang suami yang memintanya untuk mengirimkan sebuah dokumen penting yang tertinggal di ruang kerja rumah mereka. Kalau bukan karena merupakan data penting untuk rapat siang ini, Davian mungkin tidak akan terdengar sangat panik saat meminta tolong pada istrinya itu.Sejatinya, Davian hanya meminta Kaira untuk mengirimkannya menggunakan layanan ojek online secara instan. Hanya saja, Kaira sendiri yang menawarkan bantuan untuk membawanya langsung sebab Davian bilang dokumen tersebut sangat penting dan cukup rahasia. Bukankah lebih baik untuk Kaira sendiri yang mengantarkannya dan memastikan dokumen tersebut diterima dengan aman dan selamat langsung oleh sang suami?Lagipula, Kaira juga ingin sekaligus mengunjungi suaminya dan membawakan bekal makan siang. Tadi pagi Davian terlalu
"Selamat Pagi Bu Kaira!"Sapaan Aldo di lobby menyambut Kaira yang baru saja sampai. Pagi itu, Kaira melangkah masuk ke kantor Davian dengan senyum tipis yang tersembunyi di balik wajahnya yang serius. Sebagai istri, rasanya janggal berada di posisi asisten pribadi suaminya, tapi mereka sepakat untuk tidak mengumumkan status pernikahan mereka di kantor demi menjaga profesionalitas. Meskipun mereka juga tidak bermaksud untuk menyembunyikannya. Tidak diumumkan bukan berarti disembunyikan, bukan?Sejujurnya, itu adalah request khusus dari Kaira. Wanita itu ingin dia diperlakukan sama layaknya karyawan lain di kantor. Dia ingin menunjukkan kapasitas kerjanya sebaik mungkin tanpa ada embel-embel 'istri CEO' saja. Katakanlah Kaira terlalu idealis untuk urusan ini. Hanya saja, dia juga tidak mau suaminya diberikan cap-cap negatif jika Kaira tidak menunjukkan kinerja baiknya. Status pernikahan mereka suatu saat pasti akan terungkap, hanya saja Kaira memilih untuk membiarkannya seperti itu sa
Davian duduk di belakang mejanya dengan raut wajah serius, tampak seperti bos besar yang siap memberikan arahan. Di hadapannya, Kaira berdiri tegap, menyiapkan catatan kecil dan pena, berusaha mempertahankan konsentrasinya untuk menerima setiap pekerjaan yang ditugaskan.Sebagai seorang asisten pribadi pemula, Kaira tentu masih memerlukan banyak arahan dan bimbingan dalam pekerjaannya. Aldo memang telah memberikannya informasi sedetail yang dia bisa, namun semua itu harus diaplikasikan secara nyata dalam pekerjaan yang terkadang selalu membutuhkan improvisasi. Ketelitian dan aspek cekatan dari pribadi seseorang akan tercermin langsung melalui hasil kerjanya. Untuk itu, Kaira bertekad untuk menunjukkan kualitas dirinya dengan hasil kerja yang sebaik mungkin.Tanpa banyak basa-basi, Davian mulai menjelaskan beberapa tugas yang perlu Kaira kerjakan hari itu dan beberapa proyek mendatang."Kaira, aku ingin kamu menyiapkan laporan mingguan mengenai progres proyek perumahan di pinggiran kot
Sekarang pukul empat sore. Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum jam kerja berakhir apabila memang benar tidak ada lemburan.Kaira melirik bosnya yang masih belum bergerak sama sekali dari tempat duduknya. Pria tersebut nampak sangat fokus menatap layar. Sesekali dia juga terdengar berbicara untuk menyampaikan pendapatnya dalam lokakarya online yang diikutinya. Diam-diam Kaira tersenyum tipis, mengapa Davian nampak seribu kali lebih atraktif saat dia tengah serius bekerja begini?Sadar bahwa dirinya mulai tidak fokus, Kaira menepuk pelan pipinya sendiri. Dia kembali memfokuskan pandangannya pada lembaran-lembaran di mejanya yang dua jam lalu telah diberikan kepadanya untuk diperiksa. Terutama dua dokumen penting yang bersifat urgent, Kaira perlu memastikan bahwa tidak ada tanda salah ketik ataupun poin-poin nyeleneh saat dokumen tersebut nantinya tiba di meja Davian.Yang pertama ada mengenai rancangan proyek resort mewah di Bali dan Lombok milik salah satu klien VIP yang gambarnya
Waktu bergulir begitu cepat hingga Davian tidak menyadari bahwa langit telah berubah menjadi lebih gelap. Ini sudah pukul delapan belas, lebih satu jam dari jam kerja biasanya. Lelaki itu melirik istrinya yang juga masih sibuk menatap laptop. Setelah kesenangan kecil mereka yang terinterupsi tadi, Davian pada akhirnya membuka kembali kunci ruangannya dan tidak melanjutkan rencana jahilnya. Kaira nampak tidak sedang dalam mood untuk melakukan itu disini dan memang staf humasnya diluar cukup perhatian pada mereka sehingga dia bahkan tidak bisa mengunci pintunya tanpa satu alasan jelas.Pada akhirnya, dua manusia itu memilih untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing. Kaira dengan jadwal Davian esok hari serta konfirmasi pada orang-orang yang memiliki janji temu dengannya serta Davian yang melanjutkan menandatangani dokumen-dokumen yang sudah diperiksa Kaira sebelumnya.Lelaki itu melepaskan kacamata tanpa bingkainya lanjut memijit pangkal hidungnya untuk menghilangkan ketegangan yang t