Beranda / Rumah Tangga / Menantu Terbuang dipinang Sultan / bab 3 Terpaksa pindah ke rumah mertua

Share

bab 3 Terpaksa pindah ke rumah mertua

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 21:48:58

"Bu, kenapa ibu gendut itu melempar barang kita keluar? Itu kan rumah kita," Kania menatapku sambil berlinang airmata.

"Itu bukan rumah kita, Nia. Ayok bantu ibu beresin ini semua," jawabku pelan. Sakit rasanya diusir seperti binatang seperti sekarang ini. Apalagi kalau melihat Kania memeluk boneka berbi kesayangannya sambil terus terisak, "Setelah ini kita mau tidur dimana, Bu?"

"Kita akan ke rumah nenek," jawabku pasti. Meskipun aku sendiri nggak yakin mertuaku itu mau menerima kehadiranku dan Kania atau tidak.

"Tapi nenek galak sama nia, Bu!" Kania menundukkan kepalanya. Raut sedih makin tergambar jelas di wajah cantiknya.

"Insyaallah nenek sayang kok sama Nia. Nia hanya perlu menuruti apa kata nenek nanti ya!" aku berusaha membesarkan hati Kania, meskipun hati kecilku menjerit. Aku sadar, ucapanku hanya penghibur keraguan. Bahkan dari pertama aku menjadi menantu di keluarga itu, tak sedikitpun ibu mertua memperlakukanku dengan baik.

Menjelang magrib semua barang-barang ku selesai dikemas. Aku melaksanakan solat magrib di mushola tak jauh dari situ. Alhamdulillah, pak ustadz yang menjadi imam di mushola menawarkan bantuan menggunakan mobil pick up miliknya.

"Bu, kalau melihat Mas Roni pulang tolong bilangin saya pindah ke rumah orangtuanya, ya." pesanku pada salah satu tetangga kontrakan. Biarlah aku menitipkan pesan kepada orang lain, karena berapa kali dihubungi nomor Mas Roni tidak aktif.

Butuh sepuluh menit akhirnya mobil pickup yang mengantar aku dan Kania tiba di halaman rumah mertua. Terdengar tawa berderai dari dalam rumah. Sepertinya mereka sedang kumpul-kumpul. Tapi anehnya tak ada satu orangpun yang keluar menghampiri kami, mungkin suara mobil pick up ini kurang terdengar mereka yang sedang diliputi kebahagiaan.

"Terimakasih bantuannya, Pak Ustadz," aku tak enak hati saat pak ustadz membantuku menurunkan semua barang dan menaruhnya di teras.

"Sama-sama, Mbak Laras. Saya pamit pulang ya, semoga Mbak Laras dan keluarga senantiasa ada dalam lindungan Allah SWT," jawab pak ustadz ramah.

Aku tersenyum melihat kepergian mobil pickup dariku. Ku mantapkan hati menuntun Kania mengetuk pintu rumah.

"Assalamualaikum," aku mengucap salam dengan keras karena ketukan pintu tak ada yang menghiraukan.

"Aneh, masa mereka tak mendengar aku sama sekali," gumamku. Perlahan ku putar gagang pintu, dan ceklek, ternyata mereka tak mengunci pintu rumah.

Suara tawa dari dalam makin jelas terdengar. Bahkan aku mendengar suara tawa mas Roni disini.

"Laras? Ngapain kamu kesini?" Ibu mertua menatap kami nggak suka.

"Aku mencari suamiku," jawabku menahan kecewa di hati. Apalagi saat melihat mereka tengah menikmati aneka hidangan yang lezat beraneka ragam.

"Mencari suami? Istri macam kamu yang nggak pernah ngasih makan yang layak untuk suami masih pantas mencari keberadaan suami? Heh, Laras! Kalau nggak be cus ngelayani anakku ngomong dong! Biar aku suruh si Roni kaw1n lagi sama wanita lain yang bisa melayaninya dengan baik!"

"Daripada punya istri kayak kamu. Lagak aja guru, tapi memperlakukan suami begitu. Membiarkan suami kel4p4ran memangnya pantas, hah?" dada Ibu mertua naik turun saat memarahi aku.

"Tapi, Bu. Bagaimana Laras mau nyiapin makanan, vang buat beli beras aja nggak ada. Ibu tau sendiri kan kalau Mas Roni nggak kerja," jawabku pelan, berusaha menghargai beliau.

