Beranda / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Bab 236 Mengundang dengan Tulus

Share

Bab 236 Mengundang dengan Tulus

Penulis: Kak Zorah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Saat Oscar mendengar ucapanku, dia langsung menunjukkan senyuman lebar, wajahnya bahkan tampak merona.

Tiba-tiba hatiku bagai diremas saja. Mungkin biasanya aku telah memperlakukannya dengan terlalu sadis. Alhasil, dia malah merasa sangat terharu dengan saran sekecil ini.

“Emm … aku belum pernah memikirkannya!” Oscar kelihatan sedikit gugup.

“Kalau begitu, bawa mereka kemari! Biarkan mereka merasakan suasana di sini. Kamu juga nggak usah bolak-balik. Lagi pula, akan lebih ramai kalau kita merayakan bersama. Oh ya, Hana, dia nggak punya keluarga. Aku juga akan ajak dia ke rumah untuk merayakan bersama. Tinggal di rumahku saja, jangan tinggal di hotel! Lebih ramai!”

Ucapan ini tulus dari lubuk hatiku! Aku pernah bertemu dengan orang tua Oscar sebelumnya. Ayahnya adalah seorang pebisnis kecil, sedangkan ibunya juga memiliki pekerjaan tetap. Mereka semua sangatlah baik.

Pemikiran seperti ini tiba-tiba terlintas di benakku. Aku juga belum sempat membahasnya dengan orang tuaku. Hanya saja, m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 237 Bertemu Kembali

    Hatiku terasa sangat panik, tapi aku berlagak untuk bersikap tenang.“Maaf, aku nggak tahu ucapan apa yang kamu maksud?” Aku masih tetap bersikap tenang.“Kamu bisa bertanya apa pun?” Taufan menatapku.“Nggak ada yang ingin aku tanyakan!” Aku membalas dengan langsung.“Yakin tidak ada?” Taufan menyenterku dengan tatapan sinis.“Kalau Pak Taufan memanggilku ke sini karena ingin mempersulitku, lebih baik aku pulang saja!”Aku tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong dengan Taufan. Lebih baik aku pulang untuk menemani keluargaku saja.Tatapan Taufan semakin muram lagi. “Ternyata kamu ingin sekali terlepas dariku? Kamu tidak ingin menanyakan keraguan di hatimu?”Ucapan Taufan menyesakkan hatiku. Dia bagai menggunakan teropong saja, bisa melihat jelas isi hatiku.Aku menunduk dengan gugup. Aku tidak menyangkal sebenarnya aku masih menaruh harapan di hatinya dan hatiku masih berdegup kencang ketika melihatnya. Hanya saja, aku tidak mengizinkan dia menginjak harga diriku.Di satu sisi,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 238 Digigit Anjing

    Aku tertegun sejenak, tidak bisa berbicara lebih banyak lagi. Aku meremas tas di tanganku, hingga kukuku menancap ke dalam telapak tangan. Perasaan sakit ini tetiba terasa sangat nyaman bagiku.Pada saat ini, ponsel Taufan berdering. Dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Ketika melihat layar ponsel, dia pun melihatku dan langsung mengangkatnya. “Emm!”Terdengar suara nyaring wanita dari ujung ponsel. “Taufan, kamu lagi di mana?”“Aku lagi sibuk!” Nada bicara Taufan sangat dingin.“Gimana kalau kita ketemuan di luar? Atau … kamu ke tempatku saja!” ucap si wanita dengan lembut.“Lain hari saja! Aku tutup dulu! Aku masih ada urusan!” Seusai berbicara, Taufan langsung memutuskan panggilan.Aku merasa agak canggung. Saat melihat Taufan mengakhiri panggilan, aku segera berkata, “Pak, kamu sibuk dulu sana! Aku pamit dulu!”Belum sempat mendapat balasan dari Taufan, aku langsung berjalan keluar.Padahal langkahku sudah tergolong cepat, tetapi langkahnya malah lebih cepat lagi. Dalam hitun

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 239 Sebenarnya Pilihan Siapa?

    Aku mengangkat kepalaku dengan perlahan. Saat ini, aku baru menyadari ada darah di tangannya. Aku menatapnya dengan sedikit panik.“Sebenarnya … ada banyak yang ingin aku bicarakan, tapi aku … nggak suka dengan cara seperti ini. Aku nggak ingin hidup dengan merendah. Aku nggak ingin mencintai dengan sembunyi-sembunyi. Aku hanya ingin melewati hidupku dengan tenang. Benar apa katamu, aku nggak sanggup bermain denganmu!”Kemudian, aku melanjutkan, “Aku nggak suka dijebak dan juga dicela. Setelah bertemu, kita masih harus adu otak. Kalau bisa memilih, aku lebih memilih orang yang bisa selalu ada di sisiku. Aku nggak ingin melewatkannya!”Aku tahu ucapan ini sangat menusuk hati Taufan. Berhubung aku tidak bisa mendapatkannya, aku pun akan melepaskannya. Meski aku bersikeras, Taufan juga bukan milikku.Taufan menatapku sekilas. “Kamu yakin dengan pilihanmu!”“Emm … iya!” balas aku sembari menunduk.Tiba-tiba Taufan tersenyum. Senyumannya sungguh memesona. “Bagus! Maya, akhirnya kamu punya p

