Beranda / Romansa / Mencintai Istri Kakakku / Sepenggal Kisah Tentang Nadzifa

Share

Sepenggal Kisah Tentang Nadzifa

Penulis: LeeNaGie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-22 09:41:58

Nadzifa dan Farzan berdiri di depan flat masing-masing sebelum berpisah. Kucing kesayangan gadis itu sudah dikuburkan di tanah kosong belakang gedung apartemen. Jangan ditanyakan lagi bagaimana sedihnya ia saat kucing jenis persia himalaya tersebut menjelang dikubur.

Thanks banget ya udah bantuin,” ucap Nadzifa tersenyum singkat, “jangan tolak bantuan gue. Habis ganti pakaian, gue ke flat lo.”

Awalnya Farzan keberatan, tapi Nadzifa kekeh untuk membantu. Gadis itu merasa bersalah, karena sudah mengganggunya pagi-pagi.

“Oke. Nanti pencet bel aja, jangan ketuk-ketuk. Berisik,” tanggap Farzan.

Gadis berambut panjang itu tertawa singkat. “Iya, bawel.”

“Astaga, lo bener-bener kayak Nyokap gue deh,” sambungnya geleng-geleng kepala.

Setelah itu Farzan memasuki flat untuk berganti pakaian. Ujung kaki celana katun bermotif kotak yang dikenakan terkena tanah galian kubur kucing. Begitu juga dengan baju kaus yang dibasahi keringat. Ternyata mencangkul sedikit tanah mampu membuatnya berkeringat. Ah, ditambah lagi Cikarang lebih panas daripada Jakarta meski masih pagi.

Farzan mencuci tangan dan kaki dengan sabun. Khawatir juga jika ada cacing yang menyelinap masuk di kuku jari. (Takut cacingan ya, Dek? Haha!)

Baru saja mengenakan baju kaus, terdengar bel berbunyi. Kali ini Farzan sudah bisa menebak sosok yang ada di balik pintu. Siapa lagi jika bukan tetangga depan flat-nya?!

“Sebentar,” sahutnya sedikit mengeraskan suara.

Begitu pintu terbuka, ia melihat seorang gadis tersenyum lebar memperlihatkan gigi besarnya di bagian tengah.

“Tadaaa!!” Nadzifa menaikkan kedua tangan yang berisi roti tawar, selai cokelat dan dua kopi saset. “Kita sarapan dulu sebelum benah-benah.”

Gadis itu langsung menyelonong masuk, tanpa dipersilakan. Farzan hanya bisa menarik napas berat melihat kelakuan tetangga yang dia sebut ‘Neighbour from Hell’ ini.

“Di mana cangkir lo?” tanya Nadzifa celingak-celinguk mencari keberadaan tempat gelas.

“Sini biar saya aja yang bikin.”

Nadzifa menggeleng cepat. “No! Gue yang bikin. Masa cowok yang bikinin sih?!”

Dia melangkah menuju dapur minimalis yang ada di samping kiri dari pintu masuk. Tubuh semampai itu berbalik dengan kedua alis naik ke atas.

“Cangkirnya mana?”

Farzan mengerling ke lemari tengah. “Bikin untuk Mbak aja. Saya nggak ngopi.”

“Lha trus?” Kening Nadzifa mengernyit.

“Saya bikin susu aja. Nggak biasa ngopi buat sarapan.”

Bibir berisi Nadzifa sedikit maju ke depan, kemudian mengeluarkan suara tawa. Dia terbahak mendengar perkataan Farzan.

“Lo kayak anak kecil deh, sarapan mimik cucu,” ledeknya di sela tawa.

Kedua alis Farzan naik ke atas ketika sorot mata elangnya berganti datar. “Belajar hargai perbedaan, Mbak. Ini negara demokrasi, jangan sedikit-sedikit diketawain kalau beda.”

