Kunjungan Putera dan Arafat bukan hanya di pabrik mereka saja, hari ini mereka meluangkan waktunya untuk mengunjungi lokasi pembangunan proyek multiyears. Pembangunannya berjalan sesuai rencana, kecelakaan yang menimpa Abhygael tak mempengaruhi berjalannya proyek itu. "Sejauh yang ku ketahui, polisi sepertinya terus mengusut tuntas kasus kecelakaan itu," kata Arafat saat mereka baru saja turun dari lantai dua. "Itu sudah pasti, aku merasa kecelakaan yang menimpa Abhygael ada unsur kesengajaan. Tapi sekarang ini polisi sedang menyelidiki siapa dalangnya dan apa motifnya. Jika mereka sudah menemukannya maka aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya," ucap Putera. Mereka berhenti sebentar dan memandangi para kuli bangunan satu persatu seakan memberi isyarat jika salah seorang di antara para kuli itu pasti dengan sengaja mencelakai Abhygael, tapi apa motifnya? Berpikir sampai disitu mereka berdua saling memandang seakan memikirkan hal yang sama. "Akibat dari kecelakaan itu banyak hal y
Roby menghabiskan waktunya hari itu dengan memikirkan Selena. Ia tahu kekasihnya itu jika menginginkan sesuatu maka harus segera dituruti, jika tidak maka dia akan merajuk dan tidak bisa dihubungi berhari-hari lamanya.Roby sudah melacak keberadaan Tania dengan niat bulat untuk menghabisinya agar tak menghalangi lagi karir kekasihnya. Dia pernah mencoba menyambangi apartemennya tetapi selalu gagal dan akibatnya Selena tak mau lagi bertemu dengannya. Masalahnya sekarang dia tak boleh meninggalkan jejak, sekarang saja hatinya tak tenang karena polisi terus mengusut kasus kecelakaan yang menimpa Abhygael.Menurut informasi yang dia dapatkan terkait Tania, gadis itu jarang tinggal di apartemennya. Satu-satunya peluang yang dimiliki Roby adalah membuat gadis itu kecelakaan, tapi bagaimana caranya? Apakah dia harus menabrak mobilnya? Pilihan itu bukanlah solusi yang terbaik, yang ada dia malah mati konyol atau membusuk di penjara dan tak mendapatkan Selena lagi. Sepertinya keberuntungan se
Roby mengingat secara detail apa yang sudah dia lakukan saat mengiris tali dengan pisau cuter saat itu. Keberadaan polisi yang berada di bawah membuatnya cemas. Dia tak menyadari seorang kuli bangunan mengawasinya. Kegelisahannya membuatnya selalu salah dalam menyelesaikan pekerjaannya."Hati-hati bro, jangan sampai material itu kena di kepalamu," seorang kuli bangunan mengingatkannya. Polisi yang menyamar tersenyum melihat kecerobohan Roby. Dia lalu merogoh ponsel dan mengirim pesan pada seseorang. Selama ini mereka terus mengamati Roby selama beberapa bulan. Ia adalah satu satunya kuli bangunan yang terlihat berbeda, beberapa kali dia selalu menengok ke bawah tatkala polisi lalu lalang di lokasi proyek itu.Tapi bagaimana ceritanya kuli bangunan ini terlibat dalam kasus kecelakaan itu? Polisi dengan cepat mencari tahu informasi lengkap tentangnya. Dan yang membuat mereka terkejut, pria itu terlihat beberapa minggu ini keluar masuk apartemen di sebuah kawasan elite."Cari tahu siapa
Roby bersandar di pintu kamar mandi, dia mencoba menguping Selena sedang berbincang dengan siapa? Instingnya mengatakan ada yang tidak beres. Cukup lama dia mendengarkan percakapan antara Selena dengan seorang wanita. Roby keluar dari kamar mandi, dia berjalan perlahan, dilihatnya wajah Selena memucat. Dia lalu menghampirinya, dia terkejut saat melihat wanita yang dikiranya penghuni apartemen duduk dengan santainya. "Siapa kau? Bukankah kau yang berada di ujung lift itu?" tanya Roby dengan mata membulat. "Menyerah Lah, percuma bagi kalian melarikan diri. Karena apartemen ini sudah di kepung," Syntia terlihat santai tapi dia sangat waspada. Saat melihat Roby melakukan gerakan mencurigakan, dia segera berdiri lalu dengan gerakan yang tak di duga, Syntia kini sudah berada di belakang Roby dan memborgol tangannya tanpa perlawanan sama sekali. Selena melihat hal itu segera kabur namun terdengar teriakannya dari luar. "Lepaskan aku....ah....apa yang kau lakukan, lepaskan.....!" teriaka