"Itu urusanmu, Laras! Siapa suruh menikah dengan Roni. Lagian kalau kamu pandai menyenangkan hati Roni, pasti dia mau kok kerja keras buat kamu dan Kania," Ibu mertua menjawab sengit.

"Cepat pulang sekarang ke kontrakan bu tutmu! Merusak suasana aja," sungut ibu mertua lagi.

"Jangan nangis disini!" Ibu mertua malah menunjuk Kania yang meneteskan airmata ketakutan. Sementara Mas Roni bersikap cuek menyantap makanan di depannya tanpa menoleh ke arah Kania, putrinya.

"Mas, kalaupun kamu nggak menganggap aku, seenggaknya lihat Kania!" aku meninggikan suaraku karena emosi.

"Maaf, Bu! Aku dan Kania tidak bisa pulang ke kontrakan kami lagi. Karena kami di vsir dari sana. Dan satu-satunya tempat berteduh sekarang hanya rumah ini, karena bagaimanapun aku masih istri sah dari Mas Roni," ujarku berapi-api.

"Kalian divsir?" Mas Roni akhirnya mau melihat ke arah kami.

"Iya, Mas! Puas kamu, andai saja vang setoran kontrakan nggak kamu ambil, saat ini aku dan Kania masih bertahan disana," jawabku lantang.

"Memangnya berapa u4ng yang Roni ambil, Laras? B3lagu sekali kamu. Berapa cepat katakan? Biar aku ganti dua kali lipat!" Ibu mertuaku kembali tak terima.

"Tiga r4tus ribu," jawabku.

"Tiga r4tus ribu kamu permasalahkan? Kirain vang berapa jut4 gitu! Dasar wanita pelit sama suami," Ibu mertua mencebik.

"Sudahlah, Bu! Jangan berdebat terus. Malu sama tetangga. Biarkan mereka tinggal disini, toh mereka istri dan anakku juga," Mas Roni berkata lembut kepada ibunya.

"Terserah kamu deh, Ron! Tapi ingat, jangan tempatin kamar kamu dulu. Biarkan Laras dan Kania tidur di kamar belakang," Ibu mertua mendengus kesal.

"Astaghfirullah," aku menguatkan diri mendengar perkataan wanita yang jadi mertuaku itu. Tak ada pilihan untuk saat ini, biarlah aku menempati gudang asalkan ada tempat buat Kania berteduh.

"Dengar ya Laras! Jangan ada bantahan lagi. Sudah untung aku mau menampung kalian disini. Cepat bawa barang-barang mu kedalam!" Ibu mertua berlalu ke dalam kamar diikuti ayah mertua dan ipar.

Aku dibantu Mas Roni membawa barang-barang kami ke kamar paling ujung. Untungnya kamar ini kosong meskipun pengap dan berbau. Hanya butuh sapu dan pel, dalam sekejap kamar yang disebut gudang ini bersih kembali.

Aku pun mengajak Kania untuk tidur. Nggak tega lihatnya dari tadi menahan kantuk karena kelelahan.

Sementara Mas Roni memilih tidur di kamarnya dulu. Tanpa mempedulikan aku dan Kania. Aku sendiri tak mempermasalahkan itu, karena jujur aku juga sudah lelah menghadapi sikapnya. Aku memilih mengunci pintu lalu merebahkan tubuh disamping Kania. Biarlah membereskan barang yang lain aku kerjakan esok hari.

Bab terkait

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 4 Perlakuan Buruk Ibu mertua

    Suara kokok ayam dini hari membangunkanku dari mimpi. Aku menoleh kesamping, menatap wajah polos Kania yang terlelap. Ku usap kepalanya penuh cinta, lalu ku kecup sambil melapazkan do'a untuknya.Aku menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamarku. Aku ambil air wudhu, lalu dengan khusyuk aku memohon pertolongan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Alloh SWT. Aku adukan semua kerisauan hati dan beban yang terasa berat ini hanya kepadaNya. Dalam kondisi seperti ini, aku hanya memiliki Dia, Sang Pemberi Kehidupan. Tak ada sanak saudara di kota ini. Bahkan kedua orangtuaku di kampung sudah meninggal tak lama setelah aku menikah dengan Mas Roni.Menunggu waktu subuh, aku mulai membereskan sebagian barang-barangku. Hingga terdengar adzan subuh berkumandang, pekerjaanku separuhnya selesai.Aku membangunkan Kania untuk sholat subuh berjamaah. Meskipun Kania masih kecil, bukan alasan bagiku untuk tidak melatih kedisiplinan kepadanya. Apalagi dalam hal ibadah. "Hari ini sekolahnya libur dulu, ibu su