“Kapan warga negara kita ini bisa menghargai perbedaan, tanpa menertawakan dan mem-bully satu sama lain?” cecarnya geleng-geleng kepala.

Oops, sorry.” Gadis itu berusaha mengatur napas yang sesak. Dia menutup mulut agar tidak lagi mengeluarkan tawa. “Habis inget sama adek gue waktu masih kecil.”

Nadzifa segera mengambil cangkir dan satu gelas berukuran lebih besar. “Susunya mana? Sini gue bikinin.”

“Di kulkas.”

“Nggak mau bikin yang panas?”

Farzan menggeleng singkat. “Air panasnya ada di sana,” katanya menunjuk dispenser yang terletak tak jauh dari meja makan.

Gadis itu memilih diam ketika menyeduh kopi, kemudian menuangkan susu UHT putih yang diambil dari kulkas. Dia baru mengetahui sedikit dari kebiasaan Farzan. Ternyata pemuda ini tidak mengkonsumsi kafein di pagi hari.

“Pola hidup lo sehat juga. Nggak konsumsi alkohol, nggak merokok dan pagi-pagi minum susu,” komentar Nadzifa meletakkan satu gelas susu di depan Farzan.

“Tapi bagusnya sih minum susu hangat kalau pagi.”

“Udah biasa, Mbak. Dari kecil lebih suka minum susu dingin daripada panas.”

Bibir Nadzifa membulat ketika kepalanya mengangguk.

“Kenapa pindah ke sini?” Gadis itu kembali mengajukan pertanyaan.

Farzan meneguk susu yang menghadirkan nuansa dingin di mulut. Dia meletakkan lagi gelas sebelum melihat Nadzifa yang duduk di hadapannya.

“Biar deket aja sih sama tempat kerja.”

Gadis bermata hitam lebar itu menunjukkan raut bingung. “Emang perusahaan bokap lo ada di Cikarang?”

Farzan menggelengkan kepala. “Saya nggak kerja di sana.”

“Kok gitu?” Nadzifa jadi kepo.

“Saya ambil bidang otomotif waktu kuliah. Nggak nyambung kalau harus kerja di perusahaan properti dan garment.”

Nadzifa manggut-manggut, membuat rambut yang dikuncir itu bergoyang.

“Mbak tinggal sendiri juga di sini?”

“Yup. Sendiri jauh lebih enak. Bebas mau ngapa-ngapain,” tanggapnya santai.

Farzan melihat Nadzifa dengan mata menyipit.

“Eh, jangan mikir macam-macam ya. Walau suka minum-minum, tapi gue ini masih virgin loh,” jelas gadis itu tak ingin Farzan salah paham.

Desahan keluar dari sela bibir berisi yang dihiasi belah di bagian bawah itu. “Gue cuma melarikan diri aja dari desakan nyokap. Lo udah tahu ‘kan kalau gue ini selalu ditanyain kapan nikah?”

Kepala Farzan bergerak ke atas dan bawah. “Kenapa nggak nikah aja, Mbak?”

Nadzifa menyeruput kopi yang masih panas, kemudian bersandar di punggung kursi. “Lihat foto almarhumah tante gue tadi, ‘kan?”

“Ya.”

“Gue nggak mau bernasib sama kayak dia.” Mata hitam lebar itu tampak berkaca-kaca. “Sejak kecil, tante yang paling deket sama gue. Dia yang urus gue dari masih balita, karena Nyokap kerja.”

Nadzifa menarik napas berat sebelum melanjutkan ceritanya. Sementara Farzan memfokuskan perhatian mendengarkan. Dia tahu kalau gadis ini butuh teman untuk berbagi cerita.

“Jarak umur kami jauh banget empat belas tahun. Tante gue orangnya penyayang dan baik.” Nadzifa menumpu kedua tangan di atas meja makan dan mencondongkan sedikit tubuh ke depan. Tangan kanakannya bergerak mengelus dada kiri. “Hatinya juga lembut, makanya dimanfaatkan sama cowok brengsek kayak orang itu.”

Netra yang basah itu tampak menajam. Kedua tangan Nadzifa bertautan erat di atas meja, seperti menahan amarah.

“Apa yang terjadi dengan Tante Mbak sampai bunuh diri?” Farzan ikut-ikutan kepo sekarang.

Air mata pilu menetes di pipi tirus itu satu per satu. Dengan sigap ia langsung menyekanya. Hidung mancung mungil milik Nadzifa membersit lagi.

“Tante gue jadi korban PHP cowok yang sok kegantengan, sampai ….”

Nadzifa berhenti ketika dadanya menjadi sesak. Bayangan jenazah tante kesayangan kembali melintas di pikiran. Di usia sepuluh tahun, ia sudah melihat tubuh perempuan yang sangat disayangi tergantung dengan seutas tali melilit leher. Itulah kenangan yang paling menyakitkan dalam hidupnya.

“Sampai?” gumam Farzan penasaran.

“Sampai dia hamil dan pria itu nggak mau tanggung jawab.” Gigi Nadzifa menggemeletuk membuat rahangnya mengeras. “Cowok sialan itu dengan entengnya bilang kalau dia belum siap berkomitmen.”

Astaghfirullah,” ucap Farzan mengusap wajah.

Dia jadi ingat bagaimana keras Arini melarangnya berpacaran waktu sekolah, agar terhindar dari hal-hal seperti ini.

Mata hitam Nadzifa menatap lekat Farzan yang sedang beristighfar sekarang. “Kisah tante gue tragis, ‘kan?”

Farzan mengangguk pelan. “Tapi seharusnya nggak bunuh diri juga, Mbak. Itu nggak akan menyelesaikan masalah.”

“Menurut lo apa yang harus dilakukan Tante gue?” tantang Nadzifa.

“Seret pria itu dan bawa ke kantor polisi.”

“Gimana kalau nggak mempan?”

“Kenapa nggak mempan?” Farzan menjadi bingung lagi.

“Karena dia anak orang kaya, sementara keluarga gue nggak punya apa-apa.” Nadzifa terisak saat ingat perdebatan tante dan ibunya, tepat dua jam sebelum adik sang Ibu bunuh diri.

“Katakan siapa yang hamili kamu!” Kalimat yang dilontarkan Ibu Nadzifa kembali terngiang.

“Percuma aku bilang sama Kakak, karena dia nggak akan mau tanggung jawab.”

“Kita bisa seret dia ke kantor polisi, In.”

“Nggak akan, Kak. Dia berasal dari keluarga terpandang. Kita akan kalah.” Itulah yang dikatakan oleh tante Nadzifa sebelum kematiannya.

“Seberapa berkuasa keluarga pria itu? Apa dia anak pejabat atau artis yang bisa memanipulasi keadaan?” tutur Farzan menyentakkan lamunan gadis itu.

Nadzifa menggigit bibir bawah yang bergetar karena tangis. “Sekaya keluarga lo yang punya pengaruh kuat, Farzan,” lirihnya tercekat menahan amarah.

Bersambung....

Bab terkait

  • Mencintai Istri Kakakku   Nadzifa, Alkohol dan Masalahnya

    Farzan mencari pakaian yang akan dikenakan dari lemari. Dia baru saja mandi selepas kembali dari bekerja. Hari ini ia pulang terlambat, karena ada meeting dadakan menjelang waktu kerja berakhir.Ketika akan mengenakan baju kaus, ponselnya berdering. Dengan semangat pemuda itu melangkah menuju nakas dan mengambil handphone dari sana. Senyum terurai di paras tampannya ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel. Apalagi si penelepon menggunakan video call. Farzan segera memasang baju kaus, sehingga menutupi tubuh berototnya.“Assalamualaikum, Kakak Cantik,” sapanya setelah wajah cantik Arini terpampang di ponsel.Pemuda itu segera beranjak menuju meja makan, lalu meletakkan ponsel di sana. Dia menarik kursi dan duduk di sana.“Waalaikumsalam, Dek,” balas Arini dengan wajah mengerucut, “kamu kok jarang telepon sekarang?”Kening Farzan mengernyit saat mengingat kapan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Mencintai Istri Kakakku   Tindakan Nekat Nadzifa