Dipagi yang sama, Abhygael menggunakan pakaian olahraga berwarna kuning, ini adalah warna favoritnya. Dia berlari-lari kecil di sekitar halaman rumahnya yang luas lalu dia keluar ke kompleks rumahnya. Sudah lama rasanya dia tak menyapa para warga sekitar. Regan pagi ini menelpon Abhygael tapi ponselnya tidak aktif. "Kemana lagi pria menyebalkan itu, pagi-pagi sudah membuat emosiku naik," gerutu Regan lalu membanting ponselnya di atas kursi. Sonya mendengar gerutuan suaminya segera menghampiri. "Sarapan dulu pa, pagi-pagi jangan marah-marah, mungkin saja bos pagi ini sedang mandi atau berolahraga. Sebaiknya setelah sarapan, papa ke rumahnya saja,' Sonya berusaha menenangkan suaminya. "Sejak Tania mengalami kecelakaan, dia terlihat seperti kehilangan pegangan hidup, aku terus berdoa agar amnesianya sembuh dan dia menyadari kehilangan yang sesungguhnya," ucap Regan dengan wajah cemberut. Rasanya dia tak sabar melihat penderitaan Abhygael yang sesungguhnya. Ini hanyalah kehilangan yan
Sudah sebulan Abhygael selalu mendapatkan jawaban yang sama."Kau akan bertemu Leona saat kau benar-benar pulih," kata-kata ini yang selalu dia dapatkan dari semua orang setiap kali dia bertanya dimana istrinya.Abhygael merasa ada yang aneh, banyak hal yang mereka sembunyikan darinya, kedua orang tuanya, guru spiritualnya bahkan sahabatnya Regan selalu mengatakan hal yang sama.Untuk pertama kalinya pasca dia dinyatakan sembuh oleh dokter, dia datang ke kantor PT. Abhyleon. Semua karyawan menyambutnya dengan ramah.Regan bahkan sudah menunggu di ruangannya."Aku tak melihat Wildan, kemana dia?" tanya Abhygael seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya sebelum ini."Dia mengajukan cuti selama setahun," jawab Regan asal."Apa? Emangnya ini perusahaan nenek moyangnya?" terlihat kemarahan di wajah Abhygael.Regan pura-pura tak melihatnya. Lalu Abhygael melewatinya dan duduk di kursi kebesaran yang sudah lama tak di tempat nya."Apa sebenarnya yang kalian sembunyikan dariku? Dan oow jadi ka
Sepanjang pemutaran rekaman berlangsung, Abhygael tak henti-hentinya meraih tissue yang diletakkan Mutia di sampingnya. Tak pernah terpikirkan olehnya akan seperti itu kejadiannya, lalu bagaimana mungkin dia bisa dengan teganya menuduh Leona berselingkuh?"Kita semua tahu bagaimana pedulinya Leona padamu, dia bahkan harus menjalani dua peran sekaligus untukmu dan Abil. Kau bayangkan betapa ketakutannya Abil ketika dia lupa menghapus makeup nya, dan hal inilah yang membuatnya pergi jauh mengisolasi dirinya sendiri," tutur Regan.Lagi-lagi Regan yang memberikan keterangan di sela-sela rekaman diputar."Ini Leona saat sakit dan kau mengabaikannya."Regan menunjuk layar yang menampilkan Leona sedang berada di ruang isolasi dengan tubuh berbintik-bintik merah yang di duga cacar.Abhygael terbelalak, dia mengamati rekaman itu tak berkedip, apa lagi saat melihat Leona yang terlihat pasrah dan putus asa, Abhygael menangis pilu. "Betapa buruknya diriku, papa mengapa kalian tidak memaksaku untu
Perselingkuhan biasanya berujung pada perceraian. Tapi untuk masalah yang di hadapi Abhygael, semua dilakukannya dalam keadaan tidak sadar. Jika ditanya saat ini dia akan berlutut di depan isterinya untuk semua yang dia pernah lakukan. Tapi dimana dia mencari keberadaan isterinya? Dia sangat kebingungan, semua orang seakan senang melihatnya menderita.Tak ada petunjuk sama sekali, bahkan ponsel Leona kini tak aktif lagi. Sebenarnya Regan tahu dimana Leona karena Dian selalu memberi informasi padanya sesuai perjanjian yang mereka sepakati bersama. Tapi Regan masih belum ingin memberi tahu keberadaan Leona pada Abhygael. Sebagai hukuman untuknya biarlah dia mencarinya sendiri. "Apa tidak sebaiknya diberitahu saja padanya?" saran Sonia pada suaminya."Tidak akan, biarkan dia mencarinya sendiri, jangan biarkan dia semudah itu menemukan Leona, penderitaan Leona harusnya terbalaskan," tolak Regan.Isterinya tak bisa berkata apa-apa lagi selain menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingin protes na
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka