Wanita itu menaruh Black Card di hadapan Martin. Sontak saja Jessica terkejut saat melihat Black Card suaminya ada ditangan wanita yang tampak lebih muda darinya tersebut."Sayang, siapa dia?" tanya Jessica lembut, mencoba untuk berpikiran positif."Celine." Wanita yang duduk di sebelah Martin langsung mengulurkan tangannya sebelum Martin menjawab.Jessica menatap sang Suami. Martin hanya bisa menghela napas berat, momen indahnya di ganggu oleh seorang wanita penghibur."Jessica, Istri Martin," jawabnya menyambut uluran tangan Celine.Celine tersenyum. "Lain kali jangan buat suami anda bingung, jika terulang kembali, aku akan merebutnya," ucapnya tanpa ragu sambil melepaskan tangannya.Jessica menatap tajam Celine, ia tersenyum penuh arti. "Tidak akan pernah, lebih baik kamu jauhi Suamiku." Wanita itu langsung berdiri dan duduk di sebelah Martin merangkul lengan sang Suami, masih dengan menatap tajam Celine.Martin tersenyum melihat sang Istri yang terlihat cemburu seperti itu. Ia sen
Sementara itu di bekas kediaman keluarga Bloody, Soouland. Terlihat bawahan Leonardo sudah berada di sana. Mereka semua tampak kebingungan saat tahu kalau penghuni rumah besar tersebut sudah bukan keluarga Bloody lagi."Brengsek! Kenapa kalian bisa salah informasi seperti ini?" seru pemimpin kelompok marah."Bos, kami tidak tahu kalau tempat ini sudah di jual satu bulan yang lalu," jawab salah satu bawahan.Bug!Ugh!Pria yang menjawab pertanyaan si Bos, di pukul kepalanya hingga terkapar di lantai dengan hidung keluar darah."Apa kau pikir Tuan Leonardo bisa menerima alasan seperti itu, hah!" seru si Bos marah.Semua bawahannya menundukkan kepala, mereka semua tidak berani menatap si Bos. Karena sadar telah melakukan kesalahan.Bos kelompok tersebut menghampiri penghuni rumah tersebut yang sedang bertekuk lutut di tanah. Ia jongkok di hadapan kepala keluarga pemilik rumah, mencengkram rahangnya."Apa kalian yakin tidak mengenal keluarga pemilik Rumah ini!" ucap si Bos tegas."Be-Benar
Orang-orang berpakaian serba hitam itu mendekat ke mobil yang di naiki kedua keluarga Kakak orang tua Jesica."Keluar!" seru salah satu pria berpakaian hitam."Kakak, bagaimana ini?" tanya Matias ketakutan."Bagaimana apanya, kamu keluar hadapi mereka!" balas Reinhard yang sama takutnya."Cepat keluar! Atau ku hancurkan mobil kalian!" seru orang berpakaian hitam sambil mengetuk mobil dengan keras.Mereka berempat tidak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti perintah orang-orang berpakaian serba hitam tersebut. Mereka keluar dari mobil dengan terpaksa.Orang-orang berpakaian serba hitam tersebut langsung menyeret ke empatnya masuk ke dalam mobil mereka dan membawanya pergi. Reinhard dan yang lainnya memohon untuk di lepaskan. Namun, orang berpakaian serba hitam tidak menggubrisnya, mengikat mereka dan membungkam mulutnya dengan lakban.Kedua keluarga tersebut hanya bisa pasrah, Istri Reinhard dan Matias hanya bisa menangis, sepanjang perjalanan.Setelah beberapa saat perjalan, mereka sam
Iring-iringan mobil Martin sudah masuk ke wilayah perbatasan Souland ketika beberapa jam perjalanan.Martin mendapatkan pesan dari Zarko, pria itu mengepalkan tangannya dan wajahnya menggelap saat mendapatkan pesan tersebut. Ia menghubungi Adama yang sedang berada di Narika bersama Sulivan."Adama, apa semuanya berjalan lancar?" tanya Martin langsung ketika panggilannya di angkat.Adama menjawab di seberang telepon. "Sesuai dengan perkataan Daryl, perusahaan yang kemarin kalian akusisi itu milik Istrinya dan sekarang kami sudah mulai menyerang pusatnya.""Selesaikan secepatnya!" perintah Martin dingin."Ya," jawab Adama singkat di seberang telepon.Martin menutup teleponnya. Mobil sudah mulai memasuki wilayah gunung Soul. Ia menyuruh para bawahannya untuk menyebar agar tidak terlihat oleh Leonardo.Tidak berselang lama, Mobil Martin sampai di kaki gunung Soul, pria itu turun bersama dengan Adrian yang menjadi sopirnya.Martin menatap gunung Soul sambil mengambil rokok di bajunya, ia me
