Iring-iringan mobil Martin sudah masuk ke wilayah perbatasan Souland ketika beberapa jam perjalanan.Martin mendapatkan pesan dari Zarko, pria itu mengepalkan tangannya dan wajahnya menggelap saat mendapatkan pesan tersebut. Ia menghubungi Adama yang sedang berada di Narika bersama Sulivan."Adama, apa semuanya berjalan lancar?" tanya Martin langsung ketika panggilannya di angkat.Adama menjawab di seberang telepon. "Sesuai dengan perkataan Daryl, perusahaan yang kemarin kalian akusisi itu milik Istrinya dan sekarang kami sudah mulai menyerang pusatnya.""Selesaikan secepatnya!" perintah Martin dingin."Ya," jawab Adama singkat di seberang telepon.Martin menutup teleponnya. Mobil sudah mulai memasuki wilayah gunung Soul. Ia menyuruh para bawahannya untuk menyebar agar tidak terlihat oleh Leonardo.Tidak berselang lama, Mobil Martin sampai di kaki gunung Soul, pria itu turun bersama dengan Adrian yang menjadi sopirnya.Martin menatap gunung Soul sambil mengambil rokok di bajunya, ia me
Adrian yang membawa pergi mertua Martin dan kedua keluarga saudaranya, ia tidak bisa berlari begitu cepat, mengingat luka Reinhard dan Matias cukup parah, membuatnya kesulitan berlari."Cukup, tinggalkan kami saja, Sarah!" tegur Reinhard sambil menangis, ia sadar kalau dirinya hanya menjadi beban."Benar kata Kak Reinhard, tinggalkan kami berdua saja," timpal Matias.Istri keduanya menangis terisak, melihat suaminya benar-benar sudah tidak berdaya dan tidak sanggup lagi berlari.Adrian memutar bola mata malas, ia jongkok dihadapan keduanya dan menarik kerahnya. "Dengar baik-baik brengsek! Tuan besar sudah mempertaruhkan nyawa demi kalian! Apa kalian pikir nyawa beliau sepadan dengannya!"Adrian terlihat sangat marah, pria itu jelas kesal. Karena pengorbanan Tuannya seolah tidak di hargai sama sekali.Reinhard dan Matias tidak bisa berkata-kata, mereka hanya bisa menangis dengan Istrinya masing-masing.Adrian menghela napas. "Semua bawahan tuan Besar ada di dekat sini, mereka pasti akan
Suara dentuman teredam dalam tubuh Martin terdengar olehnya. Satu persatu titik Meridian yang terkunci mulai terbuka oleh energi spiritual milik Leonardo yang di alirkan ke dalam tubuh Martin.Hingga pada akhirnya, titik Meridian terakhir terakhir terbuka. Martin langsung membuka matanya, ia mencengkram tangan Leonardo yang menusuk pusat meridiannya.Leonardo menoleh, ia terkejut merasakan kekuatan Martin yang sangat besar. Padahal seharusnya ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya."Kau ...."Martin menyeringai, ia menjauhkan tangan Leonardo dari tubuhnya. Pria itu memelintir tangannya."Terima kasih energi spiritualnya," ucap Martin sambil tersenyum.Leonardo merasakan tangannya akan patah di pelintir keras oleh Martin. Ia menatap tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.Helinsiki langsung menerjang ke Martin dengan cepat, melihat Tuannya tampak butuh bantuan.SwutDuak!Martin terkena tendangan Helinsiki, ia terhempas ke belakang, melepaskan cengkraman tangannya dari Leonardo."Tuan,
Setelah Leonardo berhasil di kalahkan dan ia tewas di tangan Martin sendiri. Seluruh perusahaan Leonardo di Narika langsung di ambil alih oleh Luther Grup. Semua pebisnis yang berada di sana tentu saja terkejut dengan pengalihan nama tiba-tiba tersebut. Namun, setelah semua kebusukan Leonardo selama ini di rilis, semuanya langsung mengerti kenapa perusahan tersebut bisa di alihkan dengan begitu mudah.Pada dasarnya Zagal Grup mengakusisi Luther Grup ketika perusahaan tersebut masih di pegang Kakek Martin. Mereka memaksa Kakek Martin menandatangi dokumen pengalihan nama ketika pria itu sudah sekarat.Sekarang semua pebisnis Narika tahu, jika ternyata Leonardo merupakan dalang menghilangnya kekuasaan keluarga Luther pada saat itu.Semua koneksi Luther Grup yang mendengar tentang kebenaran tersebut, mereka langsung menghubungi Martin untuk kembali menjalin kerjasama dengan Luther Grup. Namun, sayangnya Martin memilah mereka yang akan bergabung dengan perusahaannya agar tidak menimbulkan m
Bersamaan dengan bawahannya tertembak oleh Riquelme. Zarko mengepalkan tangannya marah, tahu kalau bawahannya pasti terbunuh di Breza."Ada apa Zarko?" tanya Adrian yang sedang bersama Zarko."Riquelme ada di Breza, kemungkinan dia sudah membunuh orangku yang ada di sana," jawabnya dingin.Adrian menghela napas berat, ia memijat pangkal hidungnya. "Padahal baru beberapa bulan Tuan hidup normal, apa kau akan melaporkannya?" "Entahlah, koneksi kita di Breza sangatlah sedikit, jikapun pergi ke sana, sama saja kita menyerahkan nyawa, tapi kalau Tuan tahu kebenarannya pasti akan ke sana," ungkapnya bingung."Lebih baik kita diam saja dulu, Nyonya sedang hamil, kalau sampai Tuan pergi, kasihan beliau." Adrian beranjak berdiri, menepuk bahu Zarko meninggalkannya.Zarko hanya mengangguk pelan. Meskipun, sebenarnya ingin pergi ke Breza untuk menuntaskan masalah Tuannya. Akan tetapi ia juga sadar, kalau Newland sedang damai. Tidak mungkin merusak suasana hati Tuannya.***Sementara itu Martin d
Setelah selesai mengunjungi kedai Paman pertamanya. Jessica mengajak Martin untuk jalan-jalan sebentar sebelum pulang."Sebentar lagi aku pasti tidak bisa jalan-jalan seperti ini," ucap Jessica tiba-tiba.Martin tersenyum mendengar ucapan Jessica. "Apa kamu mau, aku bikinkan miniatur Newland di Rumah?" Jessica menatap sang Suami. "Mentang-mentang memiliki segalanya, sekarang kamu mulai angkuh.""Kalau semua itu untuk kamu, kenapa tidak?" jawab Martin santai.Jessica terkikik geli mendengar jawaban sang Suami. Perkataan Martin memang ada benarnya, dulu sewaktu dia tidak memiliki apa-apa, tidak pernah berbicara setinggi itu. Namun, sekarang apa pun yang ia mau, semuanya bisa saja terwujud hanya dengan satu panggilan telepon.Wanita itu merasakan perubahan sang Suami yang signifikan, tentu ia sangat senang akan hal tersebut. Meskipun masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Jessica mengajak Martin ke sebuah Kafe kecik pinggir jalan. Mereka berdua bersantai di sana, memesan minuman.
Martin menghampiri sang Istri yang berlari ke kamar. Pria itu membuka pintu kamar, terlihat Jessica yang sedang duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal.Martin hanya tersenyum melihat sang Istri marah, ia menutup pintu dan mendekati Jessica yang sedang duduk di ranjang. Jessica langsung mengubah posisi duduknya membelakangi Martin saat pria itu duduk di sebelahnya."Apa kamu marah padaku?" tanya Martin.Jessica tidak menjawab, ia diam masih sambil membelakangi sang Suami.Terdengar Martin menghela napas. "Baguslah kalau marah, setidaknya aku tahu kalau kamu cemburu." Pria itu beranjak berdiri, pura-pura untuk meninggalkan Jessica. Seketika Jessica langsung menoleh, melihat Martin akan pergi, wanita itu buka suara. "Apa kamu akan meninggalkan aku begitu saja?" Martin tersenyum, ia pura-pura kembali ke ekspresi biasanya, lantas membalik badan. "Bukankah kalau wanita marah harus di tinggalkan seorang diri dulu?" Jessica menggembung pipinya. "Ih ... kamu jahat se
Haris Harun, salah satu pebisnis yang namanya cukup di kenal. Pria itu sudah tidak asing dengan kelompok Mafia. Karena memang sering terlibat dengan mereka untuk membeli barang-barang ilegal ataupun melakukan transaksi gelap.Haris tinggal di negara Vlasir, berbatasan langsung dengan laut Newland dan Souland. Alasannya menginginkan Celine. Karena gadis penghibur tersebut tidak sengaja mendengarkan pembicaraan transaksi besar yang akan di lakukan pria itu.***Di kediaman Martin berada. Terlihat Jessica sedang berduaan dengan Martin di kolam renang. Wanita itu sedang duduk di pangkuan sang Suami sambil menyuapi buah anggur di mulutnya.Martin menikmati momen tersebut sambil mengusap perut sang Istri yang belum terlihat buncit."Sayang, bagaimana kabar Kak Adama?" tanya Jessica lembut."Baik, kenapa memangnya?" Martin balik bertanya.Jessica mengulas sebuah senyum. "Tidak apa, aku hanya tanya saja, dia sudah lama tidak kelihatan soalnya."Martin memegang dagu sang Istri, pantas mengecupn