85. KEBINGUNGAN (Bagian B)"Hm? Bayar? Yah," katanya lesu. "Aku mana ada uang, Bu!" katanya semakin lemas."Kan kamu punya tanah dan juga motor, itu untuk Ibu," kataku santai.Gery terlihat menimbang jawaban, dia pasti merasa berat memberikan keduanya kepadaku. Tapi, dia harus memberikannya. Seratus juta bukanlah nominal kecil, lagi pula Gery juga mendapatkan kedua barang itu dengan cara memperdaya Ajeng. Bukan murni hasil pendapatannya sendiri."Tapi, Bu … harganya kan lebih mahal tanah punyaku. Kalau di jual saja bisa sampai seratus lima puluh juta, belum lagi motornya," katanya ragu. "Gimana kalau aku hutang aja, deh. Ntar tanahnya aku jual buat bayar uang Ibu sebagian," katanya menego.Aku berpikir sejenak, yah begitupun tidak masalah. Yang penting seratus juta itu harus kembali ke dalam rekeningku."Oke," kataku menyetujui."Nah, sekarang tugas Ibu untuk mencari pengacara, Bu! Pokoknya aku harus bebas!" katanya memohon."Iya, iya," kataku tak yakinBukan apa-apa, sepertinya mengh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas86. CANGGUNG (Bagian A)POV ELLENAAku dan Bang Galuh berpisah dengan Bu asih dan Pak Jarwo di tengah jalan, mereka bergegas pulang karena hari ini salah satu peternakan ayam mereka akan panen dan hendak diangkut langsung oleh pelanggannya.Sepanjang perjalanan Bang Galuh diam saja dari tadi, tidak banyak bicara dan hanya menyahut seperlunya saja ketika aku bertanya. Dia terlihat tegang, walau di luar kelihatannya tenang.Aku memaklumi dan langsung ikut diam, membiarkan keheningan merajai. Bagaimanapun aku sadar, kalau ini semua pasti berat untuk Bang Galuh. Tapi, kapan lagi jika tidak dimulai dari sekarang?Memupuk dendam dalam hati hanya membuat kita merugi, penyakit hati adalah penyakit yang paling mematikan. Sudah memakan kesehatan, penyakit hati juga memakan kewarasan kita.Dan aku tidak mau suamiku begitu, aku ingin dia berdamai dengan keadaan dan memakan Ibunya.Tidak terasa kami sudah sampai ke halaman rumah Ibu, pagar yang terbuka dan j
87. CANGGUNG (Bagian B)"Dari rumah Bu Ratmi!" kataku sambil tetap menikmati kue yang saat ini ada di tanganku."Ngapain kalian kesana?" tanya Kak Ambar penasaran"Mau tau aja, apa mau tau banget?" Aku menggoda sambil menaik turunkan alisku.Bagaimanapun juga aku harus berusaha mencairkan suasana, karena ruangan ini terasa lumayan panas akibat Bang Galuh dan Ibu yang diam-diaman seolah tidak saling mengenal."Ih … kenapa sih, istri kamu ini semakin menyebalkan?" tanya Kak Ambar pada Bang Galuh.Sedangkan yang ditanya hanya diam tak merespon, Bang Galuh seolah sibuk dengan dunianya sendiri."Masak, sih?" Aku bertanya pelan. "Emang aku nyebelin, Bang?" tanyaku sambil mengayunkan lengan Bang Galuh."Hah? Apa, Dek?" tanyanya kebingungan."Enggak kenapa-kenapa, malah aku yang mau tanya. Abang kenapa? Kok bengong?" tanyaku pelan."Oh, aku cuma lagi mikirin kerjaan," katanya mengelak.Aku menghela nafas, ini bakalan susah!"Kalian dari mana, Dek?" Kali ini Kak Dewi yang bertanya, aku harus
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas88. TIDAK TAHU MALU (Bagian A)Ellena segera bergegas mendatangi rumah orang tuanya, ketika beberapa saat yang lalu Ika datang ke rumah Ajeng untuk mengabarkan kalau Ratmi dan Sarah menyerbu ke sana."Kenapa bisa, sih, Kak?" kata Ellen dengan sedikit berteriak karena mereka sedang ada di atas motor. “Gila mereka itu!” kata Ellen lagi."Kakak juga tidak tahu, tiba-tiba mereka menerobos masuk seperti kesetanan. Kakak mau menjemput Aksa, makanya Kakak jemput kamu dulu biar bisa jagain Ibu," kata Ika menjelaskan. “Memang mereka gila, kamu baru tahu?” ujar Ika lagi.Setelah itu hening, mereka tidak ada lagi mengeluarkan sepatah katapun.“Assalamualaikum!” kata Ellen.Saat Ellena sampai, dia bisa melihat Ibunya tengah duduk di hadapan Ratmi dan juga Sarah di ruang tamu. Ika sudah kembali melaju untuk menjemput Aksa di rumah orang tuanya di desa sebelah.Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah besar tempatnya menghabiskan masa kecil dan masa r
89. TIDAK TAHU MALU (Bagian B)"Eh, gak perlu pakai kekerasan, dong!" pekik Sarah tidak terima saat melihat Ibunya mendapat perlakuan seperti itu."Sarah, kamu ini jadi anak kok nggak ada sopan-sopannya?" ujar Ajeng sambil menggeleng pelan. “Kamu ini masih gadis, sudah tidak punya akhlak!” kata Ajeng lagi."Heh, besan sialan! Jangan berani-berani nya kau marahi anak gadisku!" Ratmi beralih menatap Ajeng dengan tajam. “Anakmu saja tidak punya akhlak dan memenjarakan anakku. Kok, malah kamu cerita akhlak di sini!” lanjutnya.Ajeng dan Mai berpandangan, wajah mereka seolah mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi perbincangan yang alot. Sarah yang ketus, dan Ratmi yang tidak tahu malu. Benar-benar perpaduan yang sangat cocok."Bu, sebenarnya ada apa?" Ellen bertanya pelan, rautnya jelas-jelas terlihat kebingungan. Karena sebaik kedatangannya, Ratmi dan Sarah sudah lebih dulu menghina dan mencelanya, dan bukannya menjelaskan maksud kedatangan mereka."Heh, gak usah pura-pura bego deh!" Sara
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas90. ANCAMANPOV AJENGGaluh yang tidak banyak bicara, dan seolah menjaga jarak dariku, benar-benar membuat aku menjadi sedih. Dulu, dia selalu berusaha membuka pembicaraan dan bermanja denganku. Dan akupun selalu berusaha membuat hubungan kami bertambah membaik dan aku semakin menyayanginya dari hari ke hari.Namun, sekarang semuanya menjadi hal yang sia-sia. Semua gara-gara Ratmi! Masa lalu yang berusaha aku kubur, kembali menyeruak ke permukaan. Bangkai selama ini yang berusaha aku tutupi, akhirnya tercium juga.Galuh yang diam, membuat aku ketakutan. Aku takut, anakku itu pergi meninggalkan aku. Aku takut, kami kembali memiliki jarak yang bisa memisahkan.Kesalahanku memang sangat besar, berusaha menggugurkan dan membuangnya. Tapi demi Allah, aku mencintainya. Dia adalah anakku, sedetik aku melihat mata jernihnya, aku sudah mencintainya dan menyesali segala tindakanku.Walau tidak pernah aku ucapkan, namun aku sangat berterima kasih pada mert
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas91. BERDUKA (Bagian A)Keluarga Galuh dan Ellena datang ke rumah sakit dengan dua mobil, mobil Dewi dan juga mobil Usman. Ambar dan Ika tinggal untuk menjaga anak-anak di rumah, dan yang lainnya semua berangkat ke rumah sakit begitu mendapatkan kabar kalau Ellena dan juga Galuh kecelakaan.Motor mereka ditabrak entah oleh apa, dan pelakunya melarikan diri dan meninggalkan Ellen serta Galuh di tempat kejadian. Dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan, pada siapa saja yang kemungkinan terlibat dengan kejadian ini.Suasana yang sunyi dan juga di daerah perkebunan, membuat Galuh dan Ellena tergeletak lumayan lama di jalan sebelum ditemukan oleh orang yang kebetulan mau lewat. Sewaktu di bawa ke rumah klinik, Galuh dan Ellen dinyatakan kritis. Klinik kecamatan angkah tangan, dan mereka membuat rujukan ke rumah sakit besar yang ada di kota."Allah, Allah, Allah …." gumaman lirih Mai terdengar di dalam mobil.Bibirnya bergetar menggunakan na
92. BERDUKA (Bagian B)Luka mereka berdua terlihat parah, Usman kembali bergidik saat memikirkannya.Sedangkan di sisi sebelah sana, di mobil yang lainnya. Ajeng tengah menangis di dalam pelukan Dewi, sedangkan Abdul terlihat menyebut nama Allah di sela kegiatannya menyetir mobil ini."Ya Allah, Galuh, Ellen, kenapa bisa begini? Padahal baru aja ketemu," kata Ajeng dengan isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati.Dewi mengusap lembut bahu sang Ibu yang terus menangis, dan matanya menerawang jauh ke depan sana. Melihat dua mobil ambulans yang membawa tubuh Galuh dan juga Ellen. "Bang, bisa lebih cepat?" ujar Dewi dengan gusar."Dek, ini sudah maksimal. Jangan sampai kita juga mengalami hal yang sama dengan Galuh dan juga Ellen," kata Abdul berusaha tenang. "kamu berdoa saja, Dek. Pinta kepada Allah, agar Ellen dan Galuh selamat!" tegasnya lagi.Memasuki daerah perkotaan, mobil tidak bisa melaju kencang. Berbeda dengan ambulans yang memiliki hak istimewa untuk menerobos lampu me