Suara dentuman teredam dalam tubuh Martin terdengar olehnya. Satu persatu titik Meridian yang terkunci mulai terbuka oleh energi spiritual milik Leonardo yang di alirkan ke dalam tubuh Martin.Hingga pada akhirnya, titik Meridian terakhir terakhir terbuka. Martin langsung membuka matanya, ia mencengkram tangan Leonardo yang menusuk pusat meridiannya.Leonardo menoleh, ia terkejut merasakan kekuatan Martin yang sangat besar. Padahal seharusnya ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya."Kau ...."Martin menyeringai, ia menjauhkan tangan Leonardo dari tubuhnya. Pria itu memelintir tangannya."Terima kasih energi spiritualnya," ucap Martin sambil tersenyum.Leonardo merasakan tangannya akan patah di pelintir keras oleh Martin. Ia menatap tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.Helinsiki langsung menerjang ke Martin dengan cepat, melihat Tuannya tampak butuh bantuan.SwutDuak!Martin terkena tendangan Helinsiki, ia terhempas ke belakang, melepaskan cengkraman tangannya dari Leonardo."Tuan,
Setelah Leonardo berhasil di kalahkan dan ia tewas di tangan Martin sendiri. Seluruh perusahaan Leonardo di Narika langsung di ambil alih oleh Luther Grup. Semua pebisnis yang berada di sana tentu saja terkejut dengan pengalihan nama tiba-tiba tersebut. Namun, setelah semua kebusukan Leonardo selama ini di rilis, semuanya langsung mengerti kenapa perusahan tersebut bisa di alihkan dengan begitu mudah.Pada dasarnya Zagal Grup mengakusisi Luther Grup ketika perusahaan tersebut masih di pegang Kakek Martin. Mereka memaksa Kakek Martin menandatangi dokumen pengalihan nama ketika pria itu sudah sekarat.Sekarang semua pebisnis Narika tahu, jika ternyata Leonardo merupakan dalang menghilangnya kekuasaan keluarga Luther pada saat itu.Semua koneksi Luther Grup yang mendengar tentang kebenaran tersebut, mereka langsung menghubungi Martin untuk kembali menjalin kerjasama dengan Luther Grup. Namun, sayangnya Martin memilah mereka yang akan bergabung dengan perusahaannya agar tidak menimbulkan m
Bersamaan dengan bawahannya tertembak oleh Riquelme. Zarko mengepalkan tangannya marah, tahu kalau bawahannya pasti terbunuh di Breza."Ada apa Zarko?" tanya Adrian yang sedang bersama Zarko."Riquelme ada di Breza, kemungkinan dia sudah membunuh orangku yang ada di sana," jawabnya dingin.Adrian menghela napas berat, ia memijat pangkal hidungnya. "Padahal baru beberapa bulan Tuan hidup normal, apa kau akan melaporkannya?" "Entahlah, koneksi kita di Breza sangatlah sedikit, jikapun pergi ke sana, sama saja kita menyerahkan nyawa, tapi kalau Tuan tahu kebenarannya pasti akan ke sana," ungkapnya bingung."Lebih baik kita diam saja dulu, Nyonya sedang hamil, kalau sampai Tuan pergi, kasihan beliau." Adrian beranjak berdiri, menepuk bahu Zarko meninggalkannya.Zarko hanya mengangguk pelan. Meskipun, sebenarnya ingin pergi ke Breza untuk menuntaskan masalah Tuannya. Akan tetapi ia juga sadar, kalau Newland sedang damai. Tidak mungkin merusak suasana hati Tuannya.***Sementara itu Martin d
Setelah selesai mengunjungi kedai Paman pertamanya. Jessica mengajak Martin untuk jalan-jalan sebentar sebelum pulang."Sebentar lagi aku pasti tidak bisa jalan-jalan seperti ini," ucap Jessica tiba-tiba.Martin tersenyum mendengar ucapan Jessica. "Apa kamu mau, aku bikinkan miniatur Newland di Rumah?" Jessica menatap sang Suami. "Mentang-mentang memiliki segalanya, sekarang kamu mulai angkuh.""Kalau semua itu untuk kamu, kenapa tidak?" jawab Martin santai.Jessica terkikik geli mendengar jawaban sang Suami. Perkataan Martin memang ada benarnya, dulu sewaktu dia tidak memiliki apa-apa, tidak pernah berbicara setinggi itu. Namun, sekarang apa pun yang ia mau, semuanya bisa saja terwujud hanya dengan satu panggilan telepon.Wanita itu merasakan perubahan sang Suami yang signifikan, tentu ia sangat senang akan hal tersebut. Meskipun masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Jessica mengajak Martin ke sebuah Kafe kecik pinggir jalan. Mereka berdua bersantai di sana, memesan minuman.
