Rudeus melesatkan pukulan ke Naza. Namun, Naza juga melakukan hal yang sama.Siluet Naga meraung kearah pukulan Rudeus hingga kedua kepalan tangan keduanya bertemu satu sama lain.Duak!Krak!Ketika pukulan mereka bertemu, terdengar suara retakan tulang dari tangan mereka berdua. Namun, Naza dan Rudeus tidak menarik diri, mereka semakin memperkuat pukulan mereka.Prak! Prak!Tanah tempat mereka berpijak retak, angin berhembus kencang, sedikit merobek pakaian keduanya.Hoek!Rudeus memuntahkan seteguk darah kembali, begitu juga dengan Naza yang terlalu lama menggunakan teknik pernapasan Naga.Mereka berdua sama-sama mengalami luka dalam cukup serius.Krak!Argh!Rudeus berteriak histeris ketika tulang tangannya hancur.SwutDuak!Pukulan pernapasan Naga mengenai telak Rudeus, hingga ia terhempas puluhan meter kebelakang.Uhuk ... uhuk ....Naza bersimpuh ditanah terbatuk-batuk, tenaganya terkuras habis akibat menggunakan teknik terkuatnya yang masih belum sempurna. Ia mendongak menatap
Samuel melesat kearah Sulivan dan Naza. Tinju Brajamusti dengan kedua tangan bertemu dengan dua teknik pernapasan Naga.Duak!Suara benturan keuda pukulan tersebut terdengar cukup keras.Hoek!Naza memuntahkan seteguk darah, mengingat dia sudah mengalami luka dalam cukup serius ketika menghadapi Rudeus.SwutNaza terhempas puluhan meter kebelakang, pria itu berguling-guling ditanah sebelum akhirnya berhenti dan tidak sadarkan diri.Samuel menyeringai, ia menatap Sulivan dengan tatapan hina, ia memperkuat pukulannya, pria tua itu juga terhempas hingga di samping Naza.Sulivan menatap anaknya dengan tidak berdaya, ia mencoba mendekati sang Anak dengan menyeret tubuh ringkih nya. Sepanjang hidup ini pertama kali ia mengalami luka yang cukup serius."Naza," gumamnya lirih sambil menghampiri sang Anak yang sudah tidak sadarkan diri.Samuel berjalan kearah mereka berdua dengan percaya diri, pria itu belum terluka sama sekali, sehingga bertingkah merasa tidak terkalahkan.Suara derap langkah
Naomi yang sedang melawan para bawahan Samuel, ia menoleh ketika mendengar sang Ayah berteriak keras memanggil tuannya. Pria itu menggertakkan gigi ketika melihat sang Ayah dan adiknya terkapar, ditambah tuannya juga tidak sadarkan diri.Naomi langsung marah, ia dengan cepat membunuh para bawahan Samuel kemudian bergegas untuk menyelamatkan mereka.Sementara itu tiga bawahan terkuat Rudeus yang sedang berhadapan dengan bawahan Sulivan dan Martin, mereka juga menoleh kearah Sulivan, melihat Rudeus dan Samuel sudah terkapar tewas, ketiganya seketika menelan ludah, mereka memberi kode satu sama lain langsung pergi dari tempat tersebut meninggalkan anak buah Samuel yang tersisa begitu saja.Mereka bertiga menyadari tidak bisa menang jika dilanjutkan, mengingat dua orang terkuat dikelompok mereka saja sudah tewas, padahal Rudeus dan Samuel merupakan bawahan tingkat atas Leonardo."Ayah!" Naomi menghampiri Sulivan, memapahnya untuk duduk."Naomi, selamatkan tuan terlebih dahulu, bawa dua mas
Mobil yang dinaiki Norman berjalan sangat cepat, bahkan pria itu menelepon polisi Newland untuk mengawalnya agar tidak ada yang menghambatnya di jalan.Daryl yang berada satu mobil dengan Norman berkeringat dingin, wajahnya memucat melihat laju mobil sangat cepat, hingga saking ketakutannya, pria itu kemudian memejamkan mata sambil berdoa dalam hati agar selamat sampai tujuan.Bagi para Mafia, dalam kondisi genting hidup dan mati sudah biasa. Mengendarai mobil dengan kecepatan penuh terbiasa bagi mereka ketika dalam pelarian atau mengejar musuh. Berbeda dengan Daryl yang hanya seorang karyawan perusahan, tentu hal tersebut membuat pria itu memiliki pengalaman baru, bagaimana rasanya ikut dengan kelompok Mafia.Sementara Norman masih dalam perjalanan ke Mansion Dreams tempat Martin tinggal sekarang bersama sang Istri. Di kamar Martin, pria itu sedang dibersihkan tubuhnya oleh Jessica setelah semua jarum akupuntur di cabut.Jesica membasuh tubuh Martin dengan telaten, ia tampak begitu pe
