Home / Rumah Tangga / Menantu Terbuang dipinang Sultan / Bab 4 Perlakuan Buruk Ibu mertua

Share

Bab 4 Perlakuan Buruk Ibu mertua

last update Last Updated: 2025-01-06 21:50:49

Suara kokok ayam dini hari membangunkanku dari mimpi. Aku menoleh kesamping, menatap wajah polos Kania yang terlelap. Ku usap kepalanya penuh cinta, lalu ku kecup sambil melapazkan do'a untuknya.

Aku menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamarku. Aku ambil air wudhu, lalu dengan khusyuk aku memohon pertolongan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Alloh SWT. Aku adukan semua kerisauan hati dan beban yang terasa berat ini hanya kepadaNya.

Dalam kondisi seperti ini, aku hanya memiliki Dia, Sang Pemberi Kehidupan. Tak ada sanak saudara di kota ini. Bahkan kedua orangtuaku di kampung sudah meninggal tak lama setelah aku menikah dengan Mas Roni.

Menunggu waktu subuh, aku mulai membereskan sebagian barang-barangku. Hingga terdengar adzan subuh berkumandang, pekerjaanku separuhnya selesai.

Aku membangunkan Kania untuk sholat subuh berjamaah. Meskipun Kania masih kecil, bukan alasan bagiku untuk tidak melatih kedisiplinan kepadanya. Apalagi dalam hal ibadah.

"Hari ini sekolahnya libur dulu, ibu sudah meminta izin kepada pihak sekolah," ucapku saat melipat mukena. Kania hanya mengangguk kemudian berbaring di kasur. Biarlah mungkin anak itu masih kelelahan karena membantu membereskan barang kemarin sore.

Aku memakai magicom untuk menghangatkan nasi dan merebus air minum untuk Kania. Tak lupa sisa ayam goreng aku panaskan disana.

Setelah kebutuhan minum dan makan kami berdua siap, aku menuju dapur untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Hal biasa yang aku lakukan ketika dulu diboyong ke rumah mertua.

"Bagus kalau kamu sadar posisi kamu yang numpang, Laras. Cepat antarkan kopi dan teh hangat untuk ibu dan iparmu," suara ibu mertua dibelakangku.

Tanpa menoleh, aku mengerjakan semua perintahnya di rumah ini. Hingga pukul enam pagi, sarapan sudah tersedia di meja makan. Ibu mertua memanggil seluruh anggota keluarga termasuk kakak ipar dan istrinya. Sementara aku tak sekalipun di ajak serta.

"Ingat Laras, jangan pernah muncul ketika kami makan. Kecuali ketika kami panggil." Ucap ibu mertua sinis.

Tanpa membantah, aku berlalu masuk ke dalam kamar. Melihat Kania yang masih tertidur pulas. Setelah memastikan putriku baik-baik saja, aku melanjutkan pekerjaan rumah mencuci pakaian.

"Siapa yang menyuruh kamu pake mesin cuci? Boros listrik tau!" cecar Ibu mertua yang udah kayak jelangkung aja suka datang tiba-tiba.

"Ini kan baju Ibu sama yang lainnya, Bu! Bukan baju aku sama Nia," jawabku apa adanya.

"Band3l kamu ya. Buat apa pake mesin cuci kalau kamu masih punya tenaga buat ngucek kain? Masukan semua cucian ini ke dalam ember. Kalo kamu masih pake mesin cuci, tagihan listriknya bayar sebagian sama kamu nanti," Ibu mertua mendengus kesal.

Baru saja aku merendam pakaian yang begitu banyak, suara mbak Indri istri kakak iparku terdengar memanggil.

Dengan berat hati, aku menghampiri wanita modis yang full makeup itu.

"Laras, tolong ambilkan mbak minum," ujarnya memberikan gelas kosong padaku.

"Lho, Sayang. Kan bisa kamu sendiri yang nuangin airnya," Mas Heri menatapku dengan tatapan yang ah, aku tidak suka.

"Gitu dong, Laras! Layani mbakmu dengan baik. Contoh juga dia, udah cantik, pinter nyari du it juga. Posisi di kantornya naik terus," Ibu mertua mulai memanasi aku.

"Jangan berlebihan gitu, Bu! Laras juga kan kerja. Meskipun gajinya dikit, ups!" Mbak Indri mulai mengejekku.

