Di jendela luar, sebuah mobil Maybach hitam sedang berhenti di depan pintu clubhouse. Sesosok bayangan tubuh yang tinggi muncul di depan mataku. Lelaki itu memiliki postur yang gagah dan menarik, dengan penampilan yang memikat. Celana panjang hitam membaluti kaki panjang dan lurus. Dua kancing terbuka di bagian leher kemeja hitam, menampakkan kulit indahnya.Rambut hitam lelaki itu disisir dengan rapi. Wajahnya terhalang kacamata hitam yang menonjolkan ciri-ciri wajah yang tajam. Dia melepaskan kacamata hitamnya, menampakkan wajah yang tampan dan anggun. Tidak ada yang bisa menandingi kesempurnaan lelaki ini.Keberadaan bagai dewa saja, yang menarik perhatian banyak orang.Si lelaki membukakan pintu, lalu menggandeng tangan seorang wanita yang berpakaian agak lebai. Dikatakan berlebihan karena dia mengenakan kacamata hitam, syal, dan juga masker.Hanya saja, tubuhnya sangatlah seksi. Wanita ini pasti bukanlah Luna.Si wanita menuruni mobil dengan lenggak-lenggok. Dia merangkul lengan s
Aku membasuh wajahku dengan air untuk menyembunyikan kedua mata yang semakin memerah.Hana memanggil anggur, lalu memberiku segelas. Setelah menyesapnya, aku merasa lebih tenang saat ini.Aku menggunakan handuk untuk menutupi wajahku, lalu berkata kepada mereka, “Kalian ngobrol dulu. Aku ingin rebahan sebentar!”“Kenapa kerjaanmu hari ini cuma tidur doang sih? Tadi kamu ketiduran di mobil. Sekarang kamu masih ingin tidur lagi?” Fanny menyindirku, “Ada apa sama kamu?”“Belakangan ini terlalu banyak masalah. Aku capek sekali! Kamu ngertiin aku, ya!” Aku menutup wajahku dengan handuk sembari berbicara. Air mata malah menetes, berbaur dengan tetesan air di wajahnya.Fanny juga tidak mempersulitku lagi. Dia melanjutkan obrolannya dengan Hana. Setelah aku berusaha menenangkan diriku, baru menyingkirkan handuk di wajahku.“Nggak tidur lagi?” Fanny meminum alkohol, lalu melihatku dengan tersenyum. “Haish, jujur saja, artis yang aku katakan tadi agak mirip sama kamu! Tapi, kamu lebih cantik dar
“Dia mirip kan sama kamu?” Fanny bertanya padaku. “Dulu, kesanku terhadapnya tergolong bagus. Aku merasa dia mirip sama kamu, jadi aku pun merasa dekat sama dia. Tapi sekarang … sialan! Sombong sekali ….”Ucapan Fanny membuat jantungku berdegup kencang. Sebelumnya mereka mengatakan aku mirip dengan Alina. Sekarang aku juga mirip sama Yvonne? Tidak! Seharusnya Yvonne juga mirip dengan Alina.Kesimpulannya, Taufan masih memendam perasaan mendalam terhadap Alina. Dia tidak akan melepaskan semua wanita yang mirip dengan Alina. Dia sedang mencari bayangan tubuh Alina dari tubuh wanita-wanita itu, seperti aku dan juga Yvonne.Sepertinya Taufan sedang mencari penggantinya Alina. Sebelumnya dia pernah bersamaku, mungkin setelah mencobanya, dia merasa tidak cocok.Aku pun tersenyum, lalu menyesap gelas anggur. Dia bertanya dengan sangat tenang, “Si Yvonne ini sudah terkenal berapa lama?”“Baru saja, nggak sampai dua bulan! Anehnya, dia bisa tenar secara tiba-tiba!” ucap Fanny dengan kesal.Dua
Orang yang muncul di dalam pandanganku malah adalah Harry yang sudah menghilang dalam waktu yang sangat lama.Tadi aku pergi memarkirkan mobilku di area basemen perusahaan. Tampak Harry yang berpakaian jas rapi muncul di depan mobilku. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa memprediksikannya dengan sangat tepat, bisa langsung menemukanku.Senyuman Harry sangatlah lembut. Dia membantuku untuk membukakan pintu. “Maya!”Jujur saja, beberapa hari ini hidupku sangat nyaman, aku bahkan hampir melupakan keberadaan orang ini. Jadi, ketika bertemu Harry lagi, aku merasa diriku telah terbangun dari mimpi. Aku seolah-olah ditarik kembali ke dunia nyata.Aku menghela napas dalam hati. Kenapa orang ini masih hidup? Sekarang aku juga tidak menyangka, aku merasa sangat mual ketika bertemu dengan Harry lagi. “Minggir!” Aku berkata dengan sinis.“Maya, waktu itu salahku! Kamu jangan masukin ke hati, ya. Hari ini aku ingin minta maaf sama kamu!” Tetiba Harry merasa bagai kembali ke masa lalunya. “Maya, ak