Adrian yang membawa pergi mertua Martin dan kedua keluarga saudaranya, ia tidak bisa berlari begitu cepat, mengingat luka Reinhard dan Matias cukup parah, membuatnya kesulitan berlari."Cukup, tinggalkan kami saja, Sarah!" tegur Reinhard sambil menangis, ia sadar kalau dirinya hanya menjadi beban."Benar kata Kak Reinhard, tinggalkan kami berdua saja," timpal Matias.Istri keduanya menangis terisak, melihat suaminya benar-benar sudah tidak berdaya dan tidak sanggup lagi berlari.Adrian memutar bola mata malas, ia jongkok dihadapan keduanya dan menarik kerahnya. "Dengar baik-baik brengsek! Tuan besar sudah mempertaruhkan nyawa demi kalian! Apa kalian pikir nyawa beliau sepadan dengannya!"Adrian terlihat sangat marah, pria itu jelas kesal. Karena pengorbanan Tuannya seolah tidak di hargai sama sekali.Reinhard dan Matias tidak bisa berkata-kata, mereka hanya bisa menangis dengan Istrinya masing-masing.Adrian menghela napas. "Semua bawahan tuan Besar ada di dekat sini, mereka pasti akan
Suara dentuman teredam dalam tubuh Martin terdengar olehnya. Satu persatu titik Meridian yang terkunci mulai terbuka oleh energi spiritual milik Leonardo yang di alirkan ke dalam tubuh Martin.Hingga pada akhirnya, titik Meridian terakhir terakhir terbuka. Martin langsung membuka matanya, ia mencengkram tangan Leonardo yang menusuk pusat meridiannya.Leonardo menoleh, ia terkejut merasakan kekuatan Martin yang sangat besar. Padahal seharusnya ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya."Kau ...."Martin menyeringai, ia menjauhkan tangan Leonardo dari tubuhnya. Pria itu memelintir tangannya."Terima kasih energi spiritualnya," ucap Martin sambil tersenyum.Leonardo merasakan tangannya akan patah di pelintir keras oleh Martin. Ia menatap tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.Helinsiki langsung menerjang ke Martin dengan cepat, melihat Tuannya tampak butuh bantuan.SwutDuak!Martin terkena tendangan Helinsiki, ia terhempas ke belakang, melepaskan cengkraman tangannya dari Leonardo."Tuan,
Setelah Leonardo berhasil di kalahkan dan ia tewas di tangan Martin sendiri. Seluruh perusahaan Leonardo di Narika langsung di ambil alih oleh Luther Grup. Semua pebisnis yang berada di sana tentu saja terkejut dengan pengalihan nama tiba-tiba tersebut. Namun, setelah semua kebusukan Leonardo selama ini di rilis, semuanya langsung mengerti kenapa perusahan tersebut bisa di alihkan dengan begitu mudah.Pada dasarnya Zagal Grup mengakusisi Luther Grup ketika perusahaan tersebut masih di pegang Kakek Martin. Mereka memaksa Kakek Martin menandatangi dokumen pengalihan nama ketika pria itu sudah sekarat.Sekarang semua pebisnis Narika tahu, jika ternyata Leonardo merupakan dalang menghilangnya kekuasaan keluarga Luther pada saat itu.Semua koneksi Luther Grup yang mendengar tentang kebenaran tersebut, mereka langsung menghubungi Martin untuk kembali menjalin kerjasama dengan Luther Grup. Namun, sayangnya Martin memilah mereka yang akan bergabung dengan perusahaannya agar tidak menimbulkan m
