Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas91. BERDUKA (Bagian A)Keluarga Galuh dan Ellena datang ke rumah sakit dengan dua mobil, mobil Dewi dan juga mobil Usman. Ambar dan Ika tinggal untuk menjaga anak-anak di rumah, dan yang lainnya semua berangkat ke rumah sakit begitu mendapatkan kabar kalau Ellena dan juga Galuh kecelakaan.Motor mereka ditabrak entah oleh apa, dan pelakunya melarikan diri dan meninggalkan Ellen serta Galuh di tempat kejadian. Dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan, pada siapa saja yang kemungkinan terlibat dengan kejadian ini.Suasana yang sunyi dan juga di daerah perkebunan, membuat Galuh dan Ellena tergeletak lumayan lama di jalan sebelum ditemukan oleh orang yang kebetulan mau lewat. Sewaktu di bawa ke rumah klinik, Galuh dan Ellen dinyatakan kritis. Klinik kecamatan angkah tangan, dan mereka membuat rujukan ke rumah sakit besar yang ada di kota."Allah, Allah, Allah …." gumaman lirih Mai terdengar di dalam mobil.Bibirnya bergetar menggunakan na
92. BERDUKA (Bagian B)Luka mereka berdua terlihat parah, Usman kembali bergidik saat memikirkannya.Sedangkan di sisi sebelah sana, di mobil yang lainnya. Ajeng tengah menangis di dalam pelukan Dewi, sedangkan Abdul terlihat menyebut nama Allah di sela kegiatannya menyetir mobil ini."Ya Allah, Galuh, Ellen, kenapa bisa begini? Padahal baru aja ketemu," kata Ajeng dengan isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati.Dewi mengusap lembut bahu sang Ibu yang terus menangis, dan matanya menerawang jauh ke depan sana. Melihat dua mobil ambulans yang membawa tubuh Galuh dan juga Ellen. "Bang, bisa lebih cepat?" ujar Dewi dengan gusar."Dek, ini sudah maksimal. Jangan sampai kita juga mengalami hal yang sama dengan Galuh dan juga Ellen," kata Abdul berusaha tenang. "kamu berdoa saja, Dek. Pinta kepada Allah, agar Ellen dan Galuh selamat!" tegasnya lagi.Memasuki daerah perkotaan, mobil tidak bisa melaju kencang. Berbeda dengan ambulans yang memiliki hak istimewa untuk menerobos lampu me
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas93. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian A)"A—apa maksud anda, Dok?" Usman berucap getir, getar suaranya terdengar di sepanjang lorong yang sepi ini. Dia berusaha tenang di situasi ini, bagaimanapun juga diantara mereka harus ada satu orang yang tetap tenang untuk mengurusi semua nya."Apa yang terjadi dengan adik saya?" tanyanya lagi berusaha memastikan. "Dia baik-baik saja kan? Lalu kenapa dokter menyesal? Jangan bercanda, dok!" katanya emosi.Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Usman berkali-kali mengucapkan istighfar. "Kami mohon maaf, Pak!" ujar dokter itu dengan wajah yang menyesal. ”Tapi, kami memang harus terpaksa mengucapkan hal ini semua walau dengan hati yang sangat berat, anak yang dikandung Bu Ellena tidak bisa diselamatkan!" ujar Dokter itu dengan nada sendu.Ajeng dan Mai sontak membolakan mata mereka saat mendengar ucapan dokter muda tersebut. Rohman langsung berdiri dan mendekati sang dokter, dia seolah tak perca
94. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian B)"Bagaimana keadaan Ellen, Bu?" tanya Dewi sambil mendekat.Dia langsung bergegas duduk di samping Ajeng yang nampak membatu, matanya menerawang menatap kosong ke arah dinding. Matanya segera mengedar, demi menemukan Mai dan Rahman tengah berpelukan seolah tengah saling menguatkan."Man, bagaimana keadaan Ellen?" tanya Dewi lagi.Kali ini Dewi menodong Usman dengan pertanyaan, dan dia langsung mengernyit heran saat Usman menghela nafas berat dan menatapnya dengan pandangan sedih."Ellen selamat, dia sudah melewati masa kritis," kata Usman pelan.Dia lalu menatap dinding di depannya, ikut memandang kosong seperti para orang tua di sana. Wajahnya sangat tertekan dan juga diliputi banyak kabut kegelisahan."Kalau Ellen selamat, kenapa kalian nampak murung?" tanya Dewi heran. "Bukankah itu artinya adalah kabar baik?" tanya Dewi lagi tak mengerti."Hah …." Usman kembali menghela nafas berat."Tapi anaknya tidak bisa diselamatkan, keponakan kita tidak