Pemikiran ini membuatku merasa sangat tidak berdaya. Kali ini, sepertinya aku harus menghadapinya seorang diri.Sebenarnya teorinya memang seperti itu. Hanya diri sendiri yang bisa menyelamatkan diri sendiri!Di dalam lobi, orang-orang hilir mudik. Aku datangnya memang sudah telat, tapi sekarang ada banyak orang yang datang berkunjung. Aku spontan melirik ke sisi lobi, tapi tidak ada satu pun yang kukenal. Seketika hatiku terasa semakin kesepian lagi.Setelah kembali ke ruang kerja, Shea menyeduhkan secangkir kopi untukku. Dia sedang mengamatiku secara diam-diam. Aku tahu dia sedang mengkhawatirkanku.Aku berlagak baik-baik saja, lalu mengatur segala pekerjaan. Untung saja, sebelumnya kedua jenis kerepotan telah dihadapi. Sudah saatnya untuk melanjutkan pekerjaan.Saat sedang makan siang, aku bertemu dengan James. Dia merasa sangat syok ketika melihatku. Sepertinya sudah lama kita tidak pernah bertemu.Setelah James melihatku, dia langsung meminta ruangan VIP. Aku juga mengerti apa mak
Setelah mendengar ucapan James, aku pun kepikiran sesuatu. Sepertinya aku harus menyelidiki siapa yang mengulurkan tangan untuk membantu Harry.“Sepertinya Harry memang ditakdirkan untuk nggak boleh mati!” Aku berucap kepada James dengan acuh tak acuh.“Iya, ‘kan? Kalau tidak, nasibnya pasti sudah di ujung tanduk saat ini! Sekarang pekerjaan di tangan sudah hampir selesai. Saat dia rapat, dia berkata dengan penuh yakin, sekarang fokus bisnis akan dialihkan ke luar kota agar tidak ada perebutan!” James juga mengangguk. “Dia yang sekarang memang tidak bermasalah. Dia sedang menyusun semuanya!”“Dengar-dengar ibunya lagi sakit!” tanya aku dengan asal-asalan.“Emm, kondisinya tidak bagus!” James mengangguk.Setelah mengobrol beberapa saat, aku pun duluan meninggalkan restoran.Tetiba terlintas sosok Giana, ibu mertuaku. Pada akhirnya aku memilih untuk mengeraskan hatiku. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana putranya menganiayaku, tapi dia tidak pernah sekali pun menghalangin
Saat Oscar mendengar ucapanku, dia langsung menunjukkan senyuman lebar, wajahnya bahkan tampak merona.Tiba-tiba hatiku bagai diremas saja. Mungkin biasanya aku telah memperlakukannya dengan terlalu sadis. Alhasil, dia malah merasa sangat terharu dengan saran sekecil ini.“Emm … aku belum pernah memikirkannya!” Oscar kelihatan sedikit gugup.“Kalau begitu, bawa mereka kemari! Biarkan mereka merasakan suasana di sini. Kamu juga nggak usah bolak-balik. Lagi pula, akan lebih ramai kalau kita merayakan bersama. Oh ya, Hana, dia nggak punya keluarga. Aku juga akan ajak dia ke rumah untuk merayakan bersama. Tinggal di rumahku saja, jangan tinggal di hotel! Lebih ramai!”Ucapan ini tulus dari lubuk hatiku! Aku pernah bertemu dengan orang tua Oscar sebelumnya. Ayahnya adalah seorang pebisnis kecil, sedangkan ibunya juga memiliki pekerjaan tetap. Mereka semua sangatlah baik.Pemikiran seperti ini tiba-tiba terlintas di benakku. Aku juga belum sempat membahasnya dengan orang tuaku. Hanya saja, m
Hatiku terasa sangat panik, tapi aku berlagak untuk bersikap tenang.“Maaf, aku nggak tahu ucapan apa yang kamu maksud?” Aku masih tetap bersikap tenang.“Kamu bisa bertanya apa pun?” Taufan menatapku.“Nggak ada yang ingin aku tanyakan!” Aku membalas dengan langsung.“Yakin tidak ada?” Taufan menyenterku dengan tatapan sinis.“Kalau Pak Taufan memanggilku ke sini karena ingin mempersulitku, lebih baik aku pulang saja!”Aku tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong dengan Taufan. Lebih baik aku pulang untuk menemani keluargaku saja.Tatapan Taufan semakin muram lagi. “Ternyata kamu ingin sekali terlepas dariku? Kamu tidak ingin menanyakan keraguan di hatimu?”Ucapan Taufan menyesakkan hatiku. Dia bagai menggunakan teropong saja, bisa melihat jelas isi hatiku.Aku menunduk dengan gugup. Aku tidak menyangkal sebenarnya aku masih menaruh harapan di hatinya dan hatiku masih berdegup kencang ketika melihatnya. Hanya saja, aku tidak mengizinkan dia menginjak harga diriku.Di satu sisi,