Sepanjang pemutaran rekaman berlangsung, Abhygael tak henti-hentinya meraih tissue yang diletakkan Mutia di sampingnya. Tak pernah terpikirkan olehnya akan seperti itu kejadiannya, lalu bagaimana mungkin dia bisa dengan teganya menuduh Leona berselingkuh?"Kita semua tahu bagaimana pedulinya Leona padamu, dia bahkan harus menjalani dua peran sekaligus untukmu dan Abil. Kau bayangkan betapa ketakutannya Abil ketika dia lupa menghapus makeup nya, dan hal inilah yang membuatnya pergi jauh mengisolasi dirinya sendiri," tutur Regan.Lagi-lagi Regan yang memberikan keterangan di sela-sela rekaman diputar."Ini Leona saat sakit dan kau mengabaikannya."Regan menunjuk layar yang menampilkan Leona sedang berada di ruang isolasi dengan tubuh berbintik-bintik merah yang di duga cacar.Abhygael terbelalak, dia mengamati rekaman itu tak berkedip, apa lagi saat melihat Leona yang terlihat pasrah dan putus asa, Abhygael menangis pilu. "Betapa buruknya diriku, papa mengapa kalian tidak memaksaku untu
Perselingkuhan biasanya berujung pada perceraian. Tapi untuk masalah yang di hadapi Abhygael, semua dilakukannya dalam keadaan tidak sadar. Jika ditanya saat ini dia akan berlutut di depan isterinya untuk semua yang dia pernah lakukan. Tapi dimana dia mencari keberadaan isterinya? Dia sangat kebingungan, semua orang seakan senang melihatnya menderita.Tak ada petunjuk sama sekali, bahkan ponsel Leona kini tak aktif lagi. Sebenarnya Regan tahu dimana Leona karena Dian selalu memberi informasi padanya sesuai perjanjian yang mereka sepakati bersama. Tapi Regan masih belum ingin memberi tahu keberadaan Leona pada Abhygael. Sebagai hukuman untuknya biarlah dia mencarinya sendiri. "Apa tidak sebaiknya diberitahu saja padanya?" saran Sonia pada suaminya."Tidak akan, biarkan dia mencarinya sendiri, jangan biarkan dia semudah itu menemukan Leona, penderitaan Leona harusnya terbalaskan," tolak Regan.Isterinya tak bisa berkata apa-apa lagi selain menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingin protes na
Hampir sepanjang siang itu, Selena mondar mandir di dalam sel tahanan. Perasaannya tidak karuan, sudah sebulan dia mendekam di dalam sel tak satupun orang datang menjenguknya. Tubuhnya seperti menyusut, wajahnya tampak semakin kusam dan berkerut. Maklumlah di dalam sel, jadi tak bisa melakukan perawatan wajah.Perasaan gugup luar biasa meliputinya ketika ia melihat kedatangan Abhygael. Ia berusaha mengumpulkan segenap keberanian untuk memanggil nama Abhygael dengan mesra."Abhy bantu aku...huhuhu...mereka menuduhku mencelakai mu. Bagaimana mungkin aku mencelakai pria yang kucintai seumur hidupku?" teriak Selena dari balik jeruji.Rengekan Selena malah membuat Abhygael geram. Dia menatap Selena dengan marah, jika bukan di kantor polisi, mungkin dia sudah menampar wanita yang pernah singgah di hatinya ini. Karena ulah Selena dia harus kehilangan isterinya.Dia berdiri sejenak menatap Selena dari ujung kaki sampai ujung rambut, sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, wanita ini pantas m
Keluar dari gedung Pratama Corporation, Julit segera menuju ke kediaman Aditia. Setelah menghubunginya lewat ponsel, Aditia menunggunya di Villa. Lumayan memakan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke tempat itu. Julit sedang dilema, sehingga dia harus butuh teman curhat. Junet mendesaknya untuk mengikuti semua kemauan mereka, tapi masih ada sisi kemanusiaan di dalam hatinya yang membuatnya bimbang. Satu-satunya yang bisa dipercayainya adalah anaknya."Tumben papa tidak mengajak mama lagi," ucap Aditia saat melihat ayahnya datang seorang diri."Mamamu sedang sibuk membuat usaha baru home bakery," jawab Julit yang terlihat melepas sepatunya di depan pintu rumah. Biasanya Julit tidak melepas sepatunya namun melihat lantai rumah yang bersih mengkilap membuatnya harus melepaskannya."Wah, itu lebih bagus, lalu papa sendiri ada apa gerangan menghubungiku tiba-tiba begini?" tanya Aditia heran.Julit masuk dan duduk di kursi walau belum di persilahkan tuan rumah dan kemudian menggeser kursinya