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 5 Suami pamit kerja

    Akhirnya dengan berat hati, keesokan paginya aku menatap kepergian Mas Roni dengan untaian do'a. Begitu pun Mas Roni, berkali-kali dia mencium kepala Kania seakan sangat berat berpisah darinya."Sudah dong, Kania. Jangan nangis terus! Kapan ayahmu berangkat bekerja kalau begini terus," Ibu mertua mendecih sebal.Kania yang memang takut kepada ibu, memilih bersembunyi di belakang ku. "Ayah pergi dulu ya, Nia. Jadi anak yang baik, nurut sama ibu dan nenek," ujar Mas Roni kembali mencium Kania. Ia menyelipkan uang selembar merah di saku Kania. "Mas pergi dulu, ya! Jaga diri baik-baik. Insyaallah setiap gajian mas akan kirim untuk kebutuhan kalian berdua," Mas Roni mengecup keningku mesra. Ada debaran halus ketika mendapat perlakuan yang sangat jarang aku dapatkan itu. Ah, semoga saja suamiku beneran berubah. Aamiin."Nggak usah mesra-mesraan juga kali. Cepetan berangkat keburu siang!" Ibu mertua nampak nggak suka. Mas Roni melambaikan tangannya ke arah kami sampai mobil menghilang d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 6 Perlakuan Buruk Mertua

    Satu bulan sudah setelah Mas Roni pamit bekerja di Jakarta. Berbagai perlakuan buruk pun aku terima dari mertua dan juga iparku. Begitu pun dengan Kania, putriku tak sedikitpun menerima kasih sayang di rumah besar ini. "Ibu, kapan ayah pulang?" tanya Kania saat kami pulang dari sekolah. "Ibu juga nggak tau, Nak! Nanti kita telpon ayah di rumah ya!" ucapku menghibur Kania. "Janji ya, Bu!" "Iya, Nia," aku berusaha meyakinkan Kania. "Horeee, makasih Bu!" Kania memelukku erat. Aku hanya tersenyum kecut mengingat jarangnya Mas Roni menelpon kami. Menanyakan keberadaan Kania pun sangat jarang."Apa aku coba telpon Mas Roni sekarang aja ya? Ini baru jam setengah satu. Harusnya mas Roni masih istirahat," aku bergumam sendirian.Akhirnya, aku menepikan sepedaku terlebih dahulu. Mengajak Kania duduk di pos ronda. Mencoba menghubungi suamiku, ayah yang dirindukan Kania."Halo," suara mas Roni di seberang sana."Halo, Ayah. Ini Kania, ayah kapan pulang? Nia kangen sama ayah." Rengek putriku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 7 Reaksi Ibu mertua dan Ipar

    "Apa? Ngontrak? Punya uang darimana kamu?" Ibu mertua marah mendengar keinginanku ngontrak."Dia bisnis kali, Bu!" terdengar Mas Heri menengahi."Bisnis apa yang menghasilkan duit cepat dan banyak, Mas?" Mbak Indri mengedipkan matanya pada ibu."Oh, ibu ngerti. Jadi kamu selama sebulan ini pamit kerja itu ju al diri, ya? Wah, nggak nyangka. Ada juga yang tertarik sama kamu hingga pakai jasamu! Memangnya berapa ta rif mu sekali main?" Ibu mertua langsung menghakimi. Sementara mbak Indri tertawa puas."Astaghfirullah, Bu. Aku masih punya harga diri, aku masih punya iman. Aku selama ini bekerja dari rumah ke rumah. Bukan ju al diri!" aku berdiri tak terima dengan tuduhan hina ini."Alah, kalau benar kerja begitu. Ngapain pingin ngontrak segala?" Ibu masih tidak percaya."Aku nggak mau merepotkan ibu dengan menumpang disini." Jawabku masih berusaha untuk tidak menyinggung perasaan ibu mertua."Dengar ya, Laras. Kamu boleh keluar dari rumah ini setelah melunasi sewa kos kamu bulan lalu sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 8 Barang-barang yang mencurigakan