"Kerja kalau gajinya dikit percuma, Sayang. Nggak bakalan cukup. Ujung-ujungnya di vsir dari kontrakan, haha!" Ibu mertua nampak puas sekali saat tertawa.

"Seenggaknya laras nggak minta terus sama Mas Roni, Bu! Daripada Mas Roni nggak kerja sama sekali," jawabku sambil berlalu ke dapur.

"Eh dengar ya, Laras! Sore ini Roni bakal dapat kerjaan di kota. Biar kamu tau rasa gimana berjauhan dengan suami," suara Ibu mertua terdengar lantang.

Tak lama, suara gaduh di meja makan mereda. Aku yang sibuk mengurus cucian terperanjat saat ada yang memelukku dari belakang.

"Laras, kamu kenapa makin cantik sekali. Kalau Roni nggak mau sama kamu, biar kamu sama aku aja ya!" suara Mas Heri terdengar berat.

"Lep4skan, Mas!" aku menginjak kaki Mas Heri sekuat mungkin. Hingga akhirnya pelukan dia terlepas.

"Berani kamu ku rang ajar sekali lagi, aku adukan sikap kamu ke mbak Indri," ucapku emosi.

"Coba saja. Tapi sampai kapanpun kamu tetap meng goda untukku, Laras!" ucapnya tanpa malu berlalu meninggalkan ku yang mematung sendirian.

Takut kejadian serupa terulang lagi, aku mempercepat pekerjaanku. Sampai akhirnya semua pekerjaan rumah selesai.

"Nih, jatah makan untukmu dan Kania. Ingat, buat dua kali makan!" Ibu mertua dengan teganya memberiku sepiring nasi penuh hanya dengan lauk sambal dan ikan asin. Sementara di meja makan tadi terhidang daging dan sayur.

"Bu, kasih Nia daging juga dong! Bagaimanapun dia anakku," Mas Roni tiba-tiba mendekati kami berdua dengan pakaian rapi.

"Kamu ini, Ron! Masih saja membela istri dan anakmu itu," ibu mertua mendengus kesal sambil memberiku sepotong daging ayam.

"Laras, Mas pergi dulu mencari pekerjaan," ucapnya mengulurkan tangannya padaku. Aku langsung menciumnya khidmat sambil membacakan do'a semoga diberi kemudahan untuk Mas Roni.

Sampai akhirnya, di sore hari, Mas Roni pulang dengan wajah ceria bersama seorang perempuan cantik.

"Bu, aku diterima kerja di luar kota," ucapnya girang.

"Yang bener kamu, Ron. Lalu ini siapa?" Ibu mertua menunjuk ke arah wanita cantik itu.

"Dia istri bos aku, Bu! Sekaligus pemilik perusahaan tempatku bekerja." Ujar Mas Roni bangga.

"Laras, kamu mengizinkan Mas kerja di Jakarta, kan? Untuk kamu dan Kania juga," Mas Roni menatapku penuh pengharapan. Untuk kali ini, nampak kesungguhan di matanya.

"Tapi, Mas!" entah mengapa aku merasakan sesuatu yang mengganjal untuk merelakan Mas Roni bekerja di Jakarta.

"Sudahlah Roni, jangan pikirin istrimu itu. Kerja aja yang benar biar cepat kaya,"

"Kamu juga Laras. Bukannya ngasih semangat buat suami, malah bicara gitu," ibu mertua kembali merendahkan ku, padahal ada tamu disini.

"Bagaimana mas Roni, jadi nggak kerja sama aku?" wanita cantik itu mulai bicara.

"Jadi, Bu!" Jawab Mas Roni mantap. Diiringi senyum kebahagiaan ibu mertua dan wanita yang disebut sebagai bosnya itu.

Related chapters

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 5 Suami pamit kerja

    Akhirnya dengan berat hati, keesokan paginya aku menatap kepergian Mas Roni dengan untaian do'a. Begitu pun Mas Roni, berkali-kali dia mencium kepala Kania seakan sangat berat berpisah darinya."Sudah dong, Kania. Jangan nangis terus! Kapan ayahmu berangkat bekerja kalau begini terus," Ibu mertua mendecih sebal.Kania yang memang takut kepada ibu, memilih bersembunyi di belakang ku. "Ayah pergi dulu ya, Nia. Jadi anak yang baik, nurut sama ibu dan nenek," ujar Mas Roni kembali mencium Kania. Ia menyelipkan uang selembar merah di saku Kania. "Mas pergi dulu, ya! Jaga diri baik-baik. Insyaallah setiap gajian mas akan kirim untuk kebutuhan kalian berdua," Mas Roni mengecup keningku mesra. Ada debaran halus ketika mendapat perlakuan yang sangat jarang aku dapatkan itu. Ah, semoga saja suamiku beneran berubah. Aamiin."Nggak usah mesra-mesraan juga kali. Cepetan berangkat keburu siang!" Ibu mertua nampak nggak suka. Mas Roni melambaikan tangannya ke arah kami sampai mobil menghilang d

    Last Updated : 2025-01-06
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 6 Perlakuan Buruk Mertua

    Satu bulan sudah setelah Mas Roni pamit bekerja di Jakarta. Berbagai perlakuan buruk pun aku terima dari mertua dan juga iparku. Begitu pun dengan Kania, putriku tak sedikitpun menerima kasih sayang di rumah besar ini. "Ibu, kapan ayah pulang?" tanya Kania saat kami pulang dari sekolah. "Ibu juga nggak tau, Nak! Nanti kita telpon ayah di rumah ya!" ucapku menghibur Kania. "Janji ya, Bu!" "Iya, Nia," aku berusaha meyakinkan Kania. "Horeee, makasih Bu!" Kania memelukku erat. Aku hanya tersenyum kecut mengingat jarangnya Mas Roni menelpon kami. Menanyakan keberadaan Kania pun sangat jarang."Apa aku coba telpon Mas Roni sekarang aja ya? Ini baru jam setengah satu. Harusnya mas Roni masih istirahat," aku bergumam sendirian.Akhirnya, aku menepikan sepedaku terlebih dahulu. Mengajak Kania duduk di pos ronda. Mencoba menghubungi suamiku, ayah yang dirindukan Kania."Halo," suara mas Roni di seberang sana."Halo, Ayah. Ini Kania, ayah kapan pulang? Nia kangen sama ayah." Rengek putriku

    Last Updated : 2025-01-08
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 7 Reaksi Ibu mertua dan Ipar

    "Apa? Ngontrak? Punya uang darimana kamu?" Ibu mertua marah mendengar keinginanku ngontrak."Dia bisnis kali, Bu!" terdengar Mas Heri menengahi."Bisnis apa yang menghasilkan duit cepat dan banyak, Mas?" Mbak Indri mengedipkan matanya pada ibu."Oh, ibu ngerti. Jadi kamu selama sebulan ini pamit kerja itu ju al diri, ya? Wah, nggak nyangka. Ada juga yang tertarik sama kamu hingga pakai jasamu! Memangnya berapa ta rif mu sekali main?" Ibu mertua langsung menghakimi. Sementara mbak Indri tertawa puas."Astaghfirullah, Bu. Aku masih punya harga diri, aku masih punya iman. Aku selama ini bekerja dari rumah ke rumah. Bukan ju al diri!" aku berdiri tak terima dengan tuduhan hina ini."Alah, kalau benar kerja begitu. Ngapain pingin ngontrak segala?" Ibu masih tidak percaya."Aku nggak mau merepotkan ibu dengan menumpang disini." Jawabku masih berusaha untuk tidak menyinggung perasaan ibu mertua."Dengar ya, Laras. Kamu boleh keluar dari rumah ini setelah melunasi sewa kos kamu bulan lalu sam

    Last Updated : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 8 Barang-barang yang mencurigakan

    Dua bulan sudah aku tinggal di rumah mertua. Selama ini pula aku terus membesarkan hati Kania agar tidak menjadi rendah diri dan pesimis. Kania ku harus menjadi wanita yang tangguh dan mandiri nantinya. Ajakan tak pantas dari Mas Heri pun kerap aku dapatkan. Namun, rupanya Alloh SWT masih sayang kepadaku. Berbagai upaya Mas Heri selalu gagal dan tak berkutik jika berhadapan dengan istri maupun ibunya."Mas Roni, kapan kamu akan kembali?" bisikku pelan dikeheningan malam. Hanya malam yang membuat aku tenang. Tenang mengadukan semuanya kepada Dia, Sang Pencipta. Dari sanalah kekuatanku untuk terus bertahan dan berjuang demi Kania seorang selalu terpupuk kuat.Begitu pun dengan kesabaranku. Demi baktiku sama suami, aku mencoba bertahan sampai sekarang di rumah ini. Menunggu keputusan bersama suami."Laras! Bangun!" Suara Ibu mertua membuatku kaget. Tumben beliau memanggil namaku dini hari begini. "Bantu Ibu bawa barang-barang masuk ke dalam rumah, cepat!" teriaknya."Barang-barang?

    Last Updated : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 9 Siksaan dari Ibu mertua

    "Jam berapa akadnya dilaksanakan? Nanti ibu bersama kakakmu akan menyesuaikan kedatangan kami kesana agar tak malu-maluin,""Baju seragam keluarga yang kamu kirim udah sampai. Tinggal Indri yang belum mencobanya. Hanya saja, masa besanan sama orang kaya kita datang nggak pake mobil,""Nah gitu dong, baru namanya anak ibu. Kalau kamu udah transfer uangnya ibu mau cari mobilnya sekarang juga," Ibu mertua entah dengan siapa ber telpon ria. Kelihatannya bahagia sekali.Aih, kenapa aku jadi nguping begini? Gara-gara Mas Roni nggak bisa di telpon sih. Kukira masalah sinyal sampe aku harus mengendap-endap kayak kucing mau nyuri ikan. Eh, taunya emang ganti nomor dia. Ngeselin banget emang. Mana dengar omongan ibu mertua di telpon bikin jiwa detektif aku meronta-ronta. Untuk menghilangkan penat, aku keluar dari rumah. Mumpung Kania lagi tidur siang. Jadi bisa kutinggalkan barang sejenak. Sengaja aku pilih jalan belakang, agar tak kena teguran atau makian dari ibu dan ipar."Hey Bu ibu dengar

    Last Updated : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 10 Oleh oleh Madu

    "Bu, keluarkan kami dari sini!" aku berteriak sekencang mungkin sambil menggedor pintu keras. "Ibu, sudahlah jangan bicara sama mereka lagi. Mereka bukan keluarga kita, Bu. Mulai sekarang Ibu jangan hormati mereka lagi," Kania menatapku tajam. Sorot matanya tergambar kebencian untuk ibu mertua. "Janji ya, Bu. Mulai sekarang hanya ada kita berdua," putriku memelukku erat. Airmatanya mengalir hangat terasa. Ya Allah, anak sekecil ini saja sudah bisa merasakan sakit hati. Bahkan mungkin trauma yang akan dia bawa seumur hidupnya nanti. "Iya, Nak. Mulai saat ini, hanya ada kita berdua," jawabku mengecup pipi Kania penuh kasih. Begitu juga Kania, dengan telaten dia mengelus semua luka lebam di wajah dan tubuhku akibat pukulan ibu mertua. "Nia sayang Ibu," putriku merebahkan kepalanya di pangkuanku. Kembali aku menitikkan airmata. Bukan karena perlakuan mertua yang kejam, tapi memikirkan hati Kania yang harus tersakiti di usia sekecil ini. "Ayok, Indri, kita selesaikan persiapan nika

    Last Updated : 2025-01-21
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 1 Ayam goreng untuk putriku

    "Kok makanannya cuma diaduk gitu, Nak?" aku melirik ke arah Kania putri satu-satunya,"Nia pingin makan dengan ayam goreng, Bu!" wajah cantiknya berubah sendu,"Pagi begini mana ada ayam goreng, Nak! Ibu belum sempat belanja!" jawabku menghiburnya,"Tuh... Mamanya ridho sempat kok belanja, Bu! Wanginya aja tercium enak sekali, apalagi rasanya!" Kania menelan air liurnya.Mendengar ocehan putriku hati ini mencelos seketika. Dengan mengusap sudut mata ini aku mendekati Kania sambil mengelus pucuk kepalanya lembut."Mungkin mamanya Ridho beli ayamnya kemarin sore, Nak! Sekarang Nia habiskan dulu makannya! Ibu janji kalau gajian nanti Ibu akan belikan Nia ayam yang banyak!" ucapku menahan getir berusaha tersenyum,"Hore! Janji ya, Bu! Nia udah bosan makan cuma dengan sambal atau garam," celoteh riang putriku sukses membuat ulu hati ini berdenyut nyeri.Ini memang akhir bulan, tak ada sedikitpun uang di dompetku. Mas Roni suamiku masih berselimut mimpi di kamar. Tak sedikitpun rasa risau p

    Last Updated : 2025-01-06
  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   bab 2 Terusir dari kontrakan

    Aku terpaku menatap kepergian Bu Laras. Airmata yang sedari tadi ku tahan, akhirnya mengalir begitu saja.'Bagaimana aku bertahan hidup tanpa uang sepeserpun sekarang?' pikiranku dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak ada jawabnya."Ibu kenapa menangis? Bukannya tadi bilang mau masak ayam untuk nia?" Kania putriku menarik ujung baju yang bahkan belum sempat aku ganti.Dengan terpaksa, aku memberikan senyuman untuk putriku, "sebentar ibu ganti baju dulu ya! Abis itu kita masak sama-sama." Tanpa menunggu jawaban Kania, aku berlalu ke dalam kamar. Mengganti baju dinas ku dengan daster lusuh yang entah sudah berapa tahun nggak pernah ganti.Menatap diri di cermin sambil menghapus airmata yang kembali mengalir deras. Mencoba menguatkan hati demi Kania seorang.Aku segera menuju dapur yang hanya dipisah oleh sekat tipis dari triplek bekas. Segera ku racik bumbu untuk ayam goreng. Tak lupa juga aku menanak nasi satu liter. Hari ini biarlah aku memasak lebih banyak, biar Kania bisa nambah ber

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 10 Oleh oleh Madu

    "Bu, keluarkan kami dari sini!" aku berteriak sekencang mungkin sambil menggedor pintu keras. "Ibu, sudahlah jangan bicara sama mereka lagi. Mereka bukan keluarga kita, Bu. Mulai sekarang Ibu jangan hormati mereka lagi," Kania menatapku tajam. Sorot matanya tergambar kebencian untuk ibu mertua. "Janji ya, Bu. Mulai sekarang hanya ada kita berdua," putriku memelukku erat. Airmatanya mengalir hangat terasa. Ya Allah, anak sekecil ini saja sudah bisa merasakan sakit hati. Bahkan mungkin trauma yang akan dia bawa seumur hidupnya nanti. "Iya, Nak. Mulai saat ini, hanya ada kita berdua," jawabku mengecup pipi Kania penuh kasih. Begitu juga Kania, dengan telaten dia mengelus semua luka lebam di wajah dan tubuhku akibat pukulan ibu mertua. "Nia sayang Ibu," putriku merebahkan kepalanya di pangkuanku. Kembali aku menitikkan airmata. Bukan karena perlakuan mertua yang kejam, tapi memikirkan hati Kania yang harus tersakiti di usia sekecil ini. "Ayok, Indri, kita selesaikan persiapan nika

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 9 Siksaan dari Ibu mertua

    "Jam berapa akadnya dilaksanakan? Nanti ibu bersama kakakmu akan menyesuaikan kedatangan kami kesana agar tak malu-maluin,""Baju seragam keluarga yang kamu kirim udah sampai. Tinggal Indri yang belum mencobanya. Hanya saja, masa besanan sama orang kaya kita datang nggak pake mobil,""Nah gitu dong, baru namanya anak ibu. Kalau kamu udah transfer uangnya ibu mau cari mobilnya sekarang juga," Ibu mertua entah dengan siapa ber telpon ria. Kelihatannya bahagia sekali.Aih, kenapa aku jadi nguping begini? Gara-gara Mas Roni nggak bisa di telpon sih. Kukira masalah sinyal sampe aku harus mengendap-endap kayak kucing mau nyuri ikan. Eh, taunya emang ganti nomor dia. Ngeselin banget emang. Mana dengar omongan ibu mertua di telpon bikin jiwa detektif aku meronta-ronta. Untuk menghilangkan penat, aku keluar dari rumah. Mumpung Kania lagi tidur siang. Jadi bisa kutinggalkan barang sejenak. Sengaja aku pilih jalan belakang, agar tak kena teguran atau makian dari ibu dan ipar."Hey Bu ibu dengar

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 8 Barang-barang yang mencurigakan

    Dua bulan sudah aku tinggal di rumah mertua. Selama ini pula aku terus membesarkan hati Kania agar tidak menjadi rendah diri dan pesimis. Kania ku harus menjadi wanita yang tangguh dan mandiri nantinya. Ajakan tak pantas dari Mas Heri pun kerap aku dapatkan. Namun, rupanya Alloh SWT masih sayang kepadaku. Berbagai upaya Mas Heri selalu gagal dan tak berkutik jika berhadapan dengan istri maupun ibunya."Mas Roni, kapan kamu akan kembali?" bisikku pelan dikeheningan malam. Hanya malam yang membuat aku tenang. Tenang mengadukan semuanya kepada Dia, Sang Pencipta. Dari sanalah kekuatanku untuk terus bertahan dan berjuang demi Kania seorang selalu terpupuk kuat.Begitu pun dengan kesabaranku. Demi baktiku sama suami, aku mencoba bertahan sampai sekarang di rumah ini. Menunggu keputusan bersama suami."Laras! Bangun!" Suara Ibu mertua membuatku kaget. Tumben beliau memanggil namaku dini hari begini. "Bantu Ibu bawa barang-barang masuk ke dalam rumah, cepat!" teriaknya."Barang-barang?

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 7 Reaksi Ibu mertua dan Ipar

    "Apa? Ngontrak? Punya uang darimana kamu?" Ibu mertua marah mendengar keinginanku ngontrak."Dia bisnis kali, Bu!" terdengar Mas Heri menengahi."Bisnis apa yang menghasilkan duit cepat dan banyak, Mas?" Mbak Indri mengedipkan matanya pada ibu."Oh, ibu ngerti. Jadi kamu selama sebulan ini pamit kerja itu ju al diri, ya? Wah, nggak nyangka. Ada juga yang tertarik sama kamu hingga pakai jasamu! Memangnya berapa ta rif mu sekali main?" Ibu mertua langsung menghakimi. Sementara mbak Indri tertawa puas."Astaghfirullah, Bu. Aku masih punya harga diri, aku masih punya iman. Aku selama ini bekerja dari rumah ke rumah. Bukan ju al diri!" aku berdiri tak terima dengan tuduhan hina ini."Alah, kalau benar kerja begitu. Ngapain pingin ngontrak segala?" Ibu masih tidak percaya."Aku nggak mau merepotkan ibu dengan menumpang disini." Jawabku masih berusaha untuk tidak menyinggung perasaan ibu mertua."Dengar ya, Laras. Kamu boleh keluar dari rumah ini setelah melunasi sewa kos kamu bulan lalu sam

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 6 Perlakuan Buruk Mertua

    Satu bulan sudah setelah Mas Roni pamit bekerja di Jakarta. Berbagai perlakuan buruk pun aku terima dari mertua dan juga iparku. Begitu pun dengan Kania, putriku tak sedikitpun menerima kasih sayang di rumah besar ini. "Ibu, kapan ayah pulang?" tanya Kania saat kami pulang dari sekolah. "Ibu juga nggak tau, Nak! Nanti kita telpon ayah di rumah ya!" ucapku menghibur Kania. "Janji ya, Bu!" "Iya, Nia," aku berusaha meyakinkan Kania. "Horeee, makasih Bu!" Kania memelukku erat. Aku hanya tersenyum kecut mengingat jarangnya Mas Roni menelpon kami. Menanyakan keberadaan Kania pun sangat jarang."Apa aku coba telpon Mas Roni sekarang aja ya? Ini baru jam setengah satu. Harusnya mas Roni masih istirahat," aku bergumam sendirian.Akhirnya, aku menepikan sepedaku terlebih dahulu. Mengajak Kania duduk di pos ronda. Mencoba menghubungi suamiku, ayah yang dirindukan Kania."Halo," suara mas Roni di seberang sana."Halo, Ayah. Ini Kania, ayah kapan pulang? Nia kangen sama ayah." Rengek putriku

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 5 Suami pamit kerja

    Akhirnya dengan berat hati, keesokan paginya aku menatap kepergian Mas Roni dengan untaian do'a. Begitu pun Mas Roni, berkali-kali dia mencium kepala Kania seakan sangat berat berpisah darinya."Sudah dong, Kania. Jangan nangis terus! Kapan ayahmu berangkat bekerja kalau begini terus," Ibu mertua mendecih sebal.Kania yang memang takut kepada ibu, memilih bersembunyi di belakang ku. "Ayah pergi dulu ya, Nia. Jadi anak yang baik, nurut sama ibu dan nenek," ujar Mas Roni kembali mencium Kania. Ia menyelipkan uang selembar merah di saku Kania. "Mas pergi dulu, ya! Jaga diri baik-baik. Insyaallah setiap gajian mas akan kirim untuk kebutuhan kalian berdua," Mas Roni mengecup keningku mesra. Ada debaran halus ketika mendapat perlakuan yang sangat jarang aku dapatkan itu. Ah, semoga saja suamiku beneran berubah. Aamiin."Nggak usah mesra-mesraan juga kali. Cepetan berangkat keburu siang!" Ibu mertua nampak nggak suka. Mas Roni melambaikan tangannya ke arah kami sampai mobil menghilang d

