Share

97. BERHARAP (Bagian A)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2022-06-27 02:23:55

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas

97. BERHARAP (Bagian A)

"Astaghfirullahaladzim, yang bener, Dul?" tanya Usman dengan mata melotot. “Gila! Keluarga tidak waras!” ujar Usman dengan emosi.

"Iya, bener! Aku juga terkejut dengan hal ini," ujar Abdul pelan. “Aku tidak menyangka mereka mengambil kesempatan di dalam kesempitan seperti ini,” kata Abdul lagi.

Mereka terdiam dan jatuh dalam keheningan. Saling menyelami pikiran masing-masing, penat akan segala hal yang telah terjadi hari ini. Belum siap mereka mencerna kabar buruk sudah datang kabar buruk yang lainnya.

"Dul, bagaimana ini? Tidak mungkin kita mengabarkan hal ini sama para orang tua, mereka pasti akan semakin shock," kata Usman pelan. “Aku takut hal ini akan menambah beban pikiran mereka,” lanjut Usman sambil menerawang, dia menatap ke depan sana dengan pandangan kosong.

Tangannya menangkup kening dan memijatnya dengan pelan, wajahnya terlihat kusut dengan beberapa bulir keringat yang menggantung di sana.

"Ini juga yang ten
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   98. BERHARAP (Bagian B)

    98. BERHARAP (Bagian B)Usman segera menggelar karpet di sisi ranjang Galuh, dan juga satu karpet di sisi ranjang Ellen. Setelahnya dia ikut membereskan makanan dan buah-buahan yang tadi dijinjing oleh Dewi."Istirahat, Bu!" pintanya pada Mai yang masih terlihat sangat sedih."Hah … Ibu ini tidak capek, Man. Tidak mengantuk juga, kalau bisa Ibu mau menggantikan posisi adikmu saja!" jawab Mai dengan nada getir."Mbak, ikhlaskan! Nanti sampeyan ikut sakit," kata Ajeng menepuk bahu Mai. “Jangan ngomong begitu, kita harus kuat!” ujar Ajeng tegas.Dia juga sedih, dia terpukul, dan dunianya juga hancur. Tapi semua sudah terjadi, dan tidak akan bisa diperbaiki, maka Ajeng berusaha berdamai dengan kenyataan."Sedih aku, Jeng! Ngeliat ke kanan, menantuku yang sakit. Ngeliat ke kiri, anakku yang terbaring sakit," kata Mai hampir terisak. “Bagaimana aku bisa kuat?” tanyanya pelan."Sudah-sudah, Buk! Benar kata Ajeng, ikhlaskan! Maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik," ujar Rohman sambil me

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   99. ASING NAMUN AKRAB

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas99. ASING NAMUN AKRABPOV GALUHSakit! Kepalaku terasa sangat sakit seolah tengah dipukul dengan godam yang sangat besar, dan aku baru menyadari kalau aku berada di suatu tempat yang sangat asing di indra penglihatanku. Tempat yang dipenuhi dengan rumput hijau seperti lapangan luas atau padang rumput, dan sebuah pohon di tengah-tengah nya, yang sedang aku jadikan tempat bernaung saat ini.Ini dimana?Aku sebelumnya tidak pernah berada di sini, bahkan melihatnya pun tidak pernah. Padahal sudah dua puluh delapan tahun aku hidup di dunia ini, namun aku tidak tahu dan tidak punya ide saat ini sedang ada di mana.Di desaku tidak ada padang rumput sehijau ini, setenang ini, dan sedamai ini. Di sana hanya ada kebun sawit, atau hamparan hutan belukar.Jadi, aku saat ini ada di mana?Aku mencoba menggali ingatanku, namun tak kutemukan apapun di dalam sana. Ah, tidak bisa begini. Mau sampai kapan aku diam dan menunggu nasib yang tak jelas?Aku bangkit d