Dua bulan sejak konferensi pers itu ditayangkan, namun keberadaan Leona belum juga di temukan. Abhygael lalu meminta bantuan guru Arafat untuk memberinya gambaran seperti sebelum-sebelumnya."Bantu aku guru, aku sudah berusaha mencarinya bahkan aku telah mengerahkan beberapa orang mencarinya di seluruh Indonesia namun tak juga membuahkan hasil," ucap Abhygael dengan putus asa.Guru Arafat sebenarnya ingin membantunya, tapi mereka ingin Abhygael berusaha sendiri dengan caranya. Tapi melihat ke putusasaan di wajah Abhygael membuat guru Arafat akhirnya luluh juga."Baiklah! Tapi ini hanya gambarannya saja belum tentu benar, banyak berdoa dan serahkan semuanya pada yang Kuasa," kata guru Arafat. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu pada anak tunggal Putera Pratama itu.Sore itu mereka berempat, guru Arafat, Putera, Abhygael dan Regan sedang duduk di perpustakaan. Seperti biasanya, Abhygael bersandar dengan rileks di kursi sofa dan memejamkan matanya. Dia bernafas dengan teratur. Guru A
Pagi hari yang cerah seiring dengan situasi hati Abhygael yang sedang bagus bahkan bisa di bilang ramah. Dia menelpon Regan untuk sama-sama menjemput tamu di bandara."Kita akan menjemput Oemar, segera bersiap-siap!""Baik bos!"Jawab Regan dari seberang telepon.Tak lama kemudian ketika keduanya tiba di bandara, nampak Oemar memasuki ruang kedatangan bersama beberapa petinggi lainnya dari Dubai untuk memantau perkembangan pelaksanaan proyek multiyears yang memakan biaya yang tak sedikit. Abhygael dan Regan segera menyambut mereka dengan tak lupa saling menjabat tangan dengan erat lalu mereka segera bersama-sama naik ke dalam mobil yang sudah di persiapkan Abhygael. Sepanjang jalan tak ada pembicaraan yang berarti.Abhygael melayani tamunya dengan sangat baik, mereka melakukan pertemuan di hotel Sheraton selanjutnya meninjau langsung ke lokasi proyek."Aku turut prihatin dengan kecelakaan yang menimpamu," ucap Oemar tulus. "Semua sudah berlalu, bahkan sejak kejadian itu adikmu terus be
Pesawat tiba pagi hari di bandara kota T, memakai jasa mobil bandara Abhygael dan Regan menuju ke hotel Sahid. Setelah mendapatkan kunci kamar masing-masing mereka berdua segera mandi dan beristirahat sebentar.Abhygael meminta Regan menemaninya ke mall untuk membeli beberapa kebutuhannya. Mereka janjian tidur dulu selama dua jam dan akan ke mall pada jam 10.00 pagi."Kita istrahat sebentar, badanku pegal semua, mungkin aku harus butuh di pijat biar bisa terlelap walau hanya sebentar," kata Regan saat Abhygael mengajaknya ke mall."Sore saja pijatnya, aku mau belanja beberapa keperluan," paksa Abhygael."Ntar lagi, lagian jam segini mall belum buka," kata Regan lalu segera keluar menuju ke kamarnya sendiri untuk tidur.Abhygael tak bisa tidur, dia sangat gelisah. Hatinya terlalu sakit membayangkan kenyataan yang akan dia temui nanti. Jika sudah begitu maka dia harus merelakan Leona, dia akan fokus membesarkan Abil seorang diri. Dia tak bisa menyalahkan Leona, karena semua kesalahan ber
Sejak kepulangannya dari Indonesia Timur, Abhygael tak banyak bicara. Bahkan ketika Regan ingin mengatakan yang sebenarnya dia bahkan tak perduli lagi. Dia menjadi sosok pria yang dingin tanpa ekspresi. Abhygael menghabiskan seluruh waktunya pada pekerjaan dan bermain bersama Abil. Putera menyadari perubahan anaknya tetapi dia tak menanyakan apapun. Selama itu tidak merugikan maka dia tak mempermasalahkannya.Regan ingin menceritakan semuanya pada Putera tapi dia takut, nantinya malah dia yang di salahkan. Akhirnya dia menghubungi guru Arafat untuk minta waktunya beberapa jam saja.Mereka bertemu di rumah Regan agar lebih leluasa untuk berbincang."Sejak kembali dari Indonesia Timur, aku jadi merasa sangat bersalah," Regan mengatakan apa yang mengganjal di hatinya.Guru Arafat hanya tersenyum simpul dan menepuk-nepuk bahu Regan."Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu, sebenarnya aku tahu semuanya tetapi aku ingin Abhygael memperjuangkan cintanya. Tapi kulihat dia tak ingin berjuang.""A
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka