89. TIDAK TAHU MALU (Bagian B)"Eh, gak perlu pakai kekerasan, dong!" pekik Sarah tidak terima saat melihat Ibunya mendapat perlakuan seperti itu."Sarah, kamu ini jadi anak kok nggak ada sopan-sopannya?" ujar Ajeng sambil menggeleng pelan. “Kamu ini masih gadis, sudah tidak punya akhlak!” kata Ajeng lagi."Heh, besan sialan! Jangan berani-berani nya kau marahi anak gadisku!" Ratmi beralih menatap Ajeng dengan tajam. “Anakmu saja tidak punya akhlak dan memenjarakan anakku. Kok, malah kamu cerita akhlak di sini!” lanjutnya.Ajeng dan Mai berpandangan, wajah mereka seolah mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi perbincangan yang alot. Sarah yang ketus, dan Ratmi yang tidak tahu malu. Benar-benar perpaduan yang sangat cocok."Bu, sebenarnya ada apa?" Ellen bertanya pelan, rautnya jelas-jelas terlihat kebingungan. Karena sebaik kedatangannya, Ratmi dan Sarah sudah lebih dulu menghina dan mencelanya, dan bukannya menjelaskan maksud kedatangan mereka."Heh, gak usah pura-pura bego deh!" Sara
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas90. ANCAMANPOV AJENGGaluh yang tidak banyak bicara, dan seolah menjaga jarak dariku, benar-benar membuat aku menjadi sedih. Dulu, dia selalu berusaha membuka pembicaraan dan bermanja denganku. Dan akupun selalu berusaha membuat hubungan kami bertambah membaik dan aku semakin menyayanginya dari hari ke hari.Namun, sekarang semuanya menjadi hal yang sia-sia. Semua gara-gara Ratmi! Masa lalu yang berusaha aku kubur, kembali menyeruak ke permukaan. Bangkai selama ini yang berusaha aku tutupi, akhirnya tercium juga.Galuh yang diam, membuat aku ketakutan. Aku takut, anakku itu pergi meninggalkan aku. Aku takut, kami kembali memiliki jarak yang bisa memisahkan.Kesalahanku memang sangat besar, berusaha menggugurkan dan membuangnya. Tapi demi Allah, aku mencintainya. Dia adalah anakku, sedetik aku melihat mata jernihnya, aku sudah mencintainya dan menyesali segala tindakanku.Walau tidak pernah aku ucapkan, namun aku sangat berterima kasih pada mert
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas91. BERDUKA (Bagian A)Keluarga Galuh dan Ellena datang ke rumah sakit dengan dua mobil, mobil Dewi dan juga mobil Usman. Ambar dan Ika tinggal untuk menjaga anak-anak di rumah, dan yang lainnya semua berangkat ke rumah sakit begitu mendapatkan kabar kalau Ellena dan juga Galuh kecelakaan.Motor mereka ditabrak entah oleh apa, dan pelakunya melarikan diri dan meninggalkan Ellen serta Galuh di tempat kejadian. Dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan, pada siapa saja yang kemungkinan terlibat dengan kejadian ini.Suasana yang sunyi dan juga di daerah perkebunan, membuat Galuh dan Ellena tergeletak lumayan lama di jalan sebelum ditemukan oleh orang yang kebetulan mau lewat. Sewaktu di bawa ke rumah klinik, Galuh dan Ellen dinyatakan kritis. Klinik kecamatan angkah tangan, dan mereka membuat rujukan ke rumah sakit besar yang ada di kota."Allah, Allah, Allah …." gumaman lirih Mai terdengar di dalam mobil.Bibirnya bergetar menggunakan na
92. BERDUKA (Bagian B)Luka mereka berdua terlihat parah, Usman kembali bergidik saat memikirkannya.Sedangkan di sisi sebelah sana, di mobil yang lainnya. Ajeng tengah menangis di dalam pelukan Dewi, sedangkan Abdul terlihat menyebut nama Allah di sela kegiatannya menyetir mobil ini."Ya Allah, Galuh, Ellen, kenapa bisa begini? Padahal baru aja ketemu," kata Ajeng dengan isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati.Dewi mengusap lembut bahu sang Ibu yang terus menangis, dan matanya menerawang jauh ke depan sana. Melihat dua mobil ambulans yang membawa tubuh Galuh dan juga Ellen. "Bang, bisa lebih cepat?" ujar Dewi dengan gusar."Dek, ini sudah maksimal. Jangan sampai kita juga mengalami hal yang sama dengan Galuh dan juga Ellen," kata Abdul berusaha tenang. "kamu berdoa saja, Dek. Pinta kepada Allah, agar Ellen dan Galuh selamat!" tegasnya lagi.Memasuki daerah perkotaan, mobil tidak bisa melaju kencang. Berbeda dengan ambulans yang memiliki hak istimewa untuk menerobos lampu me
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas93. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian A)"A—apa maksud anda, Dok?" Usman berucap getir, getar suaranya terdengar di sepanjang lorong yang sepi ini. Dia berusaha tenang di situasi ini, bagaimanapun juga diantara mereka harus ada satu orang yang tetap tenang untuk mengurusi semua nya."Apa yang terjadi dengan adik saya?" tanyanya lagi berusaha memastikan. "Dia baik-baik saja kan? Lalu kenapa dokter menyesal? Jangan bercanda, dok!" katanya emosi.Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Usman berkali-kali mengucapkan istighfar. "Kami mohon maaf, Pak!" ujar dokter itu dengan wajah yang menyesal. ”Tapi, kami memang harus terpaksa mengucapkan hal ini semua walau dengan hati yang sangat berat, anak yang dikandung Bu Ellena tidak bisa diselamatkan!" ujar Dokter itu dengan nada sendu.Ajeng dan Mai sontak membolakan mata mereka saat mendengar ucapan dokter muda tersebut. Rohman langsung berdiri dan mendekati sang dokter, dia seolah tak perca
94. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian B)"Bagaimana keadaan Ellen, Bu?" tanya Dewi sambil mendekat.Dia langsung bergegas duduk di samping Ajeng yang nampak membatu, matanya menerawang menatap kosong ke arah dinding. Matanya segera mengedar, demi menemukan Mai dan Rahman tengah berpelukan seolah tengah saling menguatkan."Man, bagaimana keadaan Ellen?" tanya Dewi lagi.Kali ini Dewi menodong Usman dengan pertanyaan, dan dia langsung mengernyit heran saat Usman menghela nafas berat dan menatapnya dengan pandangan sedih."Ellen selamat, dia sudah melewati masa kritis," kata Usman pelan.Dia lalu menatap dinding di depannya, ikut memandang kosong seperti para orang tua di sana. Wajahnya sangat tertekan dan juga diliputi banyak kabut kegelisahan."Kalau Ellen selamat, kenapa kalian nampak murung?" tanya Dewi heran. "Bukankah itu artinya adalah kabar baik?" tanya Dewi lagi tak mengerti."Hah …." Usman kembali menghela nafas berat."Tapi anaknya tidak bisa diselamatkan, keponakan kita tidak
Menantu Lemas, Ipar Panas, Mertua Lemas95. KRONOLOGI (Bagian A)Dewi yang melihat suaminya itu tergesa-gesa menjadi heran dan juga panik, ada apa? Ketakutan naik merayapi belakang kepalanya, namun dia juga tidak bisa melepaskan pelukannya pada Ajeng sekarang ini. Jadi Dewi hanya menatap Abdul, memberikan isyarat, bertanya ada apa. Namun reaksi Abdul cukup membuat dia bingung dan tambah panik, karena Abdul hanya menggeleng kecil dan tersenyum.Suaminya itu malah menuju ke tempat di mana Usman tengah duduk terpekur, dia berhenti tepat di depan Usman sehingga membuat Usman mendongakkan kepalanya."Man! Ayo ikut aku sebentar!" ajak Abdul sambil kembali memutar haluan, untuk kembali menjauhi tempat mereka. “Kita bicara di tempat lain!” kata Abdul sambil berjalan menjauh.Usman menghela nafas panjang, mengacak rambutnya sebentar, lalu bangkit dan mengikuti langkah Abdul. Karena sepertinya Abdul ingin mengatakan sesuatu yang penting, dan dia hanya berharap semoga apa yang akan suami Dewi i
96. KRONOLOGI (Bagian B)"Buruk, bahkan dokter belum keluar dari ruangan dari tadi, dia hanya keluar sebentar untuk mengabarkan, kalau benturan di kepala Galuh cukup parah, dan beberapa tulang di rusuknya juga patah," kata Abdul menjelaskan. “Dokter sudah melakukan pertolongan yang diperlukan, dan Allah yang akan menentukan semuanya. Kita hanya bisa berdoa pada Allah SWT,” kata Abdul lagi."Astaghfirullah, bagaimana ini semua bisa terjadi? Dan apakah sudah ada kabar mengenai yang menabrak mereka?" tanya Usman menahan kesedihan."Belum, walau desa kita adalah desa besar, dan banyak desa tetangga yang juga tidak kalah besar. Tapi, jalan masuk ke kecamatan hanyalah satu jalan, tidak ada jalan lain. Dan sudah di jaga oleh Marwan dan Sugeng, mereka bertindak cepat dengan melakukan hal itu," kata Abdul lagi. "Walau dia bersembunyi, tapi teman-teman Galuh itu sudah menyebar dan mencari orang-orang yang mencurigakan!" katanya lagi."Alhamdulillah, teman-teman Galuh bisa di andalkan," ujar Us