Bersamaan dengan bawahannya tertembak oleh Riquelme. Zarko mengepalkan tangannya marah, tahu kalau bawahannya pasti terbunuh di Breza."Ada apa Zarko?" tanya Adrian yang sedang bersama Zarko."Riquelme ada di Breza, kemungkinan dia sudah membunuh orangku yang ada di sana," jawabnya dingin.Adrian menghela napas berat, ia memijat pangkal hidungnya. "Padahal baru beberapa bulan Tuan hidup normal, apa kau akan melaporkannya?" "Entahlah, koneksi kita di Breza sangatlah sedikit, jikapun pergi ke sana, sama saja kita menyerahkan nyawa, tapi kalau Tuan tahu kebenarannya pasti akan ke sana," ungkapnya bingung."Lebih baik kita diam saja dulu, Nyonya sedang hamil, kalau sampai Tuan pergi, kasihan beliau." Adrian beranjak berdiri, menepuk bahu Zarko meninggalkannya.Zarko hanya mengangguk pelan. Meskipun, sebenarnya ingin pergi ke Breza untuk menuntaskan masalah Tuannya. Akan tetapi ia juga sadar, kalau Newland sedang damai. Tidak mungkin merusak suasana hati Tuannya.***Sementara itu Martin d
Setelah Adama sampai di Narika, pria itu langsung melakukan penangkapan terhadap Patricia. Mengatasnamakan keamanan Narika atas transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu, membuat Patricia pun tidak bisa berkilah lagi.Patricia berhasil ditangkap oleh Adama di bantu keamanan Narika, menggunakan bukti-bukti transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu.Bahkan beberapa orang yang bekerjasama dengannya juga ikut terseret masuk kedalam jeruji besi.Di ruang interogasi, terlihat Adama sedang duduk dihadapan Patricia yang sudah mengenakan pakaian tahanan."Katakan padaku, apa saja yang kamu ketahui tentang Martin Luther?" tanya Adama.Patricia hanya diam, menatap tajam Adama, tanpa berbicara sepatah kata pun.Adama menghela napas panjang. "Kakakmu bukanlah orang yang baik, seharusnya kamu hidup lebih baik darinya, tidak perlu meneruskan usahanya, tetap sembunyi di Vlasir."Patricia masih tetap diam, ia tidak berbicara sama sekali, hanya memperhatikan Adama dengan seksama.Adama memijat pangkal
Adama sebenarnya tidak ingin melibatkan Martin terlebih dahulu. Akan tetapi Patricia berhubungan dengan Leonardo dan yang lebih penting wanita itu sedang mengincar Jessica, sehingga ia pikir kalau Martin harus tahu tentang masalah tersebut."Kamu tidak perlu datang ke Narika, aku cuma memberitahumu. Setelah bukti-bukti terkumpul, akan aku seret wanita itu kehadapan kamu," ucap Adama mencoba menenangkan Martin.Martin menghela napas. "Selama ini aku sudah merepotkan kalian, tidak enak jika diriku tetap diam dan masalah ini juga berhubungan dengan Istriku, Adama.""Ck, kau baru saja kembali, anak dan Istrimu masih merindukan kamu, serahkan semuanya pada kami," ujar Adama.Adama mengangguk pelan sembari tersenyum agar Martin percaya padanya dan tidak memikirkan masalah tersebut.Martin memijat pangkal hidungnya, lantas buka suara. "Baiklah ... selesaikan dengan cepat Adama, aku tidak ingin Istriku kenapa-napa.""Siap Bos!" jawab Adama sembari hormat.Martin terkekeh geli melihat tingkah A
"Kenapa bengong, tidak mau?" tegur si gadis.Matias seketika langsung tersadar, mengambil kopi kaleng pemberian gadis tersebut. "Terima kasih."Gadis itu mengangguk pelan, ia duduk disebelah Ivan sambil menenggak minuman kaleng yang ada ditangannya.Matias terlihat gugup, ia mencuri-curi pandang ke arah di gadis sambil mengusap-usap minuman kaleng yang dipegangnya."Seila Rosemary Weil, itu namaku," ucap si gadis tiba-tiba."Eh ... a-aku Mati ....""Matias Luther, aku sudah tahu," sela Seila ketika Matias belum selesai berbicara.Matias hanya tersenyum kecut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, karena saking gugupnya. Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan gadis tapi segugup itu, padahal kalau disekolah ia tidak pernah seperti itu.Seila menoleh menatap Matias, ia memperhatikan Matias yang sedang menundukkan kepalanya sambil menggenggam minuman kaleng yang ia berikan."Kamu tidak suka kopi?" tanya Seila."Su-suka!" jawab Matias langsung membuka kopi kaleng ditangannya dan menenggaknya."
