Sudah sebulan Abhygael selalu mendapatkan jawaban yang sama."Kau akan bertemu Leona saat kau benar-benar pulih," kata-kata ini yang selalu dia dapatkan dari semua orang setiap kali dia bertanya dimana istrinya.Abhygael merasa ada yang aneh, banyak hal yang mereka sembunyikan darinya, kedua orang tuanya, guru spiritualnya bahkan sahabatnya Regan selalu mengatakan hal yang sama.Untuk pertama kalinya pasca dia dinyatakan sembuh oleh dokter, dia datang ke kantor PT. Abhyleon. Semua karyawan menyambutnya dengan ramah.Regan bahkan sudah menunggu di ruangannya."Aku tak melihat Wildan, kemana dia?" tanya Abhygael seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya sebelum ini."Dia mengajukan cuti selama setahun," jawab Regan asal."Apa? Emangnya ini perusahaan nenek moyangnya?" terlihat kemarahan di wajah Abhygael.Regan pura-pura tak melihatnya. Lalu Abhygael melewatinya dan duduk di kursi kebesaran yang sudah lama tak di tempat nya."Apa sebenarnya yang kalian sembunyikan dariku? Dan oow jadi ka
Sepanjang pemutaran rekaman berlangsung, Abhygael tak henti-hentinya meraih tissue yang diletakkan Mutia di sampingnya. Tak pernah terpikirkan olehnya akan seperti itu kejadiannya, lalu bagaimana mungkin dia bisa dengan teganya menuduh Leona berselingkuh?"Kita semua tahu bagaimana pedulinya Leona padamu, dia bahkan harus menjalani dua peran sekaligus untukmu dan Abil. Kau bayangkan betapa ketakutannya Abil ketika dia lupa menghapus makeup nya, dan hal inilah yang membuatnya pergi jauh mengisolasi dirinya sendiri," tutur Regan.Lagi-lagi Regan yang memberikan keterangan di sela-sela rekaman diputar."Ini Leona saat sakit dan kau mengabaikannya."Regan menunjuk layar yang menampilkan Leona sedang berada di ruang isolasi dengan tubuh berbintik-bintik merah yang di duga cacar.Abhygael terbelalak, dia mengamati rekaman itu tak berkedip, apa lagi saat melihat Leona yang terlihat pasrah dan putus asa, Abhygael menangis pilu. "Betapa buruknya diriku, papa mengapa kalian tidak memaksaku untu
Perselingkuhan biasanya berujung pada perceraian. Tapi untuk masalah yang di hadapi Abhygael, semua dilakukannya dalam keadaan tidak sadar. Jika ditanya saat ini dia akan berlutut di depan isterinya untuk semua yang dia pernah lakukan. Tapi dimana dia mencari keberadaan isterinya? Dia sangat kebingungan, semua orang seakan senang melihatnya menderita.Tak ada petunjuk sama sekali, bahkan ponsel Leona kini tak aktif lagi. Sebenarnya Regan tahu dimana Leona karena Dian selalu memberi informasi padanya sesuai perjanjian yang mereka sepakati bersama. Tapi Regan masih belum ingin memberi tahu keberadaan Leona pada Abhygael. Sebagai hukuman untuknya biarlah dia mencarinya sendiri. "Apa tidak sebaiknya diberitahu saja padanya?" saran Sonia pada suaminya."Tidak akan, biarkan dia mencarinya sendiri, jangan biarkan dia semudah itu menemukan Leona, penderitaan Leona harusnya terbalaskan," tolak Regan.Isterinya tak bisa berkata apa-apa lagi selain menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingin protes na
Hampir sepanjang siang itu, Selena mondar mandir di dalam sel tahanan. Perasaannya tidak karuan, sudah sebulan dia mendekam di dalam sel tak satupun orang datang menjenguknya. Tubuhnya seperti menyusut, wajahnya tampak semakin kusam dan berkerut. Maklumlah di dalam sel, jadi tak bisa melakukan perawatan wajah.Perasaan gugup luar biasa meliputinya ketika ia melihat kedatangan Abhygael. Ia berusaha mengumpulkan segenap keberanian untuk memanggil nama Abhygael dengan mesra."Abhy bantu aku...huhuhu...mereka menuduhku mencelakai mu. Bagaimana mungkin aku mencelakai pria yang kucintai seumur hidupku?" teriak Selena dari balik jeruji.Rengekan Selena malah membuat Abhygael geram. Dia menatap Selena dengan marah, jika bukan di kantor polisi, mungkin dia sudah menampar wanita yang pernah singgah di hatinya ini. Karena ulah Selena dia harus kehilangan isterinya.Dia berdiri sejenak menatap Selena dari ujung kaki sampai ujung rambut, sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, wanita ini pantas m