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 240 Luka Lama yang Aneh

    Saat aku bangun, dari indra penciumanku, diketahui bahwa aku sedang berada di rumah sakit.“Kamu sudah bangun? Apa kamu merasa tidak enak badan?” Terdengar suara magnetis. Aku memalingkan kepala untuk melihat sekilas. Ternyata orang yang bertanya adalah Taufan.“Kenapa aku bisa ada di sini?” Aku bertanya dengan lemas. Keningku spontan berkerut. Aku tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi.Taufan menekan tombol bel untuk memanggil dokter. Dokter segera masuk untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dokter pun bertanya padaku, “Apa ada yang tidak enak?”“Nggak, aku hanya merasa lemas saja, ingin tidur!” jawab aku dengan jujur.Kebetulan Mario masuk ke dalam ruangan dengan memegang beberapa lembar laporan. Dia menyerahkan hasil laporan kepada dokter, kemudian dokter pun bertanya padaku, “Nona, sudah berapa lama tulang selangkamu patah?” Aku melihat dokter dengan terbengong. Dia bertanya dengan bingung, “Kamu lagi ngomongin aku?”“Iya, dari hasil x-ray, seharusnya tulang selangkamu sudah la

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 241 – Mengambil Keputusan

    Ketika aku masuk ke rumah, Ibu dan Ayah masih terjaga, mereka berdua menungguku.Ketika melihat aku masuk dalam keadaan lelah, Ibu segera mengambil tasku dan bertanya, "Kenapa kamu pulang malam sekali? Kamu sudah makan belum? Kenapa kamu kelihatan lelah sekali?""Aku belum makan, Bu. Aku lapar!" Setelah mengatakan itu, aku merasa seperti ingin menangis. Anak seorang ibu memang seperti harta berharga. Berapa pun usiamu, selama ibumu ada di sisimu, kamu bisa menjadi anak kecil."Baiklah, aku akan segera memanaskan makanan untukmu!" Dia meletakkan tasku dengan raut wajah sedih dan bergegas ke dapur untuk memanaskan makanan."Ayah, aku ganti baju dulu!"Setelah mengatakan itu, aku naik ke atas. Sebenarnya, aku merindukan putriku. Aku bergegas menuju kamar Adele. Aku melihat dia tidur dengan nyenyak, kakinya yang gemuk itu menyembul keluar dari selimut. Kemudian, aku tersenyum dan menyelimuti kakinya.Adele berguling, tangan kecilnya itu secara spontan meraih ujung bajuku. Dia sepertinya me

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 242 – Rencana Tahun Baru

    Tiba-tiba, aku melihat mobil itu masih terparkir di luar gerbang di lantai bawah. Jantungku langsung berdegup kencang. Lampu malam di kamar masih menyala, jadi dia pasti bisa melihatku, sudah terlambat untuk bersembunyi. Aku terdiam sejenak sambil melihat ke arah situ, lalu mengulurkan tangan dan menarik tirai dengan keras.Kemudian, aku mematikan lampu dan bersandar di jendela sambil mendengarkan apa yang terjadi di luar. Mataku sedikit berair dan aku mengumpat di dalam hati. Kamu sudah menemukan orang baru, kenapa kamu harus bersikap seperti ini?Apa kamu tidak bisa kembali ke duniamu sendiri?Aku berdiri cukup lama sebelum mendengar suara mobil berjalan perlahan dari luar jendela.Air mataku jatuh.Aku tidak bisa menahan diri dan segera membuka tirai untuk melihat ke luar. Aku melihat lampu belakang merah perlahan menghilang dari pandanganku. Jantungku berdebar-debar.Saat itu sudah larut malam, tetapi dia sudah pergi.Tidak seperti dulu saat dia bisa berjalan masuk dengan penuh sem

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 243 – Kegembiraan

    Tahun baru ini benar-benar meriah, tidak seperti sebelumnya. Semua orang datang dan aku bisa tinggal di rumah sepanjang waktu sambil menikmati suasana gembira dari keluarga besar. Seluruh keluarga tertawa. Hanya saja, anak-anak di keluarga ini terlalu sedikit, karena itulah Adele menjadi kesayangan semua orang.Bahkan Fanny kembali ke rumahku tiga hari setelah tahun baru.Di keluarga ini, semua orang menunjukkan keahlian mereka dan memasak hidangan khas mereka. Semua orang tersenyum.Ibuku juga membeli banyak lampion dan menggantungkannya di halaman agar suasananya meriah.Pada siang hari, aku berpura-pura riang seperti mereka. Namun pada malam hari, pikiranku benar-benar tidak terkendali.Selama libur tahun baru, aku bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan orang itu. Apakah dia ada di Reva?Dia tidak meneleponku lagi dan aku tidak punya alasan untuk meneleponnya. Aku bahkan tidak mengucapkan selamat tahun baru padanya. Aku hanya ingin menguji diri sendiri dan melihat seberapa kuat pe