    Dua bulan sudah aku tinggal di rumah mertua. Selama ini pula aku terus membesarkan hati Kania agar tidak menjadi rendah diri dan pesimis. Kania ku harus menjadi wanita yang tangguh dan mandiri nantinya. Ajakan tak pantas dari Mas Heri pun kerap aku dapatkan. Namun, rupanya Alloh SWT masih sayang kepadaku. Berbagai upaya Mas Heri selalu gagal dan tak berkutik jika berhadapan dengan istri maupun ibunya."Mas Roni, kapan kamu akan kembali?" bisikku pelan dikeheningan malam. Hanya malam yang membuat aku tenang. Tenang mengadukan semuanya kepada Dia, Sang Pencipta. Dari sanalah kekuatanku untuk terus bertahan dan berjuang demi Kania seorang selalu terpupuk kuat.Begitu pun dengan kesabaranku. Demi baktiku sama suami, aku mencoba bertahan sampai sekarang di rumah ini. Menunggu keputusan bersama suami."Laras! Bangun!" Suara Ibu mertua membuatku kaget. Tumben beliau memanggil namaku dini hari begini. "Bantu Ibu bawa barang-barang masuk ke dalam rumah, cepat!" teriaknya."Barang-barang?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 9 Siksaan dari Ibu mertua

    "Jam berapa akadnya dilaksanakan? Nanti ibu bersama kakakmu akan menyesuaikan kedatangan kami kesana agar tak malu-maluin,""Baju seragam keluarga yang kamu kirim udah sampai. Tinggal Indri yang belum mencobanya. Hanya saja, masa besanan sama orang kaya kita datang nggak pake mobil,""Nah gitu dong, baru namanya anak ibu. Kalau kamu udah transfer uangnya ibu mau cari mobilnya sekarang juga," Ibu mertua entah dengan siapa ber telpon ria. Kelihatannya bahagia sekali.Aih, kenapa aku jadi nguping begini? Gara-gara Mas Roni nggak bisa di telpon sih. Kukira masalah sinyal sampe aku harus mengendap-endap kayak kucing mau nyuri ikan. Eh, taunya emang ganti nomor dia. Ngeselin banget emang. Mana dengar omongan ibu mertua di telpon bikin jiwa detektif aku meronta-ronta. Untuk menghilangkan penat, aku keluar dari rumah. Mumpung Kania lagi tidur siang. Jadi bisa kutinggalkan barang sejenak. Sengaja aku pilih jalan belakang, agar tak kena teguran atau makian dari ibu dan ipar."Hey Bu ibu dengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 10 Oleh oleh Madu

    "Bu, keluarkan kami dari sini!" aku berteriak sekencang mungkin sambil menggedor pintu keras. "Ibu, sudahlah jangan bicara sama mereka lagi. Mereka bukan keluarga kita, Bu. Mulai sekarang Ibu jangan hormati mereka lagi," Kania menatapku tajam. Sorot matanya tergambar kebencian untuk ibu mertua. "Janji ya, Bu. Mulai sekarang hanya ada kita berdua," putriku memelukku erat. Airmatanya mengalir hangat terasa. Ya Allah, anak sekecil ini saja sudah bisa merasakan sakit hati. Bahkan mungkin trauma yang akan dia bawa seumur hidupnya nanti. "Iya, Nak. Mulai saat ini, hanya ada kita berdua," jawabku mengecup pipi Kania penuh kasih. Begitu juga Kania, dengan telaten dia mengelus semua luka lebam di wajah dan tubuhku akibat pukulan ibu mertua. "Nia sayang Ibu," putriku merebahkan kepalanya di pangkuanku. Kembali aku menitikkan airmata. Bukan karena perlakuan mertua yang kejam, tapi memikirkan hati Kania yang harus tersakiti di usia sekecil ini. "Ayok, Indri, kita selesaikan persiapan nika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 1 Ayam goreng untuk putriku

    "Kok makanannya cuma diaduk gitu, Nak?" aku melirik ke arah Kania putri satu-satunya,"Nia pingin makan dengan ayam goreng, Bu!" wajah cantiknya berubah sendu,"Pagi begini mana ada ayam goreng, Nak! Ibu belum sempat belanja!" jawabku menghiburnya,"Tuh... Mamanya ridho sempat kok belanja, Bu! Wanginya aja tercium enak sekali, apalagi rasanya!" Kania menelan air liurnya.Mendengar ocehan putriku hati ini mencelos seketika. Dengan mengusap sudut mata ini aku mendekati Kania sambil mengelus pucuk kepalanya lembut."Mungkin mamanya Ridho beli ayamnya kemarin sore, Nak! Sekarang Nia habiskan dulu makannya! Ibu janji kalau gajian nanti Ibu akan belikan Nia ayam yang banyak!" ucapku menahan getir berusaha tersenyum,"Hore! Janji ya, Bu! Nia udah bosan makan cuma dengan sambal atau garam," celoteh riang putriku sukses membuat ulu hati ini berdenyut nyeri.Ini memang akhir bulan, tak ada sedikitpun uang di dompetku. Mas Roni suamiku masih berselimut mimpi di kamar. Tak sedikitpun rasa risau p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 10 Oleh oleh Madu

    "Bu, keluarkan kami dari sini!" aku berteriak sekencang mungkin sambil menggedor pintu keras. "Ibu, sudahlah jangan bicara sama mereka lagi. Mereka bukan keluarga kita, Bu. Mulai sekarang Ibu jangan hormati mereka lagi," Kania menatapku tajam. Sorot matanya tergambar kebencian untuk ibu mertua. "Janji ya, Bu. Mulai sekarang hanya ada kita berdua," putriku memelukku erat. Airmatanya mengalir hangat terasa. Ya Allah, anak sekecil ini saja sudah bisa merasakan sakit hati. Bahkan mungkin trauma yang akan dia bawa seumur hidupnya nanti. "Iya, Nak. Mulai saat ini, hanya ada kita berdua," jawabku mengecup pipi Kania penuh kasih. Begitu juga Kania, dengan telaten dia mengelus semua luka lebam di wajah dan tubuhku akibat pukulan ibu mertua. "Nia sayang Ibu," putriku merebahkan kepalanya di pangkuanku. Kembali aku menitikkan airmata. Bukan karena perlakuan mertua yang kejam, tapi memikirkan hati Kania yang harus tersakiti di usia sekecil ini. "Ayok, Indri, kita selesaikan persiapan nika

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 9 Siksaan dari Ibu mertua

    "Jam berapa akadnya dilaksanakan? Nanti ibu bersama kakakmu akan menyesuaikan kedatangan kami kesana agar tak malu-maluin,""Baju seragam keluarga yang kamu kirim udah sampai. Tinggal Indri yang belum mencobanya. Hanya saja, masa besanan sama orang kaya kita datang nggak pake mobil,""Nah gitu dong, baru namanya anak ibu. Kalau kamu udah transfer uangnya ibu mau cari mobilnya sekarang juga," Ibu mertua entah dengan siapa ber telpon ria. Kelihatannya bahagia sekali.Aih, kenapa aku jadi nguping begini? Gara-gara Mas Roni nggak bisa di telpon sih. Kukira masalah sinyal sampe aku harus mengendap-endap kayak kucing mau nyuri ikan. Eh, taunya emang ganti nomor dia. Ngeselin banget emang. Mana dengar omongan ibu mertua di telpon bikin jiwa detektif aku meronta-ronta. Untuk menghilangkan penat, aku keluar dari rumah. Mumpung Kania lagi tidur siang. Jadi bisa kutinggalkan barang sejenak. Sengaja aku pilih jalan belakang, agar tak kena teguran atau makian dari ibu dan ipar."Hey Bu ibu dengar

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 8 Barang-barang yang mencurigakan

    Dua bulan sudah aku tinggal di rumah mertua. Selama ini pula aku terus membesarkan hati Kania agar tidak menjadi rendah diri dan pesimis. Kania ku harus menjadi wanita yang tangguh dan mandiri nantinya. Ajakan tak pantas dari Mas Heri pun kerap aku dapatkan. Namun, rupanya Alloh SWT masih sayang kepadaku. Berbagai upaya Mas Heri selalu gagal dan tak berkutik jika berhadapan dengan istri maupun ibunya."Mas Roni, kapan kamu akan kembali?" bisikku pelan dikeheningan malam. Hanya malam yang membuat aku tenang. Tenang mengadukan semuanya kepada Dia, Sang Pencipta. Dari sanalah kekuatanku untuk terus bertahan dan berjuang demi Kania seorang selalu terpupuk kuat.Begitu pun dengan kesabaranku. Demi baktiku sama suami, aku mencoba bertahan sampai sekarang di rumah ini. Menunggu keputusan bersama suami."Laras! Bangun!" Suara Ibu mertua membuatku kaget. Tumben beliau memanggil namaku dini hari begini. "Bantu Ibu bawa barang-barang masuk ke dalam rumah, cepat!" teriaknya."Barang-barang?

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 7 Reaksi Ibu mertua dan Ipar

    "Apa? Ngontrak? Punya uang darimana kamu?" Ibu mertua marah mendengar keinginanku ngontrak."Dia bisnis kali, Bu!" terdengar Mas Heri menengahi."Bisnis apa yang menghasilkan duit cepat dan banyak, Mas?" Mbak Indri mengedipkan matanya pada ibu."Oh, ibu ngerti. Jadi kamu selama sebulan ini pamit kerja itu ju al diri, ya? Wah, nggak nyangka. Ada juga yang tertarik sama kamu hingga pakai jasamu! Memangnya berapa ta rif mu sekali main?" Ibu mertua langsung menghakimi. Sementara mbak Indri tertawa puas."Astaghfirullah, Bu. Aku masih punya harga diri, aku masih punya iman. Aku selama ini bekerja dari rumah ke rumah. Bukan ju al diri!" aku berdiri tak terima dengan tuduhan hina ini."Alah, kalau benar kerja begitu. Ngapain pingin ngontrak segala?" Ibu masih tidak percaya."Aku nggak mau merepotkan ibu dengan menumpang disini." Jawabku masih berusaha untuk tidak menyinggung perasaan ibu mertua."Dengar ya, Laras. Kamu boleh keluar dari rumah ini setelah melunasi sewa kos kamu bulan lalu sam

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 6 Perlakuan Buruk Mertua

    Satu bulan sudah setelah Mas Roni pamit bekerja di Jakarta. Berbagai perlakuan buruk pun aku terima dari mertua dan juga iparku. Begitu pun dengan Kania, putriku tak sedikitpun menerima kasih sayang di rumah besar ini. "Ibu, kapan ayah pulang?" tanya Kania saat kami pulang dari sekolah. "Ibu juga nggak tau, Nak! Nanti kita telpon ayah di rumah ya!" ucapku menghibur Kania. "Janji ya, Bu!" "Iya, Nia," aku berusaha meyakinkan Kania. "Horeee, makasih Bu!" Kania memelukku erat. Aku hanya tersenyum kecut mengingat jarangnya Mas Roni menelpon kami. Menanyakan keberadaan Kania pun sangat jarang."Apa aku coba telpon Mas Roni sekarang aja ya? Ini baru jam setengah satu. Harusnya mas Roni masih istirahat," aku bergumam sendirian.Akhirnya, aku menepikan sepedaku terlebih dahulu. Mengajak Kania duduk di pos ronda. Mencoba menghubungi suamiku, ayah yang dirindukan Kania."Halo," suara mas Roni di seberang sana."Halo, Ayah. Ini Kania, ayah kapan pulang? Nia kangen sama ayah." Rengek putriku

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 5 Suami pamit kerja

    Akhirnya dengan berat hati, keesokan paginya aku menatap kepergian Mas Roni dengan untaian do'a. Begitu pun Mas Roni, berkali-kali dia mencium kepala Kania seakan sangat berat berpisah darinya."Sudah dong, Kania. Jangan nangis terus! Kapan ayahmu berangkat bekerja kalau begini terus," Ibu mertua mendecih sebal.Kania yang memang takut kepada ibu, memilih bersembunyi di belakang ku. "Ayah pergi dulu ya, Nia. Jadi anak yang baik, nurut sama ibu dan nenek," ujar Mas Roni kembali mencium Kania. Ia menyelipkan uang selembar merah di saku Kania. "Mas pergi dulu, ya! Jaga diri baik-baik. Insyaallah setiap gajian mas akan kirim untuk kebutuhan kalian berdua," Mas Roni mengecup keningku mesra. Ada debaran halus ketika mendapat perlakuan yang sangat jarang aku dapatkan itu. Ah, semoga saja suamiku beneran berubah. Aamiin."Nggak usah mesra-mesraan juga kali. Cepetan berangkat keburu siang!" Ibu mertua nampak nggak suka. Mas Roni melambaikan tangannya ke arah kami sampai mobil menghilang d