    Satu tahun kemudian“Farzan,” teriak suara nyaring dari luar flat. Tak hanya itu ketukan pintu bertubi-tubi juga terdengar membuat pekak telinga Farzan.Desahan pelan keluar dari sela hidung pria bertubuh tinggi itu. Dia melirik malas ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Farzan menghentikan aktivitasnya menyiapkan keperluan untuk dibawa ke Menteng Dalam. Hari ini ia akan menginap di rumah keluarga Harun.Setiap kali mendengar suara itu, Farzan selalu seperti ini. Ketenangannya selama satu tahun tinggal di apartemen menjadi terusik karena kehadiran Nadzifa.Gadis itu sering bertandang ke flat hampir setiap hari. Dia juga kerap masuk tanpa izin dari Farzan. Parahnya lagi, Nadzifa menjadikan flat-nya sebagai tempat menumpahkan keluh kesah seraya meneguk bir.“Farzaaaaan,” panggilnya lagi meniru suara Tarzan.“Astaghfirullah,” bisik Farzan sambil mengelu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Mencintai Istri Kakakku   Ultimatum Brandon

    Sorot mata Farzan menegang seketika. Begitu juga dengan tubuhnya. Wajah pemuda itu berubah pasi, karena sang Kakak telah mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Arini dua tahun yang lalu.Bayangan bagaimana panasnya mereka berciuman saat itu kembali terlintas. Farzan sangat menikmati setiap sentuhan Arini di bibirnya. Masih terasa bagaimana manis bibir wanita itu dan juga aroma segar yang terendus ketika mereka berciuman.Ketika itulah ia menyadari perasaan yang seharusnya tidak pernah ada, muncul di hatinya. Farzan mengakui bahwa ia menyayangi Arini bukan hanya sebatas Kakak, tapi sebagai seorang wanita. Jika saja wanita itu bukan istri dari Brandon, kakaknya, maka ia pasti akan merebutnya.“Apa yang kalian berdua lakukan dua tahun yang lalu?” ulang Brandon lagi menyentakkan Farzan.Suasana menjadi hening ketika Brandon menunggu jawaban Farzan. Hanya terdengar tarikan napas berat dari sela hidung mancung pemuda itu. Mata elang itu terp

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Mencintai Istri Kakakku   Dia Telah Menghilang

    Tiga hari kemudianFarzan pulang cepat hari ini. Tidak banyak pekerjaan yang dilakukan, sehingga bisa keluar dari pabrik tepat pukul empat sore.Seperti biasa, derap langkahnya begitu cepat ketika berjalan di lobi apartemen menuju lift. Tak perlu menunggu lama, kotak besi itu terbuka sehingga ia bisa memasukinya. Tubuh tinggi Farzan bersandar di dinding lift.Sorot mata elangnya menatap nanar pantulan diri di pintu lift yang kini tertutup. Tidak ada siapa-siapa di dalam, hanya dirinya yang tampak tidak bersemangat sama sekali.Semenjak mendapat ultimatum dari Brandon, Farzan tidak berhenti memikirkan solusi agar bisa mengatasi masalah yang dihadapi. Hingga saat ini ia belum menemukan jalan keluar.Begitu pintu lift terbuka, Farzan langsung melangkah ke luar. Dia berjalan dengan kepala tertunduk menuju flat. Lagi-lagi pandangannya terpaku ke arah flat Nadzifa yang masih tertutup rapat. Tiga hari ini, gadis itu tida

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Mencintai Istri Kakakku   Paksaan

