Bersamaan dengan bawahannya tertembak oleh Riquelme. Zarko mengepalkan tangannya marah, tahu kalau bawahannya pasti terbunuh di Breza."Ada apa Zarko?" tanya Adrian yang sedang bersama Zarko."Riquelme ada di Breza, kemungkinan dia sudah membunuh orangku yang ada di sana," jawabnya dingin.Adrian menghela napas berat, ia memijat pangkal hidungnya. "Padahal baru beberapa bulan Tuan hidup normal, apa kau akan melaporkannya?" "Entahlah, koneksi kita di Breza sangatlah sedikit, jikapun pergi ke sana, sama saja kita menyerahkan nyawa, tapi kalau Tuan tahu kebenarannya pasti akan ke sana," ungkapnya bingung."Lebih baik kita diam saja dulu, Nyonya sedang hamil, kalau sampai Tuan pergi, kasihan beliau." Adrian beranjak berdiri, menepuk bahu Zarko meninggalkannya.Zarko hanya mengangguk pelan. Meskipun, sebenarnya ingin pergi ke Breza untuk menuntaskan masalah Tuannya. Akan tetapi ia juga sadar, kalau Newland sedang damai. Tidak mungkin merusak suasana hati Tuannya.***Sementara itu Martin d
Setelah selesai mengunjungi kedai Paman pertamanya. Jessica mengajak Martin untuk jalan-jalan sebentar sebelum pulang."Sebentar lagi aku pasti tidak bisa jalan-jalan seperti ini," ucap Jessica tiba-tiba.Martin tersenyum mendengar ucapan Jessica. "Apa kamu mau, aku bikinkan miniatur Newland di Rumah?" Jessica menatap sang Suami. "Mentang-mentang memiliki segalanya, sekarang kamu mulai angkuh.""Kalau semua itu untuk kamu, kenapa tidak?" jawab Martin santai.Jessica terkikik geli mendengar jawaban sang Suami. Perkataan Martin memang ada benarnya, dulu sewaktu dia tidak memiliki apa-apa, tidak pernah berbicara setinggi itu. Namun, sekarang apa pun yang ia mau, semuanya bisa saja terwujud hanya dengan satu panggilan telepon.Wanita itu merasakan perubahan sang Suami yang signifikan, tentu ia sangat senang akan hal tersebut. Meskipun masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Jessica mengajak Martin ke sebuah Kafe kecik pinggir jalan. Mereka berdua bersantai di sana, memesan minuman.
Martin menghampiri sang Istri yang berlari ke kamar. Pria itu membuka pintu kamar, terlihat Jessica yang sedang duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal.Martin hanya tersenyum melihat sang Istri marah, ia menutup pintu dan mendekati Jessica yang sedang duduk di ranjang. Jessica langsung mengubah posisi duduknya membelakangi Martin saat pria itu duduk di sebelahnya."Apa kamu marah padaku?" tanya Martin.Jessica tidak menjawab, ia diam masih sambil membelakangi sang Suami.Terdengar Martin menghela napas. "Baguslah kalau marah, setidaknya aku tahu kalau kamu cemburu." Pria itu beranjak berdiri, pura-pura untuk meninggalkan Jessica. Seketika Jessica langsung menoleh, melihat Martin akan pergi, wanita itu buka suara. "Apa kamu akan meninggalkan aku begitu saja?" Martin tersenyum, ia pura-pura kembali ke ekspresi biasanya, lantas membalik badan. "Bukankah kalau wanita marah harus di tinggalkan seorang diri dulu?" Jessica menggembung pipinya. "Ih ... kamu jahat se
Haris Harun, salah satu pebisnis yang namanya cukup di kenal. Pria itu sudah tidak asing dengan kelompok Mafia. Karena memang sering terlibat dengan mereka untuk membeli barang-barang ilegal ataupun melakukan transaksi gelap.Haris tinggal di negara Vlasir, berbatasan langsung dengan laut Newland dan Souland. Alasannya menginginkan Celine. Karena gadis penghibur tersebut tidak sengaja mendengarkan pembicaraan transaksi besar yang akan di lakukan pria itu.***Di kediaman Martin berada. Terlihat Jessica sedang berduaan dengan Martin di kolam renang. Wanita itu sedang duduk di pangkuan sang Suami sambil menyuapi buah anggur di mulutnya.Martin menikmati momen tersebut sambil mengusap perut sang Istri yang belum terlihat buncit."Sayang, bagaimana kabar Kak Adama?" tanya Jessica lembut."Baik, kenapa memangnya?" Martin balik bertanya.Jessica mengulas sebuah senyum. "Tidak apa, aku hanya tanya saja, dia sudah lama tidak kelihatan soalnya."Martin memegang dagu sang Istri, pantas mengecupn
Di perusahaan Haris berada. Pria itu sedang duduk di meja kerjanya sambil memeriksa beberapa berkas-berkas di hadapannya.Tok! Tok!Terdengar suara ketukan pintu ruangan pria tersebut. Haris langsung menyuruh orang tersebut masuk."Tuan," sapa seorang pria paruh baya sambil membungkukkan badan."Bagaimana?" tanya Haris memastikan."Martin Luther tampaknya tidak mengindahkan permintaan kita sama sekali," jawabnya jujur.Haris seketika menghentikan aktivitasnya. Ia mendongak menatap bawahannya yang sedang menundukkan kepala. Tidak berani bertatap muka langsung dengannya.Pemilik Harun Grup itu beranjak dari duduknya, ia menghampiri bawahannya, memegang dasi pria itu dan membenarkannya."Dia hanyalah pelacur, apa untungnya Martin Luther melindunginya atau dia sudah diberitahu rencana kita?" tanya Haris lembut kepada bawahannya tersebut."Seharusnya dia belum tahu Tuan. Karena kamu menyandera teman-teman dekat wanita itu," jawabnya mantap."Benarkah begitu? Lantas kenapa dia membantunya ha
Ke esokan harinya, terlihat Zarkin, Adrian dan Ivan sedang berkumpul di ruang tamu. Mereka membahas transaksi bawahan Riquelme dan Haris yang akan berlangsung besok malam di Narika."Zarko, Adrian, kalian berangkatlah ke Vlasir, aku yakin bawahan Haris banyak yang menuju Narika untuk mengawal transaksi ini, bergerak dengan cepat bunuh dia!" perintah Martin tegas."Tuan, ada baiknya Jimy ikut dengan mereka, untuk melacak semua pergerakan bawahan Haris yang tersisa dan memudahkan pergerakan mereka," Sela Ivan memberikan saran. Martin memegang dagunya, berpikir sebentar lantas berkata, "ide bagus, kalian usahakan agar tidak tertangkap di sana, bawa orang-orang yang terampil.""Baik Tuan!" jawab keduanya mantap.Martin mengeluarkan ponselnya, ia langsung menelepon Jimy agar bawahannya itu ikut kedua rekannya ke Vlasir."Kalian berdua boleh pergi sekarang, bawa semua yang di butuhkan!" perintah Martin tegas."Dimengerti Tuan!" jawab keduanya yang langsung beranjak dari duduknya dan langsun
Martin sebenarnya sudah tidak ingin terlibat lagi dengan masalah masa lalunya. Terlepas dari Leonardo yang sudah terbunuh, ia sekarang ingin fokus merawat sang Istri yang sedang hamil. Namun, semua itu seketika berubah ketika penghasilan perusahan Leonardo datanya ada yang hilang, tentu saja Martin tidak mau membiarkan hal itu begitu saja.Setelah bawahannya menyelidiki masalah tersebut, perlahan-lahan muncul bukti-bukti yang mengarah kepada Riquelme, di tambah ada Haris juga yang terlibat, menurut pengakuan Celine.Martin pun akhirnya bergerak, mau tidak mau dia harus menghabisi Haris dan Riquelme. Karena merekalah yang kemungkinan menyembunyikan uang tersebut.***Zarko dan Adrian sudah sampai di Vlasir setelah delapan jam perjalanan menggunakan pesawat terbang. Mereka berdua di sambut hangat oleh kenalan Martin yang merupakan kelompok Mafia juga, walau wilayah mereka cukup kecil di Vlasir."Tuan-tuan maaf markas kami berantakan," ucap Hamed Pemimpin Mafia kenalan Martin."Santai sa
Norman dan Sulivan langsung mendekat, mereka berdua tentu penasaran dengan apa yang Adama temukan."Lihatlah ini Paman," Adama menunjukkan data transaksi yang terjadi di bulan yang sama selama dua kali dalam jarak dua bulan.Norman mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan maksud Adama, pasalnya semua data yang di lihatnya semua terasa sama saja.Sulivan menatap Norman, mereka saling bertatapan satu sama lain, tidak mengerti sama sekali apa yang di lihat oleh Adama."Ck, lihatlah data transaksi yang di lakukan setiap bulan dual kali dan berjarak per dua bulan sekali, semua itu mereka lakukan dua tahun belakangan," ucap Adama menjelaskan.Norman langsung melihat data itu kembali. "Astaga, kamu benar dan jumlahnya tidak jauh berbeda, coba kamu cocokkan jumlahnya!" Adama mengangguk mengerti, ia mencocokan semua transaksi tersebut dengan jumlah uang yang menghilang, dan benar saja, hasilnya memang sesuai dengan jumlah yang menghilang."Cih, mereka ternyata pintar juga," gerutu Adama