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 4 Perlakuan Buruk Ibu mertua

    Suara kokok ayam dini hari membangunkanku dari mimpi. Aku menoleh kesamping, menatap wajah polos Kania yang terlelap. Ku usap kepalanya penuh cinta, lalu ku kecup sambil melapazkan do'a untuknya.Aku menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamarku. Aku ambil air wudhu, lalu dengan khusyuk aku memohon pertolongan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Alloh SWT. Aku adukan semua kerisauan hati dan beban yang terasa berat ini hanya kepadaNya. Dalam kondisi seperti ini, aku hanya memiliki Dia, Sang Pemberi Kehidupan. Tak ada sanak saudara di kota ini. Bahkan kedua orangtuaku di kampung sudah meninggal tak lama setelah aku menikah dengan Mas Roni.Menunggu waktu subuh, aku mulai membereskan sebagian barang-barangku. Hingga terdengar adzan subuh berkumandang, pekerjaanku separuhnya selesai.Aku membangunkan Kania untuk sholat subuh berjamaah. Meskipun Kania masih kecil, bukan alasan bagiku untuk tidak melatih kedisiplinan kepadanya. Apalagi dalam hal ibadah. "Hari ini sekolahnya libur dulu, ibu su

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   bab 3 Terpaksa pindah ke rumah mertua

    "Bu, kenapa ibu gendut itu melempar barang kita keluar? Itu kan rumah kita," Kania menatapku sambil berlinang airmata. "Itu bukan rumah kita, Nia. Ayok bantu ibu beresin ini semua," jawabku pelan. Sakit rasanya diusir seperti binatang seperti sekarang ini. Apalagi kalau melihat Kania memeluk boneka berbi kesayangannya sambil terus terisak, "Setelah ini kita mau tidur dimana, Bu?" "Kita akan ke rumah nenek," jawabku pasti. Meskipun aku sendiri nggak yakin mertuaku itu mau menerima kehadiranku dan Kania atau tidak."Tapi nenek galak sama nia, Bu!" Kania menundukkan kepalanya. Raut sedih makin tergambar jelas di wajah cantiknya."Insyaallah nenek sayang kok sama Nia. Nia hanya perlu menuruti apa kata nenek nanti ya!" aku berusaha membesarkan hati Kania, meskipun hati kecilku menjerit. Aku sadar, ucapanku hanya penghibur keraguan. Bahkan dari pertama aku menjadi menantu di keluarga itu, tak sedikitpun ibu mertua memperlakukanku dengan baik.Menjelang magrib semua barang-barang ku selesa

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   bab 2 Terusir dari kontrakan

    Aku terpaku menatap kepergian Bu Laras. Airmata yang sedari tadi ku tahan, akhirnya mengalir begitu saja.'Bagaimana aku bertahan hidup tanpa uang sepeserpun sekarang?' pikiranku dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak ada jawabnya."Ibu kenapa menangis? Bukannya tadi bilang mau masak ayam untuk nia?" Kania putriku menarik ujung baju yang bahkan belum sempat aku ganti.Dengan terpaksa, aku memberikan senyuman untuk putriku, "sebentar ibu ganti baju dulu ya! Abis itu kita masak sama-sama." Tanpa menunggu jawaban Kania, aku berlalu ke dalam kamar. Mengganti baju dinas ku dengan daster lusuh yang entah sudah berapa tahun nggak pernah ganti.Menatap diri di cermin sambil menghapus airmata yang kembali mengalir deras. Mencoba menguatkan hati demi Kania seorang.Aku segera menuju dapur yang hanya dipisah oleh sekat tipis dari triplek bekas. Segera ku racik bumbu untuk ayam goreng. Tak lupa juga aku menanak nasi satu liter. Hari ini biarlah aku memasak lebih banyak, biar Kania bisa nambah ber

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status