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   101. BAPAK DAN ANAK (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas101. BAPAK DAN ANAK (Bagian A)"BAPAK?!" Aku berseru kaget, merasa gamang antara yakin dan tidak dengan penglihatanku sendiri dan segera berlari, entah kenapa aku merasa ketakutan kalau sosok yang persis seperti Bapak itu akan pergi dan menghilang. Walau tertatih dengan rasa sakit yang mendera, namun aku tetap berusaha berlari sambil tetap menggendong anak kecil yang tadi aku jumpai.Hosh hosh hosh ….Nafasku tersengal-sengal, entah kenapa pohon yang seharusnya dekat itu terasa sangat jauh untuk kugapai. Namun semakin dekat aku bisa melihatnya, Bapak, aku yakin itu adalah Bapak. Postur tubuhnya, dan cara duduknya, tak salah lagi itu pasti Bapak. "Pak! Bapak!" Aku berteriak.Jarak kami yang tidak sudah tidak terlalu jauh, membuat dia bisa mendengar suaraku dan mendongak. Wajahnya berkerut keheranan, matanya memicing tajam, dan akupun segera kembali berjalan agar bisa secepatnya sampai ti tempat itu."Galuh?!" pekiknya tak percaya.Aku mengham

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   102. BAPAK DAN ANAK (Bagian B)

    102. BAPAK DAN ANAK (Bagian B)"Galuh, kau tidak boleh di sini! Kau harus menjaga Ibu dan juga Kakak-kakakmu!" kata Bapak sambil mencengkram bahuku.Melihat raut wajahnya dan ketakutannya, aku menyadari ini tempat apa. Yah, tidak mungkin bapak yang sudah meninggal lima belas tahun yang lalu tiba-tiba hidup kembali, aku merasa ingin menangis. "Apa Galuh sudah mati, Pak?" tanyaku dengan nada bergetar."Tidak! Tidak! Kamu belum mati, Bapak yakin itu," kata Bapak dengan tenang."Jadi? Kenapa aku bisa di sini?" tanyaku entah pada siapa."Entahlah, bapak juga tidak mengerti," kata Bapak lagi.Hening, kami sama sekali tidak mengeluarkan suara setelahnya. Aku segera menatap ke bawah, tangan mungil anak kecil tadi kembali menarik-narik bajuku."Apa?" tanyaku padanya."Galuh?" tanyanya gamang, dia menatapku dengan pandangan kosong.Aku heran, kenapa pula anak kecil ini menyebut namaku? Bapak menatapnya dengan pandangan yang sama."Iya, nama Om adalah Galuh!" kataku menjelaskan."Dia siapa?" ta

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   104. KESADARAN GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas104. KESADARAN GALUH (Bagian A)"Papa!" Suara itu terdengar."Pa!" Lagi."Papa bangun, Mama butuh Papa!" Lagi."Pa!" Dan lagi.Suara anak kecil yang baru aku tahu adalah anakku, terdengar berbisik di telingaku dengan sangat lirih. Seolah menyemangatiku untuk segera bangkit, namun rasa sakit di tubuhku seolah menahan segala pergerakan yang ingin aku lakukan.Dulu, dulu sekali. Waktu remaja dan darah muda masih menggelora di dada, aku pernah mengalami hal ini. Berhari-hari terkapar kesakitan, akibat melakukan adu jotos dengan kakak kelas. Takut pulang, hingga menginap di rumah Sugeng selama satu Minggu. Di urus oleh Bu Atik, ibunya Sugeng, dengan sepenuh hati. Kesakitan yang dulu, dan yang sekarang, terasa amat berbeda, aku sulit sekali untuk keluar dari alam bawah sadar. Apa mungkin karena aku sudah tidak mempunyai darah muda lagi? Atau karena aku takut meninggalkan anakku sendirian di alam sana?Anakku, yang belum pernah aku sentuh, belum per

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   105. KESADARAN GALUH (Bagian B)

