Beranda / Lainnya / Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas / 67. Kelahiran Galuh (Bagian B)

Share

67. Kelahiran Galuh (Bagian B)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-25 04:19:02

67. Kelahiran Galuh (Bagian B)

"Tidak ada? Tidak ada kau bilang? Aku baru saja pulang sore itu, saat mendengar kabar kau melahirkan. Dan aku jugalah yang memungut anakmu dari panti asuhan itu, Ajeng! Akulah yang menyelamatkan Galuh dari kegilaanmu!" pekiknya kuat.

Allah!

Aku limbung, dan jatuh ke lantai. Terucap sudah apa yang selama ini aku pendam, kenapa harus seperti ini? Kenapa semuanya tidak bisa ditutupi saja sampai akhir hayatku?

Padahal aku ingin membawa rahasia ini hingga ke liang lahat, aku tak mampu dan tak mau mengingatnya lagi.

"Tenangkan dirimu, Jeng!" pinta Asih padaku, dia menuntunku untuk kembali duduk di sofa.

Mataku menerawang dan tak terasa air mataku mengalir dengan deras, Galuh, Galuh ku, ya Allah!

"Aku tidak menyangka, kau mau membesarkannya," kata Bang Jarwo dengan seringai mengejek.

"Bang! Tolong lupakan!" pintaku memelas.

"Lupakan? Melupakan apa? Terlalu banyak kesalahan yang kau buat! Aku harus melupakan apa, Ajeng?!" tanyanya tegas. “Coba katakan!” tegas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   68. Ulah Ratmi (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas68. Ulah Ratmi (Bagian A)POV ELLENA"Wah, ada Bu Ratmi …." Aku berkata dengan ekspresi ceria yang dibuat-buat, dengan jelas aku tunjukkan wajah ketidaksukaan ku kepadanya. Biar dia tahu diri! "Ngapain, Bu? Silaturahmi?" tanyaku lagi sambil menyalami Ibu, dan juga Pak Jarwo serta Bu Asih. “Rajin banget datang ke sini,” ujarku lagi sambil terkekeh.Segera aku menarik tangan Bang Galuh untuk duduk di sofa yang muat untuk tiga orang, sedang Ibu di sofa tunggal, dan Pak Jarwo serta Bu Asih di sofa muat tiga orang. Bu Ratmi masih berdiri sambil menatap kami, matanya yang licik seolah tengah memancarkan sinar.Namun apa? Apa yang aku lewatkan? Sialan! Aku segera menatap Ibu yang berwajah murung, jejak air mata terlihat di wajah cantiknya. Setali tiga uang dengan Ibu, Pak Jarwo dan istrinya juga seolah tengah memendam sesuatu.Sedangkan Bu Ratmi, dia bersedekap seolah tengah menanti sesuatu. Ah … aku sangat benci ketika aku tidak mengetahui apapun se

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   69. Ulah Ratmi (Bagian B)

    69. Ulah Ratmi (Bagian B)"Waduh, gak kebalik?" tanyaku dengan tajam. "Ya kali ada orang gila secantik aku!" kataku sombong sambil mengibaskan hijab yang aku pakai.Dia mendelik sinis, dan aku melengos tidak peduli. "Emangnya kakakku itu kurang kerjaan? Sampai gebukin dirinya sendiri? Eh, Bu! Kami sudah visum ya, dan hasilnya akan membuat anak Ibu itu di penjara dengan sangaaaaat lama!" kataku mengejek.Wajahnya berubah panik saat mendengar ucapanku, dia langsung menatap Ibu dengan pandangan tajam. "Ajeng! Aku tidak main-main!" katanya menggeram."Apa, sih? Mau main apa? Gundu? Karet? Atau main engklek? Hayuk aku jabanin, jangan sama Ibu," kataku menyela."Ajeng!" pekiknya lagi."Ratmi! Diam kamu," kata Pak Jarwo tajam."Diam? Tidak akan! Jika dia tidak mencabut laporannya, maka akan aku beberkan semuanya!" kata Bu Ratmi menyeringai licik.Aku diam mengamati situasi, membeberkan apa? Aku bisa menarik kesimpulan kalau Bu Ratmi mempunyai sesuatu yang bisa menekan Ibu."AJENG!" Bu Ratm