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 244 – Pengakuan yang Terlambat

    Ketika aku bergegas keluar dan berlari ke semak-semak, aku tidak menemukan apa-apa di sana.Aku berdiri dengan canggung. Meskipun tidak ada apa-apa, aku yakin itu adalah ilusiku.Setelah sekian lama, tidak tahu sejak kapan, Oscar berdiri di sampingku dan bertanya, "Apa kamu ingin jalan-jalan denganku?"Aku menatap wajahnya dan dia tersenyum ramah. Aku merasa agak enggan, jadi aku mengangguk dan menjawab, "Oke!"Kami berjalan berdampingan di halaman dan dia tidak membuatku merasa tidak nyaman. Dia bahkan tidak bertanya kenapa aku tiba-tiba berlari keluar.Dia mengobrol denganku tentang masa-masa sekolah dan aku tiba-tiba bertanya kepadanya, "Kak Oscar, menurutmu kenapa aku nggak bisa mengingat kenangan masa kecilku?""Kenangan mana yang kamu maksud? Kalau ada kaitannya denganku, aku pasti akan membantumu mengingatnya kembali!" ujarnya sambil menatapku dengan penuh senyum.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Bukan, yang kumaksud itu saat aku masih kecil. Aku punya ingatan tentangmu,

Bab terbaru

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 293 – Hidup dan Mati adalah Harga Mati

    Tatapanku menjadi tegang. Jantungku kembali berdegap kencang. Aku mengulurkan tanganku dan mendorong Luna yang menghalangi di depanku. Luna terhuyung-huyung dan hampir jatuh tersungkur beberapa langkah ke samping. Aku tidak peduli. Aku buru-buru berlari menuju koridor. Namun, para pengawal berpakaian hitam itu tetap saja menghalangiku.Aku melihat dokter sedang menjelaskan sesuatu kepada Cynthia di depan pintu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tidak sampai dua menit, dokter itu sudah berbalik dan kembali masuk ke ruang gawat darurat. Yang bisa kulihat hanyalah sarung tangan yang dikenakannya berlumuran darah yang mengerikan.Mataku tertuju pada Cynthia. Aku melihat Cynthia masih berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong. Ekspresinya sangat aneh. Aku tidak tahu apakah yang disampaikan dokter tadi adalah kabar baik ataukah kabar buruk.Cynthia tertegun untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Fara yang ada di belakangn

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 292 – Tidak Ada Kompromi Sedikit Pun

    Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Danny mengangkatnya. Aku berkata kepada Danny dengan suara bergetar, “Danny … kamu di mana? Tolong selidiki …. Sesuatu terjadi pada Taufan …. Dia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara …”“Jangan khawatir, Kak Maya. Aku sudah langsung menyelidikinya begitu mendapat kabar.” Mungkin, karena mendengar suaraku yang tidak jelas, Danny pun menghiburku. “Kakak ada di mana?”“Aku di rumah sakit.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Ceritakan hasil penyelidikanmu padaku.”“Itu pasti. Jaga diri Kakak baik-baik. Apa Kak Maya ingin aku menyuruh Shea untuk menemani Kakak di rumah sakit?” tanya Danny kepadaku. Mungkin saja dia merasa jika suasana hatiku sedang tidak baik.“Aku nggak apa-apa,” jawabku cepat-cepat. Kemudian, aku bertanya kepada Danny, “Apa kamu tahu bagaimana kondisi cedera yang dialami Taufan?”Di ujung telepon, Danny terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia berkata, “Menurut para saksi mata … lukanya sangat para

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 291 – Konfrontasi Di Depan Ruang Gawat Darurat

    Wajah Cynthia tampak begitu muram dan menakutkan. Dia duduk jauh di sana sambil menegakkan punggungnya. Matanya menyiratkan aura ganas, yang sama sekali tidak terdapat kehangatan di dalamnya. Mata Cynthia itu membuatku tanpa sadar teringat pada posisi seekor ular sebelum melancarkan serangan pada musuhnya.Kejam, ganas, dan menakutkan.Aku menenangkan diri sebentar. Sebenarnya, saat melihat Cynthia, aku sudah yakin jika orang di dalam ruangan itu pastilah Taufan. Rasa takut yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi dadaku. Aku kembali menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat dan berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa.“Kenapa? Apa kamu mau membuat keributan dengan datang kemari?” Nada bicara Cynthia begitu dingin. Matanya yang bagaikan elang terus saja menatap wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam, menggertakkan gigiku, dan berjalan menghampirinya. Seketika itu juga, aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang yang ada dalam ruangan itu. Hal tersebut langsung

DMCA.com Protection Status