    105. KESADARAN GALUH (Bagian B)"Galuh! Ya Allah anakku!" Suara Ibu yang diiringi isak tangis tangisnya, benar-benar menyayat hatiku. Benar apa yang dikatakan Ellen, Ibu sudah berubah, dan dia benar-benar menyayangiku saat ini."Nang! Galuh! Pak panggil dokter!" Ah, Ibu mertuaku. Karena jasanya yang tak terhingga lah makanya aku bisa bersama dengan Ellena kini, dia lah yang meluluhkan hati Bapak agar mengizinkan anak kesayangannya dilamar olehku yang hanya pengangguran tak jelas saat itu.Ah ….Aku hampir mendesah saat merasakan sakit di lengan kananku, rasanya seperti di suntik oleh sesuatu karena terasa ada cairan yang masuk ke dalam tubuhku. Namun tak bisa, bibirku terasa amat kering sehingga amat sulit untuk mengeluarkan suara."A—air," lirihku mencoba berbicara.Kak Dewi dengan tanggap memberikan minum dengan sendok, tetes demi tetes air berhasil mengaliri kerongkonganku yang terasa amat kering dan juga panas.Alhamdulillah, kelegaan mengambil alih kerongkonganku. Rasanya seper

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   106. HARUS JAWAB APA? (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas106. HARUS JAWAB APA? (Bagian A)POV AUTHOR "Bang, sini!" Dewi menarik tangan Abdul dengan tergesa-gesa, Usman yang juga berada di sana sampai terkaget-kaget saat melihat keberingasan Dewi tadi. Karena takut terjadi sesuatu, Usman segera mengikuti pasangan suami istri itu.Di depan sana Usman bisa melihat Abdul yang juga tengah menolehkan kepalanya ke belakang, menunjukkan raut bertanya. Usman mengangkat bahu karena dia pun tak tahu apa-apa, jika Abdul yang berstatus sebagai suami Dewi saja tidak tahu, bagaimana bisa dia tahu?Dewi berhenti di kantin rumah sakit, duduk di salah satu kursi dan matanya segera memicing tajam melihat seksama dua pria yang sekarang duduk di depannya.Satu suaminya dan yang satu temannya semenjak kecil. Dua pria yang kini hanya bisa menatap Dewi dengan pandangan bertanya-tanya."Ada apa, sih, Dek?" tanya Abdul pelan."Apa yang kalian sembunyikan?" tanya Dewi balik.Tajam, lurus, dan tanpa tedeng aling-aling. Pertany

    Last Updated : 2022-06-27
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   107. HARUS JAWAB APA? (Bagian B)

    107. HARUS JAWAB APA? (Bagian B)Suara Ahmad terdengar tenang dan juga berwibawa, pakaian nya yang putih bersih sangat cocok dengan wajahnya yang terlihat sangat teduh."Dari kantin, Pak!" kata Abdul sambil menyalami tangan Ahmad."Kapan datang, Pak, Bu?" tanya Usman setelah bergantian ikut menyalami kedua orang tua Abdul."Dari tadi, sih," kata Bu Zainab sambil tersenyum kecil."Kenapa Bapak dan Ibu di luar? Bukannya di dalam ada sofa dan karpet? Ruangan Galuh juga cukup luas," kata Usman ikut mendudukkan dirinya di samping Abdul, yang sudah lebih dahulu duduk."Iya, kami baru saja keluar, kok. Karena di dalam ada dokter yang memeriksa Ellen, dia sudah sadar." Ucapan dari Zainab, sukses membuat Usman melotot dan tak lama kemudian dia segera melakukan sujud syukur."Alhamdulillah, ya Allah …." "Alhamdulillah, hu hu hu, adikku akhirnya sadar …." Dia bersyukur di sela tangisannya."Alhamdulillah ya Allah, akhirnya engkau ijabah doa kami." Abdul berujar dengan sangat haru."Pak, Bu, se

    Last Updated : 2022-06-27

Latest chapter

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)

    235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   233. BERCERAI (Bagian B)

    233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   232. BERCERAI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)

    231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)

    229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)

    228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den

DMCA.com Protection Status