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   Bab 4 Perlakuan Buruk Ibu mertua

    Suara kokok ayam dini hari membangunkanku dari mimpi. Aku menoleh kesamping, menatap wajah polos Kania yang terlelap. Ku usap kepalanya penuh cinta, lalu ku kecup sambil melapazkan do'a untuknya.Aku menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamarku. Aku ambil air wudhu, lalu dengan khusyuk aku memohon pertolongan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Alloh SWT. Aku adukan semua kerisauan hati dan beban yang terasa berat ini hanya kepadaNya. Dalam kondisi seperti ini, aku hanya memiliki Dia, Sang Pemberi Kehidupan. Tak ada sanak saudara di kota ini. Bahkan kedua orangtuaku di kampung sudah meninggal tak lama setelah aku menikah dengan Mas Roni.Menunggu waktu subuh, aku mulai membereskan sebagian barang-barangku. Hingga terdengar adzan subuh berkumandang, pekerjaanku separuhnya selesai.Aku membangunkan Kania untuk sholat subuh berjamaah. Meskipun Kania masih kecil, bukan alasan bagiku untuk tidak melatih kedisiplinan kepadanya. Apalagi dalam hal ibadah. "Hari ini sekolahnya libur dulu, ibu su

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   bab 3 Terpaksa pindah ke rumah mertua

    "Bu, kenapa ibu gendut itu melempar barang kita keluar? Itu kan rumah kita," Kania menatapku sambil berlinang airmata. "Itu bukan rumah kita, Nia. Ayok bantu ibu beresin ini semua," jawabku pelan. Sakit rasanya diusir seperti binatang seperti sekarang ini. Apalagi kalau melihat Kania memeluk boneka berbi kesayangannya sambil terus terisak, "Setelah ini kita mau tidur dimana, Bu?" "Kita akan ke rumah nenek," jawabku pasti. Meskipun aku sendiri nggak yakin mertuaku itu mau menerima kehadiranku dan Kania atau tidak."Tapi nenek galak sama nia, Bu!" Kania menundukkan kepalanya. Raut sedih makin tergambar jelas di wajah cantiknya."Insyaallah nenek sayang kok sama Nia. Nia hanya perlu menuruti apa kata nenek nanti ya!" aku berusaha membesarkan hati Kania, meskipun hati kecilku menjerit. Aku sadar, ucapanku hanya penghibur keraguan. Bahkan dari pertama aku menjadi menantu di keluarga itu, tak sedikitpun ibu mertua memperlakukanku dengan baik.Menjelang magrib semua barang-barang ku selesa

  • Menantu Terbuang dipinang Sultan   bab 2 Terusir dari kontrakan

    Aku terpaku menatap kepergian Bu Laras. Airmata yang sedari tadi ku tahan, akhirnya mengalir begitu saja.'Bagaimana aku bertahan hidup tanpa uang sepeserpun sekarang?' pikiranku dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak ada jawabnya."Ibu kenapa menangis? Bukannya tadi bilang mau masak ayam untuk nia?" Kania putriku menarik ujung baju yang bahkan belum sempat aku ganti.Dengan terpaksa, aku memberikan senyuman untuk putriku, "sebentar ibu ganti baju dulu ya! Abis itu kita masak sama-sama." Tanpa menunggu jawaban Kania, aku berlalu ke dalam kamar. Mengganti baju dinas ku dengan daster lusuh yang entah sudah berapa tahun nggak pernah ganti.Menatap diri di cermin sambil menghapus airmata yang kembali mengalir deras. Mencoba menguatkan hati demi Kania seorang.Aku segera menuju dapur yang hanya dipisah oleh sekat tipis dari triplek bekas. Segera ku racik bumbu untuk ayam goreng. Tak lupa juga aku menanak nasi satu liter. Hari ini biarlah aku memasak lebih banyak, biar Kania bisa nambah ber

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status