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   70. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas70. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian A)“APA?!”Bu Ratmi tercengang, dia menatap Ibu dengan pandangan tak percaya. Sedangkan Ibu menghela nafas seolah lega karena bisa mengucapkan kata-kata yang diucapkannya barusan.“Apa maksudmu Ajeng?” tanyanya lagi setelah dia sempat terdiam selama beberapa saat. “Apa yang baru saja kau katakan?” tanya memastikan.“Aku yang akan mengatakannya sendiri!” Ibu berucap tegas, namun getar suaranya tidak bisa di bohongi. “Biarkan dia tahu melalui mulutku!” kata Ibu mantap.Dia terlihat seolah tengah menahan tangis dan juga kesedihan yang amat mendalam, namun tetap berusaha untuk tegar. Sebenarnya ada apa, sih?“Kau bercanda? Kau mau dia membencimu?” tanyanya sambil menunjuk Bang Galuh dan juga Ibu secara bergantian. “Kau pasti sudah kehilangan akal sehatmu!” lanjutnya lagi.“Tidak apa-apa, aku sudah siap dengan segala konsekuensinya!” kata Ibu dengan mantap.Dia menatap Bang Galuh dengan sorot mata

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   71. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian B)

    71. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian B)"Baiklah!" Ucapan Bu Ratmi sukses membuat aku termenung, apa dia menyerah dengan semudah itu? Tapi saat aku melirik Ibu dan juga Pak Jarwo serta Bu Asih, wajah mereka malah menunjukkan ketakutan yang amat sangat.Kenapa? Bukankah seharusnya mereka senang kalau Bu Ratmi menyerah?"Karena Gery akan tetap masuk penjara, maka akan aku ungkapkan saja semuanya, Ajeng!" kata Bu Ratmi sambil menyeringai."Tidak!" Ibu mencegah. "Aku yang akan mengatakannya!" katanya lagi."Oh, tidak bisa! Bisa saja kau akan memutar balikkan fakta nanti. Diam, dan lihat! Bagaimana hancurnya Galuh nanti!" katanya ketus.Hancur? Bang Galuh?"Cukup! Bukankah dari tadi aku sudah bilang, jangan di teruskan?" kata Bang Galuh tajam."Ha ha ha, mana mungkin aku diam! Sedangkan rahasia ini adalah salah satu kelemahan Ajeng? Dia akan dibenci oleh anak kandungnya sendiri!" kata Bu Ratmi dengan sadis."Aku tidak akan pernah membenci Ibu!" kata Bang Galuh tegas."Ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   72. Air Mata Galuh (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas72. Air Mata Galuh (Bagian A)“A-Apa?!”Bu Ratmi tergagap, dia menatap Bang Galuh dengan pandangan yang menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, dengan ucapan yang baru saja diluncurkan oleh suamiku itu. Tidak jauh berbeda dengan Bu ratmi, Ibu dan juga Pak Jarwo serta Bu Asih juga menunjukkan ekspresi yang sama.Mereka semua terkejut dengan jawaban yang Bang Galuh berikan. Sedangkan aku dan Kak Ambar masih diam dan mengamati. Kami masih belum terlalu paham dengan semua ini. Apakah yang dimaksud dengan kata-kata Bu Ratmi tadi sama dengan yang kami pikirkan? atau ada arti lainnya?Bang Galuh menghela nafas panjang, seolah tengah mengumpulkan segenap kekuatannya. Walau aku belum mengerti, tapi aku menggenggam tangannya dan menunjukkan padanya bahwa apapun yang terjadi aku selalu ada di sampingnya. Aku akan selalu bersamanya, walau saat senang maupun susah. Tidak akan meninggalkan dirinya! Dan mungkin Bang Galuh memahami arti dari gesture tubuhku