Keluar dari gedung Pratama Corporation, Julit segera menuju ke kediaman Aditia. Setelah menghubunginya lewat ponsel, Aditia menunggunya di Villa. Lumayan memakan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke tempat itu. Julit sedang dilema, sehingga dia harus butuh teman curhat. Junet mendesaknya untuk mengikuti semua kemauan mereka, tapi masih ada sisi kemanusiaan di dalam hatinya yang membuatnya bimbang. Satu-satunya yang bisa dipercayainya adalah anaknya."Tumben papa tidak mengajak mama lagi," ucap Aditia saat melihat ayahnya datang seorang diri."Mamamu sedang sibuk membuat usaha baru home bakery," jawab Julit yang terlihat melepas sepatunya di depan pintu rumah. Biasanya Julit tidak melepas sepatunya namun melihat lantai rumah yang bersih mengkilap membuatnya harus melepaskannya."Wah, itu lebih bagus, lalu papa sendiri ada apa gerangan menghubungiku tiba-tiba begini?" tanya Aditia heran.Julit masuk dan duduk di kursi walau belum di persilahkan tuan rumah dan kemudian menggeser kursinya
Dua bulan sejak konferensi pers itu ditayangkan, namun keberadaan Leona belum juga di temukan. Abhygael lalu meminta bantuan guru Arafat untuk memberinya gambaran seperti sebelum-sebelumnya."Bantu aku guru, aku sudah berusaha mencarinya bahkan aku telah mengerahkan beberapa orang mencarinya di seluruh Indonesia namun tak juga membuahkan hasil," ucap Abhygael dengan putus asa.Guru Arafat sebenarnya ingin membantunya, tapi mereka ingin Abhygael berusaha sendiri dengan caranya. Tapi melihat ke putusasaan di wajah Abhygael membuat guru Arafat akhirnya luluh juga."Baiklah! Tapi ini hanya gambarannya saja belum tentu benar, banyak berdoa dan serahkan semuanya pada yang Kuasa," kata guru Arafat. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu pada anak tunggal Putera Pratama itu.Sore itu mereka berempat, guru Arafat, Putera, Abhygael dan Regan sedang duduk di perpustakaan. Seperti biasanya, Abhygael bersandar dengan rileks di kursi sofa dan memejamkan matanya. Dia bernafas dengan teratur. Guru A
Pagi hari yang cerah seiring dengan situasi hati Abhygael yang sedang bagus bahkan bisa di bilang ramah. Dia menelpon Regan untuk sama-sama menjemput tamu di bandara."Kita akan menjemput Oemar, segera bersiap-siap!""Baik bos!"Jawab Regan dari seberang telepon.Tak lama kemudian ketika keduanya tiba di bandara, nampak Oemar memasuki ruang kedatangan bersama beberapa petinggi lainnya dari Dubai untuk memantau perkembangan pelaksanaan proyek multiyears yang memakan biaya yang tak sedikit. Abhygael dan Regan segera menyambut mereka dengan tak lupa saling menjabat tangan dengan erat lalu mereka segera bersama-sama naik ke dalam mobil yang sudah di persiapkan Abhygael. Sepanjang jalan tak ada pembicaraan yang berarti.Abhygael melayani tamunya dengan sangat baik, mereka melakukan pertemuan di hotel Sheraton selanjutnya meninjau langsung ke lokasi proyek."Aku turut prihatin dengan kecelakaan yang menimpamu," ucap Oemar tulus. "Semua sudah berlalu, bahkan sejak kejadian itu adikmu terus be
Pesawat tiba pagi hari di bandara kota T, memakai jasa mobil bandara Abhygael dan Regan menuju ke hotel Sahid. Setelah mendapatkan kunci kamar masing-masing mereka berdua segera mandi dan beristirahat sebentar.Abhygael meminta Regan menemaninya ke mall untuk membeli beberapa kebutuhannya. Mereka janjian tidur dulu selama dua jam dan akan ke mall pada jam 10.00 pagi."Kita istrahat sebentar, badanku pegal semua, mungkin aku harus butuh di pijat biar bisa terlelap walau hanya sebentar," kata Regan saat Abhygael mengajaknya ke mall."Sore saja pijatnya, aku mau belanja beberapa keperluan," paksa Abhygael."Ntar lagi, lagian jam segini mall belum buka," kata Regan lalu segera keluar menuju ke kamarnya sendiri untuk tidur.Abhygael tak bisa tidur, dia sangat gelisah. Hatinya terlalu sakit membayangkan kenyataan yang akan dia temui nanti. Jika sudah begitu maka dia harus merelakan Leona, dia akan fokus membesarkan Abil seorang diri. Dia tak bisa menyalahkan Leona, karena semua kesalahan ber