Martin menghampiri sang Istri yang berlari ke kamar. Pria itu membuka pintu kamar, terlihat Jessica yang sedang duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal.Martin hanya tersenyum melihat sang Istri marah, ia menutup pintu dan mendekati Jessica yang sedang duduk di ranjang. Jessica langsung mengubah posisi duduknya membelakangi Martin saat pria itu duduk di sebelahnya."Apa kamu marah padaku?" tanya Martin.Jessica tidak menjawab, ia diam masih sambil membelakangi sang Suami.Terdengar Martin menghela napas. "Baguslah kalau marah, setidaknya aku tahu kalau kamu cemburu." Pria itu beranjak berdiri, pura-pura untuk meninggalkan Jessica. Seketika Jessica langsung menoleh, melihat Martin akan pergi, wanita itu buka suara. "Apa kamu akan meninggalkan aku begitu saja?" Martin tersenyum, ia pura-pura kembali ke ekspresi biasanya, lantas membalik badan. "Bukankah kalau wanita marah harus di tinggalkan seorang diri dulu?" Jessica menggembung pipinya. "Ih ... kamu jahat se
Haris Harun, salah satu pebisnis yang namanya cukup di kenal. Pria itu sudah tidak asing dengan kelompok Mafia. Karena memang sering terlibat dengan mereka untuk membeli barang-barang ilegal ataupun melakukan transaksi gelap.Haris tinggal di negara Vlasir, berbatasan langsung dengan laut Newland dan Souland. Alasannya menginginkan Celine. Karena gadis penghibur tersebut tidak sengaja mendengarkan pembicaraan transaksi besar yang akan di lakukan pria itu.***Di kediaman Martin berada. Terlihat Jessica sedang berduaan dengan Martin di kolam renang. Wanita itu sedang duduk di pangkuan sang Suami sambil menyuapi buah anggur di mulutnya.Martin menikmati momen tersebut sambil mengusap perut sang Istri yang belum terlihat buncit."Sayang, bagaimana kabar Kak Adama?" tanya Jessica lembut."Baik, kenapa memangnya?" Martin balik bertanya.Jessica mengulas sebuah senyum. "Tidak apa, aku hanya tanya saja, dia sudah lama tidak kelihatan soalnya."Martin memegang dagu sang Istri, pantas mengecupn
Di perusahaan Haris berada. Pria itu sedang duduk di meja kerjanya sambil memeriksa beberapa berkas-berkas di hadapannya.Tok! Tok!Terdengar suara ketukan pintu ruangan pria tersebut. Haris langsung menyuruh orang tersebut masuk."Tuan," sapa seorang pria paruh baya sambil membungkukkan badan."Bagaimana?" tanya Haris memastikan."Martin Luther tampaknya tidak mengindahkan permintaan kita sama sekali," jawabnya jujur.Haris seketika menghentikan aktivitasnya. Ia mendongak menatap bawahannya yang sedang menundukkan kepala. Tidak berani bertatap muka langsung dengannya.Pemilik Harun Grup itu beranjak dari duduknya, ia menghampiri bawahannya, memegang dasi pria itu dan membenarkannya."Dia hanyalah pelacur, apa untungnya Martin Luther melindunginya atau dia sudah diberitahu rencana kita?" tanya Haris lembut kepada bawahannya tersebut."Seharusnya dia belum tahu Tuan. Karena kamu menyandera teman-teman dekat wanita itu," jawabnya mantap."Benarkah begitu? Lantas kenapa dia membantunya ha
Ke esokan harinya, terlihat Zarkin, Adrian dan Ivan sedang berkumpul di ruang tamu. Mereka membahas transaksi bawahan Riquelme dan Haris yang akan berlangsung besok malam di Narika."Zarko, Adrian, kalian berangkatlah ke Vlasir, aku yakin bawahan Haris banyak yang menuju Narika untuk mengawal transaksi ini, bergerak dengan cepat bunuh dia!" perintah Martin tegas."Tuan, ada baiknya Jimy ikut dengan mereka, untuk melacak semua pergerakan bawahan Haris yang tersisa dan memudahkan pergerakan mereka," Sela Ivan memberikan saran. Martin memegang dagunya, berpikir sebentar lantas berkata, "ide bagus, kalian usahakan agar tidak tertangkap di sana, bawa orang-orang yang terampil.""Baik Tuan!" jawab keduanya mantap.Martin mengeluarkan ponselnya, ia langsung menelepon Jimy agar bawahannya itu ikut kedua rekannya ke Vlasir."Kalian berdua boleh pergi sekarang, bawa semua yang di butuhkan!" perintah Martin tegas."Dimengerti Tuan!" jawab keduanya yang langsung beranjak dari duduknya dan langsun