Menantu Lemas, Ipar Panas, Mertua Lemas95. KRONOLOGI (Bagian A)Dewi yang melihat suaminya itu tergesa-gesa menjadi heran dan juga panik, ada apa? Ketakutan naik merayapi belakang kepalanya, namun dia juga tidak bisa melepaskan pelukannya pada Ajeng sekarang ini. Jadi Dewi hanya menatap Abdul, memberikan isyarat, bertanya ada apa. Namun reaksi Abdul cukup membuat dia bingung dan tambah panik, karena Abdul hanya menggeleng kecil dan tersenyum.Suaminya itu malah menuju ke tempat di mana Usman tengah duduk terpekur, dia berhenti tepat di depan Usman sehingga membuat Usman mendongakkan kepalanya."Man! Ayo ikut aku sebentar!" ajak Abdul sambil kembali memutar haluan, untuk kembali menjauhi tempat mereka. “Kita bicara di tempat lain!” kata Abdul sambil berjalan menjauh.Usman menghela nafas panjang, mengacak rambutnya sebentar, lalu bangkit dan mengikuti langkah Abdul. Karena sepertinya Abdul ingin mengatakan sesuatu yang penting, dan dia hanya berharap semoga apa yang akan suami Dewi i
96. KRONOLOGI (Bagian B)"Buruk, bahkan dokter belum keluar dari ruangan dari tadi, dia hanya keluar sebentar untuk mengabarkan, kalau benturan di kepala Galuh cukup parah, dan beberapa tulang di rusuknya juga patah," kata Abdul menjelaskan. “Dokter sudah melakukan pertolongan yang diperlukan, dan Allah yang akan menentukan semuanya. Kita hanya bisa berdoa pada Allah SWT,” kata Abdul lagi."Astaghfirullah, bagaimana ini semua bisa terjadi? Dan apakah sudah ada kabar mengenai yang menabrak mereka?" tanya Usman menahan kesedihan."Belum, walau desa kita adalah desa besar, dan banyak desa tetangga yang juga tidak kalah besar. Tapi, jalan masuk ke kecamatan hanyalah satu jalan, tidak ada jalan lain. Dan sudah di jaga oleh Marwan dan Sugeng, mereka bertindak cepat dengan melakukan hal itu," kata Abdul lagi. "Walau dia bersembunyi, tapi teman-teman Galuh itu sudah menyebar dan mencari orang-orang yang mencurigakan!" katanya lagi."Alhamdulillah, teman-teman Galuh bisa di andalkan," ujar Us
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas97. BERHARAP (Bagian A)"Astaghfirullahaladzim, yang bener, Dul?" tanya Usman dengan mata melotot. “Gila! Keluarga tidak waras!” ujar Usman dengan emosi."Iya, bener! Aku juga terkejut dengan hal ini," ujar Abdul pelan. “Aku tidak menyangka mereka mengambil kesempatan di dalam kesempitan seperti ini,” kata Abdul lagi.Mereka terdiam dan jatuh dalam keheningan. Saling menyelami pikiran masing-masing, penat akan segala hal yang telah terjadi hari ini. Belum siap mereka mencerna kabar buruk sudah datang kabar buruk yang lainnya."Dul, bagaimana ini? Tidak mungkin kita mengabarkan hal ini sama para orang tua, mereka pasti akan semakin shock," kata Usman pelan. “Aku takut hal ini akan menambah beban pikiran mereka,” lanjut Usman sambil menerawang, dia menatap ke depan sana dengan pandangan kosong.Tangannya menangkup kening dan memijatnya dengan pelan, wajahnya terlihat kusut dengan beberapa bulir keringat yang menggantung di sana."Ini juga yang ten
98. BERHARAP (Bagian B)Usman segera menggelar karpet di sisi ranjang Galuh, dan juga satu karpet di sisi ranjang Ellen. Setelahnya dia ikut membereskan makanan dan buah-buahan yang tadi dijinjing oleh Dewi."Istirahat, Bu!" pintanya pada Mai yang masih terlihat sangat sedih."Hah … Ibu ini tidak capek, Man. Tidak mengantuk juga, kalau bisa Ibu mau menggantikan posisi adikmu saja!" jawab Mai dengan nada getir."Mbak, ikhlaskan! Nanti sampeyan ikut sakit," kata Ajeng menepuk bahu Mai. “Jangan ngomong begitu, kita harus kuat!” ujar Ajeng tegas.Dia juga sedih, dia terpukul, dan dunianya juga hancur. Tapi semua sudah terjadi, dan tidak akan bisa diperbaiki, maka Ajeng berusaha berdamai dengan kenyataan."Sedih aku, Jeng! Ngeliat ke kanan, menantuku yang sakit. Ngeliat ke kiri, anakku yang terbaring sakit," kata Mai hampir terisak. “Bagaimana aku bisa kuat?” tanyanya pelan."Sudah-sudah, Buk! Benar kata Ajeng, ikhlaskan! Maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik," ujar Rohman sambil me