    Dua bulan menjelang pernikahan AlyssaHari ini adalah acara lamaran Alyssa, keponakan Farzan yang paling kecil. Gadis itu memutuskan menikah di usia muda yaitu dua puluh tahun. Dia memiliki kisah cinta yang unik. Bayangkan Al dilamar oleh calon suaminya ketika masih kelas dua SMA.Semakin mendekati hari pernikahan Alyssa, membuat Farzan uring-uringan. Sepuluh bulan ini dilalui dengan penuh perjuangan. Berbagai cara dilakukan untuk mencari wanita yang cocok dijadikan calon istri, tapi hasilnya selalu nihil.Mengenai Nadzifa, gadis itu menghilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar apa-apa darinya sejak sepuluh bulan terakhir. Dia juga tidak muncul di flat yang biasa ditempati.Farzan mulai khawatir dengan Nadzifa, karena kondisinya yang masih labil. Meski berusia lebih tua sembilan tahun darinya, pola pikir gadis itu masih belum matang. Cenderung kekanak-kanakan. Itulah yang membuatnya cemas.“Mungkin nggak sih Mbak N

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Mencintai Istri Kakakku   Amanah Terakhir

    Farzan membelai lembut belakang kepala Nadzifa ketika masih menumpahkan tangis dalam pelukannya. Dia bisa melihat gadis itu tidak sedang baik-baik saja. Tampak jelas dari wajah yang kusut.“Gue harus gimana, Zan? Nyokap udah pergi untuk selama-lamanya,” ungkap Nadzifa membuat Farzan terkejut.Pria itu memegang bahu Nadzifa kemudian mendorongnya sedikit ke belakang, sehingga tubuh kembali berjarak.“Maksud, Mbak?” tanya Farzan memandang wajah kuyu gadis itu.“Nyokap gue meninggal satu bulan yang lalu,” jawabnya kembali terisak.“Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun,” ucap Farzan.Tilikan mata elangnya melihat ke lorong apartemen. “Sekarang Mbak tenang dulu, sebaiknya kita ngobrol di dalam.”Dengan patuh Nadzifa ikut memasuki flat yang ditempati Farzan.Farzan tidak lagi mempermasalahkan kejadian tahun lalu. Menurutnya sekarang Nadzifa butuh tempa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Mencintai Istri Kakakku   Pembuktian Kenormalan Farzan

    Mata hitam lebar Nadzifa berkedip pelan. Perlahan bibir berisi penuh itu terbuka. Kening yang tadi berkerut berangsur normal. Tak lama dia terbahak sekeras-kerasnya.“Lo mau nikah sama gue?” tanya Nadzifa di sela tawa yang belum reda. Saking lama tertawa, matanya mengeluarkan air.Farzan mengangguk dengan raut wajah serius. “I-iya kenapa, Mbak? Ada yang lucu?”Tawa gadis itu mereda seketika. Dia mengamati Farzan lekat. Tidak ada gelagat bercanda dari caranya berbicara sekarang. Apalagi semenjak kenal dengan pria itu, Nadzifa tidak pernah sekali pun melihatnya bercanda.Farzan yang dikenalnya adalah pria yang kaku dan jarang tertawa. Mustahil juga jika bergurau dengan hal serius seperti ini.Apa mungkin dia kasihan sama gue? duga Nadzifa dalam hati.Ah, nggak mungkin juga. Atau ini ada berkaitan dengan masalah pribadinya? sambungnya lagi masih membatin.“Sorry, habis tiba-tiba aj

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Mencintai Istri Kakakku   Panggilan Sayang untuk Calon Istri