Malam hari di Mansion Dreams. Martin mengerjapkan matanya, pria itu merasakan tubuhnya terasa sakit semua. Ia sedikit mengatupkan rahang untuk menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya tersebut.Pandangan mata Martin mengedar ke segala arah, saat tahu itu kamarnya, ia menghela napas lega. Ketika akan mengangkat tangan kanannya terasa berat, membuat pria itu reflek menoleh.Martin tersenyum saat melihat sang Istri terlelap sambil duduk di samping ranjang dengan beralaskan tangan kanannya. Ia menggunakan tangan kiri untuk mengusap puncak kepala Jesica dengan lembut."Sayang bangun," tegurnya lembut dengan suara parau.Jesica yang merasakan sentuhan tangan Martin, mata wanita itu mengerjap, ia langsung reflek menatap Martin, walau belum sepenuhnya terasadar. Namun, ketika melihat sang suami sudah siuman ia langsung tersadar sepenuhnya."Sayang, kamu sudah bangun," ucapnya langsung memeluk Martin.Martin tersenyum, ia juga balas memeluk sang Istri sambil mengusap punggungnya dengan lembut.Je
Ke esokan harinya di Mansion Dreams. Martin terbangun dari tidurnya, saat melihat ke samping sang Istri sudah tidak ada di sana. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, menandakan kalau Jesica sedang berada di sana.Martin hany tersenyum, pria itu beranjak dari berbaring, duduk bersandar di ranjang, mengulurkan tangan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Sambil menunggu sang Istri selesai mandi, pria itu bermain game kesukaannya.Tidak berselang lama Jesica keluar dari kamar mandi, wanita itu melihat sang Suami yang sudah terbangun mendekatinya."Pagi sayang," sapa Jesica seraya mengecup bibir sang Suami.Martin tersenyum simpul saat Jesica melakukan hal tersebut kemudian menjawab. "Pagi juga sayang.""Mandi dulu sana, nanti kita sarapan bareng," ucap wanita itu lembut.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, aku pengennya di mandikan," jawab pria itu sambil tersenyum memegang dagu sang Istri.Jesica menurunkan tangan Martin dengan lembut. "Jangan seperti an
Air mata Jesica menetes membasahi pipi dan tangannya yang digunakan untuk menutupi mulut, seketika membuat Martin terkejut."Astaga, kamu kenapa, sayang? Mana yang sakit?" tanya sang Suami khawatir sambil meletakan roti yang sedang ia makan, menghapus air matanya.Bukannya menjawab Jesica langsung menghambur ke pelukan sang Suami, tangisnya pecah seketika.Norman dan Xiawei tentu saja terkejut saat tiba-tiba Jesica menangis terisak seperti itu. Mereka berdua tidak tahu apa yang terjadi pada wanita yang telah menjadi Istri Martin tersebut."Hei, kamu kenapa?" tanya Martin lembut sambil mengusap punggung sang Istri.Jesica tidak menjawab sama sekali, wanita itu hanya memeluk erat sang suami, masih menangis terisak.Jelas saja hal tersebut membuat Martin semakin bingung, akhirnya ia hanya diam, membiarkan sang Istri menangis di pelukannya.Setelah beberapa saat, akhirnya Jesica sudah sedikit tenang. Martin melepaskan pelukan sang Istri, menghapus air matanya yang membasahi pipi dengan ked
Ekspresi Martin dan Norman yang tadinya santai berubah ketika mendengar kebenaran tentang kemungkinan adanya tambang emas di Newland dan Souland.Mereka berdua langsung duduk dengan tegap mencondongkan tubuh mereka ke depan, menatap Daryl dengan serius."Apa kamu yakin dengan ini?" tanya Martin memastikan.Daryl menganggukkan kepalanya pelan. "Saya sangat yakin tuan.""Dimana lokasinya?" tanya Norman penasaran."Perbatasan Newland dan Souland, dekat dengan gunung Soul," jawab Daryl yakin.Martin mengerutkan keningnya. "Apa kamu yakin? Gunung Soul masih aktif, jikapun ada tambang emas di sana, apa itu tidak berbahaya?" Daryl menghela napas tidak berdaya. "Tuan, orang seperti Leonardo tidak akan peduli dengan apa pun, asalkan bisa semakin memperkaya dirinya dia tidak peduli dengan segala resiko yang didapat."Awalnya Martin sangat antusias ketika mendengar tambang emas tersebut. Namun, ketika mendengar wilayahnya berada dekat dengan gunung Soul, ia jelas tidak ingin mengambil resiko mem