Share

91. BERDUKA (Bagian A)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-27 02:11:17

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas

91. BERDUKA (Bagian A)

Keluarga Galuh dan Ellena datang ke rumah sakit dengan dua mobil, mobil Dewi dan juga mobil Usman. Ambar dan Ika tinggal untuk menjaga anak-anak di rumah, dan yang lainnya semua berangkat ke rumah sakit begitu mendapatkan kabar kalau Ellena dan juga Galuh kecelakaan.

Motor mereka ditabrak entah oleh apa, dan pelakunya melarikan diri dan meninggalkan Ellen serta Galuh di tempat kejadian.

Dan saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan, pada siapa saja yang kemungkinan terlibat dengan kejadian ini.

Suasana yang sunyi dan juga di daerah perkebunan, membuat Galuh dan Ellena tergeletak lumayan lama di jalan sebelum ditemukan oleh orang yang kebetulan mau lewat. Sewaktu di bawa ke rumah klinik, Galuh dan Ellen dinyatakan kritis.

Klinik kecamatan angkah tangan, dan mereka membuat rujukan ke rumah sakit besar yang ada di kota.

"Allah, Allah, Allah …." gumaman lirih Mai terdengar di dalam mobil.

Bibirnya bergetar menggunakan na
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   92. BERDUKA (Bagian B)

    92. BERDUKA (Bagian B)Luka mereka berdua terlihat parah, Usman kembali bergidik saat memikirkannya.Sedangkan di sisi sebelah sana, di mobil yang lainnya. Ajeng tengah menangis di dalam pelukan Dewi, sedangkan Abdul terlihat menyebut nama Allah di sela kegiatannya menyetir mobil ini."Ya Allah, Galuh, Ellen, kenapa bisa begini? Padahal baru aja ketemu," kata Ajeng dengan isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati.Dewi mengusap lembut bahu sang Ibu yang terus menangis, dan matanya menerawang jauh ke depan sana. Melihat dua mobil ambulans yang membawa tubuh Galuh dan juga Ellen. "Bang, bisa lebih cepat?" ujar Dewi dengan gusar."Dek, ini sudah maksimal. Jangan sampai kita juga mengalami hal yang sama dengan Galuh dan juga Ellen," kata Abdul berusaha tenang. "kamu berdoa saja, Dek. Pinta kepada Allah, agar Ellen dan Galuh selamat!" tegasnya lagi.Memasuki daerah perkotaan, mobil tidak bisa melaju kencang. Berbeda dengan ambulans yang memiliki hak istimewa untuk menerobos lampu me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   93. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas93. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian A)"A—apa maksud anda, Dok?" Usman berucap getir, getar suaranya terdengar di sepanjang lorong yang sepi ini. Dia berusaha tenang di situasi ini, bagaimanapun juga diantara mereka harus ada satu orang yang tetap tenang untuk mengurusi semua nya."Apa yang terjadi dengan adik saya?" tanyanya lagi berusaha memastikan. "Dia baik-baik saja kan? Lalu kenapa dokter menyesal? Jangan bercanda, dok!" katanya emosi.Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Usman berkali-kali mengucapkan istighfar. "Kami mohon maaf, Pak!" ujar dokter itu dengan wajah yang menyesal. ”Tapi, kami memang harus terpaksa mengucapkan hal ini semua walau dengan hati yang sangat berat, anak yang dikandung Bu Ellena tidak bisa diselamatkan!" ujar Dokter itu dengan nada sendu.Ajeng dan Mai sontak membolakan mata mereka saat mendengar ucapan dokter muda tersebut. Rohman langsung berdiri dan mendekati sang dokter, dia seolah tak perca

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   94. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian B)

    94. KEHANCURAN DUA KELUARGA (Bagian B)"Bagaimana keadaan Ellen, Bu?" tanya Dewi sambil mendekat.Dia langsung bergegas duduk di samping Ajeng yang nampak membatu, matanya menerawang menatap kosong ke arah dinding. Matanya segera mengedar, demi menemukan Mai dan Rahman tengah berpelukan seolah tengah saling menguatkan."Man, bagaimana keadaan Ellen?" tanya Dewi lagi.Kali ini Dewi menodong Usman dengan pertanyaan, dan dia langsung mengernyit heran saat Usman menghela nafas berat dan menatapnya dengan pandangan sedih."Ellen selamat, dia sudah melewati masa kritis," kata Usman pelan.Dia lalu menatap dinding di depannya, ikut memandang kosong seperti para orang tua di sana. Wajahnya sangat tertekan dan juga diliputi banyak kabut kegelisahan."Kalau Ellen selamat, kenapa kalian nampak murung?" tanya Dewi heran. "Bukankah itu artinya adalah kabar baik?" tanya Dewi lagi tak mengerti."Hah …." Usman kembali menghela nafas berat."Tapi anaknya tidak bisa diselamatkan, keponakan kita tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   95. KRONOLOGI (Bagian A)

    Menantu Lemas, Ipar Panas, Mertua Lemas95. KRONOLOGI (Bagian A)Dewi yang melihat suaminya itu tergesa-gesa menjadi heran dan juga panik, ada apa? Ketakutan naik merayapi belakang kepalanya, namun dia juga tidak bisa melepaskan pelukannya pada Ajeng sekarang ini. Jadi Dewi hanya menatap Abdul, memberikan isyarat, bertanya ada apa. Namun reaksi Abdul cukup membuat dia bingung dan tambah panik, karena Abdul hanya menggeleng kecil dan tersenyum.Suaminya itu malah menuju ke tempat di mana Usman tengah duduk terpekur, dia berhenti tepat di depan Usman sehingga membuat Usman mendongakkan kepalanya."Man! Ayo ikut aku sebentar!" ajak Abdul sambil kembali memutar haluan, untuk kembali menjauhi tempat mereka. “Kita bicara di tempat lain!” kata Abdul sambil berjalan menjauh.Usman menghela nafas panjang, mengacak rambutnya sebentar, lalu bangkit dan mengikuti langkah Abdul. Karena sepertinya Abdul ingin mengatakan sesuatu yang penting, dan dia hanya berharap semoga apa yang akan suami Dewi i

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   96. KRONOLOGI (Bagian B)

    96. KRONOLOGI (Bagian B)"Buruk, bahkan dokter belum keluar dari ruangan dari tadi, dia hanya keluar sebentar untuk mengabarkan, kalau benturan di kepala Galuh cukup parah, dan beberapa tulang di rusuknya juga patah," kata Abdul menjelaskan. “Dokter sudah melakukan pertolongan yang diperlukan, dan Allah yang akan menentukan semuanya. Kita hanya bisa berdoa pada Allah SWT,” kata Abdul lagi."Astaghfirullah, bagaimana ini semua bisa terjadi? Dan apakah sudah ada kabar mengenai yang menabrak mereka?" tanya Usman menahan kesedihan."Belum, walau desa kita adalah desa besar, dan banyak desa tetangga yang juga tidak kalah besar. Tapi, jalan masuk ke kecamatan hanyalah satu jalan, tidak ada jalan lain. Dan sudah di jaga oleh Marwan dan Sugeng, mereka bertindak cepat dengan melakukan hal itu," kata Abdul lagi. "Walau dia bersembunyi, tapi teman-teman Galuh itu sudah menyebar dan mencari orang-orang yang mencurigakan!" katanya lagi."Alhamdulillah, teman-teman Galuh bisa di andalkan," ujar Us

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   97. BERHARAP (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas97. BERHARAP (Bagian A)"Astaghfirullahaladzim, yang bener, Dul?" tanya Usman dengan mata melotot. “Gila! Keluarga tidak waras!” ujar Usman dengan emosi."Iya, bener! Aku juga terkejut dengan hal ini," ujar Abdul pelan. “Aku tidak menyangka mereka mengambil kesempatan di dalam kesempitan seperti ini,” kata Abdul lagi.Mereka terdiam dan jatuh dalam keheningan. Saling menyelami pikiran masing-masing, penat akan segala hal yang telah terjadi hari ini. Belum siap mereka mencerna kabar buruk sudah datang kabar buruk yang lainnya."Dul, bagaimana ini? Tidak mungkin kita mengabarkan hal ini sama para orang tua, mereka pasti akan semakin shock," kata Usman pelan. “Aku takut hal ini akan menambah beban pikiran mereka,” lanjut Usman sambil menerawang, dia menatap ke depan sana dengan pandangan kosong.Tangannya menangkup kening dan memijatnya dengan pelan, wajahnya terlihat kusut dengan beberapa bulir keringat yang menggantung di sana."Ini juga yang ten

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   98. BERHARAP (Bagian B)

    98. BERHARAP (Bagian B)Usman segera menggelar karpet di sisi ranjang Galuh, dan juga satu karpet di sisi ranjang Ellen. Setelahnya dia ikut membereskan makanan dan buah-buahan yang tadi dijinjing oleh Dewi."Istirahat, Bu!" pintanya pada Mai yang masih terlihat sangat sedih."Hah … Ibu ini tidak capek, Man. Tidak mengantuk juga, kalau bisa Ibu mau menggantikan posisi adikmu saja!" jawab Mai dengan nada getir."Mbak, ikhlaskan! Nanti sampeyan ikut sakit," kata Ajeng menepuk bahu Mai. “Jangan ngomong begitu, kita harus kuat!” ujar Ajeng tegas.Dia juga sedih, dia terpukul, dan dunianya juga hancur. Tapi semua sudah terjadi, dan tidak akan bisa diperbaiki, maka Ajeng berusaha berdamai dengan kenyataan."Sedih aku, Jeng! Ngeliat ke kanan, menantuku yang sakit. Ngeliat ke kiri, anakku yang terbaring sakit," kata Mai hampir terisak. “Bagaimana aku bisa kuat?” tanyanya pelan."Sudah-sudah, Buk! Benar kata Ajeng, ikhlaskan! Maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik," ujar Rohman sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   99. ASING NAMUN AKRAB

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas99. ASING NAMUN AKRABPOV GALUHSakit! Kepalaku terasa sangat sakit seolah tengah dipukul dengan godam yang sangat besar, dan aku baru menyadari kalau aku berada di suatu tempat yang sangat asing di indra penglihatanku. Tempat yang dipenuhi dengan rumput hijau seperti lapangan luas atau padang rumput, dan sebuah pohon di tengah-tengah nya, yang sedang aku jadikan tempat bernaung saat ini.Ini dimana?Aku sebelumnya tidak pernah berada di sini, bahkan melihatnya pun tidak pernah. Padahal sudah dua puluh delapan tahun aku hidup di dunia ini, namun aku tidak tahu dan tidak punya ide saat ini sedang ada di mana.Di desaku tidak ada padang rumput sehijau ini, setenang ini, dan sedamai ini. Di sana hanya ada kebun sawit, atau hamparan hutan belukar.Jadi, aku saat ini ada di mana?Aku mencoba menggali ingatanku, namun tak kutemukan apapun di dalam sana. Ah, tidak bisa begini. Mau sampai kapan aku diam dan menunggu nasib yang tak jelas?Aku bangkit d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27

Bab terbaru

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)

    235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   233. BERCERAI (Bagian B)

    233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   232. BERCERAI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)

    231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)

    229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)

    228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den

DMCA.com Protection Status