    Farzan mengangguk tanpa ragu. Dia menatap serius paras Nadzifa yang masih memancarkan rona merah, akibat hasrat yang sempat terpancing tadi. Beruntung mereka sama-sama belum pernah merasakan surga dunia, sehingga bisa menghentikannya sebelum melangkah lebih jauh.Gadis itu mengusap keras kening. Dia menggigit ujung kuku ibu jari seraya menggelengkan kepala.“Nggak! Ini gawat. Kalau kita nikah sebelum ponakan lo nikah, namanya dadakan.” Nadzifa melihat lagi kepada Farzan.“Nanti dikira hamil duluan. Gimana dong? Tahu sendiri hidup gue selama ini gimana? Clubbing, alkohol. Nggak bisa. Gue nggak mau,” cecarnya keberatan.Farzan melihatnya dengan tatapan curiga.“Apa maksud lo lihatin gue kayak gitu? Gue ini masih virgin ya. PE-RA-WAN,” tutur Nadzifa berusaha meyakinkan Farzan, “masih segelan loh. Jangan mikir macam-macam deh.”“Tapi Mbak ahli banget tuh,” komentar pri

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01

Bab terbaru

  • Mencintai Istri Kakakku   Mencintai Istriku, bukan Istri Kakakku

    Lima bulan kemudianBunyi ciuman terdengar jelas di sebuah kamar kondominium mewah yang berada di kawasan Marina, Singapura. Suara desahan menjadi penutup penyatuan sepasang suami istri yang entah berapa kali melakukannya hingga siang ini. Keduanya saling berbagi tatapan dan senyuman dalam posisi duduk berhadap-hadapan.Nadzifa segera turun dari pangkuan Farzan, kemudian masuk ke dalam selimut. Napas memburu keluar dari hidung seiringan dengan jantung yang berdebar cepat. Farzan juga ikut masuk ke balik selimut, sebelum menarik tubuh istrinya merapat.“Mentang-mentang libur, aku nggak dibolehin keluar kamar,” sungut Nadzifa mencubit hidung mancung suaminya.Farzan tersenyum lebar seraya menatap gemas wajah Nadzifa yang masih memancarkan rona merah. “Habis kamu bikin aku nagih. Top banget deh.”Nadzifa berdecak seraya menyipitkan mata. “Segitunya kamu.”Meski usia wanita itu tidak lagi muda

  • Mencintai Istri Kakakku   Luapan Kemarahan

    Farzan duduk di ruang kunjungan tahanan berhadap-hadapan dengan Ayu. Di sampingnya ada Nadzifa yang menemani pria itu menemui sang Ibu. Rahang tegasnya tampak mengeras menahan luapan amarah yang tertahan. Dia malu dengan perbuatan wanita yang telah melahirkannya itu.“Aku pikir Mommy udah berubah sejak keluar dari penjara waktu itu,” ujar Farzan memecah keheningan ruangan yang dikelilingi dinding berwarna abu-abu itu. Dia menundukkan kepala, seakan enggan melihat Ayu.“Kamu yang bikin Mommy begini, Zan,” balas wanita tua itu menyalahkan putranya.Sorot mata Farzan terlihat tajam ketika pandangannya terangkat. Sklera netra elangnya memerah digenangi air mata.“Mommy salahkan aku?” tanya Farzan dengan kedua tangan mengepal erat di atas paha.Nadzifa langsung meraih tangan suaminya, berusaha menenangkan.“Coba waktu itu kamu mau kerja di perusahaan dan jamin hidup Mommy.