Orang yang datang tersebut ternyata anak dan cucu Profesor Erikson, mereka memang sering menjemput pria tua itu, jika Martin tidak mengundangnya.Anak dan Cucu Profesor Erikson terkejut saat melihat wajah Martin yang terlihat buruk rupa, bahkan gadis yang usianya sama dengan Matias sampai bersembunyi di balik tubuh sang Ayah, padahal tadi sangat bersemangat."Ayah, siapa mereka?" tanya anak profesor Erikson penasaran."Orang yang selalu Ayah bicarakan, dialah yang selama ini meminta bantuan Ayah. Martin, kenalkan mereka anak dan cucuku," ucap Profesor Erikson."Astaga, jadi benar ada orang yang terluka parah masih hidup," celetuk cucu profesor Erikson.Ayah gadis itu langsung memelototi sang anak, sehingga si gadis langsung menutup mulutnya sambil sedikit membungkukkan badan.Martin mengulas sebuah senyum, ia mengulurkan tangannya. "Maaf selama ini telah merepotkan Ayah anda, saya Martin Luther, mereka anak dan Istriku."Anak Profesor Erikson menyambut uluran tangan Martin, balas terse
Martin, Istri dan anaknya pulang ke Mansion, kedatangan mereka di sambut Celine, Adama dan Norman yang memang sudah menunggu mereka.Adama dan Norman memang langsung terbang ke Souland setelah mendengar Martin telah kembali."Martin!" Adama langsung menghambur memeluknya.Martin balas memeluk sambil tersenyum. Norman yang melihat wajah Martin separuh buruk rupa membuatnya sedih, ia tidak pernah menyangka kalau keponakannya menjadi seperti itu.Adama melepaskan pelukannya. "Kondisi kamu, kenapa seperti ini?""Aku tidak apa, asalkan kalian sudah mengenaliku itu lebih dari cukup," jawab Martin lembut.Adama menghela napas, melihat kondisi saudaranya seperti itu, jelas saja membuatnya sedih, ia yakin kalau Martin telah melewati masa sulit."Lama tidak bertemu Paman," sapa Martin, memeluk Norman yang sudah terlihat semakin tua.Norman balas memeluk Martin, sedikit menepuk-nepuk punggungnya. "Syukurlah kamu baik-baik saja."Martin melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap Norman dan Adama,
Matias tidak mempermasalahkan Ibunya mengencani siapa pun, tetapi yang membuat ia bingung kenapa tiba-tiba, ditambah pria yang dikencani buruk rupa.Melihat Matias yang menatapnya dengan seksama. Martin menyadari kalau putranya tersebut mengenali dirinya saat pertama kali bertemu di gunung Soul."Kita bertemu lagi," ucap Martin sambil tersenyum."Astaga ... jadi benar itu kau Paman!" Matias terlihat terkejut, kemudian bertanya, "Paman mengenal Ibuku?""Tunggu dulu, kalian sudah saling kenal?" sela Jessica diantara Suami dan Putranya.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi kami pernah bertemu satu kali, saat anak kita bolos sekolah ke gunung Soul.""Astaga ...." Jessica menutup mulutnya tidak percaya, ternyata ada sebuah kebetulan seperti itu bukan hanya di film-film saja.Matias mengernyitkan dahi ketika Paman buruk rupa itu menganggapnya sebagai anak. Ia menatap sang Ibu yang tampak sangat tergila-gila dengan sosok tersebut, terlihat dari sorot matanya.Pemuda itu ingin bertanya