  • Mencintai Istri Kakakku   Memadu Kasih

    Sepasang netra elang mengerjap ketika mencoba untuk terbuka. Pandangannya turun ke arah sesosok tubuh yang lelap dalam dekapan. Farzan tersenyum ketika melihat Nadzifa tidur seperti bayi. Begitu tenang dan imut dengan bibir sedikit terbuka. Beruntung tidak ada air liur yang keluar. Haha!Dia menarik napas sebentar, sebelum mengeratkan lagi pelukan. Terasa kelembutan yang baru dirasakan tadi malam. Juga kehangatan yang disalurkan oleh tubuh Nadzifa. Pagi ini Farzan merasakan perubahan dalam hidupnya.Sebuah kecupan diberikan di kening Nadzifa beberapa detik, membuat tubuh semampai itu menggeliat kecil di dalam pelukannya. Perlahan tapi pasti kepala gadis itu, ah bukan, wanita itu terangkat seiringan dengan kelopak mata yang terbuka.Nadzifa memicingkan mata ketika ingat dirinya sekarang sudah resmi menjadi istri dari Farzan Harun. Pria yang berusia sembilan tahun lebih muda darinya. Dia menenggelamkan wajah tepat di dada bidang pria itu.“Aku banguni

  • Mencintai Istri Kakakku   Penyatuan Dua Insan

    Seluruh keluarga Harun dibuat panik gara-gara pernikahan dadakan Farzan dan Nadzifa. Begitu juga dengan Brandon yang baru saja pulang dari rumah sakit. Beruntung menjelang sore semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal menunggu akad nikah dilaksanakan.Paman Nadzifa juga bisa hadir untuk menikahkan keponakan yang jarang berjumpa. Semesta seakan memberi kelancaran baik dari segi dokumen, penghulu sampai pakaian yang akan dikenakan oleh Nadzifa dan Farzan untuk akad nikah.Jangan ditanyakan lagi bagaimana gugup Farzan sekarang. Pria itu tampak gagah mengenakan setelan beskap berwarna putih gading. Sebuah peci berwarna senada menutupi rambut model layered miliknya.“Penghulu udah datang tuh, Zan,” info Bramasta yang sejak tadi sibuk sendiri, pasca diberitahukan tentang pernikahan Farzan. Pria berkacamata itu langsung minta izin pulang dari kantor lebih awal.Farzan menganggukkan kepala, kemudian berdiri. Dia menarik napas dan mengemb

  • Mencintai Istri Kakakku   Tekad Bulat Farzan

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon. Orang itu adalah Tante Ayu.”Perkataan yang diucapkan Nadzifa barusan menyurutkan niat Farzan untuk memasuki ruang perawatan yang baru saja ditinggalkannya beberapa menit lalu. Dia baru saja mendapatkan telepon dari Pak Habib mengenai reschedule jadwal meeting dengan klien. Senyum yang terurai di wajah tampan itu hilang ketika mendengar nama ibunya disebut.“Mommy?” gumamnya dengan kening berkerut.Farzan memilih menguping pembicaraan ketiga orang yang ada di dalam ruang perawatan VIP tersebut. Semakin lama ia berdiri di sana, amarah yang dirasakan semakin memuncak. Dia tidak menyangka sang Ibu bisa melakukan tindakan rendah seperti itu, hanya demi seonggok harta.“Tolong rahasiakan ini dari Farzan ya? Dia pasti marah banget kalau tahu Ayu yang celakai Mas Brandon.” Terdengar suara Arini memohon kepada Nadzifa. “Farzan it

  • Mencintai Istri Kakakku   Kejadian yang Sebenarnya

    “Mas Brandon benar, Kak. Ada yang ingin menyingkirkan Mas Brandon.” Nadzifa menarik napas panjang, sebelum melanjutkan perkataannya. “Orang itu adalah Tante Ayu.”Mata cokelat besar Arini melebar seketika. Bibirnya ternganga ketika mendengar nama Ayu disebut. Kepalanya langsung menggeleng cepat.“Nggak mungkin itu ulah Ayu. Dia ‘kan lagi di Uluwatu.” Arini tidak percaya begitu saja meski yang mengatakannya Nadzifa.“Ayu tinggal di Jakarta tiga bulan ini, In. Kita udah dibohongi mentah-mentah sama dia,” ujar Brandon meyakinkan.Pandangan Arini berpindah kepada suaminya. “Bran, kita yang carikan rumah buat dia di Uluwatu biar nggak ngerecokin Papa. Nggak mungkin dia ke sini.”Brandon meraih tangan Arini, lalu menggenggamnya erat. “Faktanya gitu, In. Dia ada di Jakarta.”Arini mendesah keras dengan napas terasa sesak. Dia ingat pernah mencarikan apartemen untuk Ayu di