Jessica tidak merasa sama sekali kalau Suaminya buruk rupa, ia masih memperlakukannya sama seperti dulu, ketika ia masih sangat tampan.Mereka berdua keluar dari Mansion Luther. Martin dan Jessica sedikit terkejut ketika melihat semua bawahannya berbaris di halaman Mansion. Adrian, Zarko, Jimy, Ivan dan Sulivan berdiri paling depan memimpin mereka semua."Selamat datang kembali Tuan!" sapa semua bawahan Martin serempak sambil membungkukkan badan.Martin merasa terharu melihat mereka semua masih menghargainya, padahal ia sudah berprasangka buruk kepada mereka semua dan tidak berani memunculkan wajah buruk rupanya.Jessica merangkul lengan sang Suami, Martin menoleh menatap sang Istri, terlihat Jessica tersenyum padanya sambil menganggukkan kepala.Martin meminta para bawahannya untuk berdiri tegap kembali, mereka semua pun langsung berdiri tegap siap mendengarkan apa yang akan pemimpinnya katakan."Terima kasih untuk kalian semua yang sudah menjaga keluargaku dengan baik ... dan maaf, s
Semua orang yang ada di sana tercengang, mereka semua tidak menyangka kalau Istri Tuannya tidak merasa jijik sama sekali dengan kondisi wajah Martin.Celine yang tertegun segera tersadar, ia memberikan kode kepada semua pengawal penjaga Mansion agar pergi meninggalkan tempat tersebut.Mereka semua pun bergegas pergi sesuai dengan kode yang Celine berikan agar tidak mengganggu pertemuan kembali Tuan mereka.Celine tersenyum ketika ikut keluar dengan para penjaga Mansion. Ia juga merasa lega melihat Martin yang ternyata masih hidup.Martin membalas kecupan Jessica, ia memeluk wanita yang telah ditinggalkannya tersebut selama belasan tahun lamanya, ia memeluk tubuhnya dengan erat.Keduanya melepaskan cumbuan mereka, terlihat Jessica memegang kedua pipi Martin. "Selama ini ... kamu pasti menderita sendirian," ucapnya lembut.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, kalian lah yang lebih menderita dariku, maaf."Air mata mereka berdua tidak terbendung lagi, keduanya kembali berpelukan melepa
Zarko dan Adrian sampai di pantai Heracles, di mana Jimy mengatakan terlihat di salah satu CCTV jalan dekat dengan pantai.Mereka berdua turun dari mobil mendongak menatap CCTV yang ada di sebuah tiang pinggir jalan."Zarko, apa kamu yakin kemungkinan beliau ada di sini?" tanya Adrian sambil menatap tepi pantai yang tampak sangat sepi."Jangan banyak bertanya, kita cari jejaknya!" tegur Zarko yang langsung berlari ke arah CCTV menyorot.Adrian berdecak kesal, pasalnya jika Zarko sudah bergerak, pria itu tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan terpenuhi.Mereka berdua pun menyusuri pantai Heracles sepanjang malam. Namun, keduanya tidak menemukan apa pun di sana."Ah ... aku lelah." Adrian ambruk di pantai, telentang menatap langit yang mulai cerah.Zarko menghela napas, ia juga berhenti dan duduk di sebelah rekannya tersebut sambil mengacak-acak rambutnya. Karena tidak berhasil menemukan apa pun di sana."Tuan, di mana kamu sebenarnya?" gumam Zarko.Adrian menoleh mendengar reka