  • Mencintai Istri Kakakku   Cemburu

    Farzan dan Nadzifa saling berpandangan dalam waktu yang lama. Mereka menyelami perasaan masing-masing. Keduanya tidak pernah menyangka hubungan yang semula hanya pura-pura, kini menjadi serius. Bahkan benih cinta juga tumbuh mekar di hati mereka.“Aku … mau, Zan,” desis Nadzifa setelah menemukan binar cinta di mata Farzan untuknya.“Mau apa?” tanya Farzan bingung.“Masa nggak tahu sih?” sungut gadis itu dengan wajah mengerucut.“Ya aku nggak tahu maksud kamu apa?”“Mau nikah sama kamu secepatnya,” gumamnya berlalu dari hadapan Farzan, kemudian pergi menemui El dan Al yang masih berada di depan pintu.“Mau nikah secepatnya?” ulang Farzan hanya terdengar olehnya. Dia tersenyum lebar, sehingga bibir bagian atas itu nyaris tak terlihat. Kakinya melangkah ringan ke dekat Nadzifa.“Ngapain sih mojok di sana berdua? Nggak asyik banget. Untung Si Fatih nggak

  • Mencintai Istri Kakakku   You are The One

    Pagi-pagi sekali selesai menunaikan salat Subuh, Farzan sudah berangkat ke ruko tempat Nadzifa saat ini berada. Ternyata gadis itu lebih sering menghabiskan waktu di sana selama ini. Dia tidak mau tinggal di apartemen, khawatir akan berjumpa dengan Farzan.Seperti permintaannya kemarin, Farzan disuguhi satu porsi nasi goreng buatan Nadzifa. Entah kenapa sekarang terasa semakin lezat. Apa mungkin karena ia mulai bucin dengan gadis itu? Hanya Tuhan dan Farzan yang tahu. Haha!Tidak banyak percakapan berarti yang tercipta di antara keduanya. Hanya pembahasan seputar aktivitas Farzan selama satu bulan ini. Selesai sarapan, pria itu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, mengunjungi Brandon sebelum berangkat ke kantor.Alhasil di sinilah ia berada, bersama dengan Nadzifa. Ya, gadis itu juga ingin ikut mengunjungi calon kakak iparnya. Ehmmm … ehmmm ….“Loh pagi-pagi udah ada di sini,” seru Brandon terkejut melihat kedatangan Farzan dan

  • Mencintai Istri Kakakku   Hati Tidak Bisa Berdusta

    Nadzifa mengalihkan pandangan ke sisi kiri ruangan. Dia pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Farzan barusan. Padahal hatinya sekarang meronta-ronta kegirangan. “Zi?” Farzan masih menanti jawaban darinya. Gadis itu memutar kepala ke arah Farzan dalam gerakan slow motion lagi. “Emang … harus dijawab ya?” Farzan menganggukkan kepala. “Kalau nggak mau gimana?” Dia memberi tatapan malas, bertolak belakang dengan isi hatinya. “Aku nggak mau pulang sampai kamu jawab,” ancam Farzan tersenyum manis. (Ya ampun, cowok tersenyum manis.) Mata hitam lebar Nadzifa membesar seketika. “Zan, ini udah malam. Kamu mau nginap di sini?” “Kita udah pernah tidur satu ranjang sebelumnya, Zi,” goda Farzan. Nadzifa semakin melongo mendengar perkataan Farzan. Matanya terpejam erat ketika kepala bergerak ke kiri dan kanan. “Nggak bisa! Pulang gih sana, nanti jadi gunjingan orang. Dosa loh bikin orang ghibah,” usirnya mengib

DMCA.com Protection Status