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   73. Air Mata Galuh (Bagian B)

    73. Air Mata Galuh (Bagian B)"Halah, tidak usah sok membela suamimu ini, Len! Wong Ibunya saja mau membuang dia, apalagi kamu yang hanya orang lain!" katanya mengejek.Bang Galuh tersentak, aku bisa merasakannya! Dan entah kenapa genggaman tangannya di jemariku terlepas, dan telapak tangannya terbuka begitu saja."Tidak usah repot-repot mengurusi hidup kami, Bu! Silahkan Ibu urusi saja kelakuan anak Ibu, cari pengacara yang handal. Yah, itupun kalau ada yang mau jadi pengacaranya!" kataku mengejek. “Suamiku, dan keluargaku, itu urusanku. Tidak usah repot-repot untuk ikut mengurusnya!” kataku dengan tegas."Sialan kau Ellen!" pekiknya kuat. “Perempuan laknat!” katanya emosi."Nah, daripada capek-capek di sini, dari tadi nggak duduk. Mendingan Ibu pulang! Gugatan kami akan tetap berlanjut, walau apapun yang terjadi!" kataku dengan tegas."Dasar keluarga biadab! Keluarga setan!" katanya sambil menghentakkan kakinya keluar. "Aku sumpahin kalian selalu mendapatkan kesialan!" katanya sambi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   74. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas74. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian A)Aku mengusap kepala Bang Galuh yang tengah berada di pangkuanku. Saat ini kami sudah berada di tempat tidur, dengan aku yang duduk bersandar di kepala ranjang dan Bang Galuh yang menyandarkan kepalanya di pangkuanku.Kami menangis berdua, dan meratap bersama. Suamiku itu benar-benar menunjukkan kerapuhannya, dia membenamkan wajahnya di perutku. Tanganku tak berhenti mengelus rambutnya yang lebat, dan berharap sentuhan tanganku akan sukses membuat dia tenang dan juga nyaman.Kami belum bersuara dari tadi, hanya sesekali isakannya terdengar dan teredam perutku."Dek …." Suara Bang Galuh terdengar sangat serak di telingaku, walau bersuara namun dia masih tetap di posisi semula. Aku menunggu dia untuk membuka pembicaraan, malam ini aku akan mendengar semua keluh kesahnya."Hmmm?" Aku bergumam pelan, tanganku tetap bergerak di rambutnya, menyisir rambut tebalnya dengan jemariku."Apa mungkin, aku ini memang tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   75. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian B)

    75. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian B)Allah, tak mampu aku melanjutkan ucapanku. Aku ikut terisak dan tergugu hingga air mataku jatuh membasahi kepalanya.Namun tak lama, telapak tangan Bang Galuh terasa menepuk-nepuk kepalaku yang tak tertutupi hijab. Walau posisinya tidak berubah, namun tangannya mengelus kepalaku dengan sangat lembut."Jangan nangis, saat ini A—abang lagi nggak bisa meluk dan nenangin kamu, Dek …." katanya serak.Pecah sudah tangisanku, aku mengeluarkan semua air mata kesedihanku. Berharap dengan itu, sesak di dadaku sedikit berkurang. Bang Galuh terisak semakin perih, tapi saat ini aku maupun dia tidak bisa saling menguatkan. "Du—dulu Abang sering bermain sampai larut malam, berharap Ibu mengkhawatirkan Abang. Ta—tapi sayangnya, hingga Abang kecelakaan dan mengalami patah tulang pun, Ibu hanya melihat tak lebih dari satu menit. Pupus sudah harapan Abang agar bisa dirawat oleh Ibu, sama seperti sebelum-sebelumnya Kak Ambar dan Kak Dewi lah yang merawat Abang. Saki

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25

Bab terbaru

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)

    235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   233. BERCERAI (Bagian B)

    233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   232. BERCERAI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)

    231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)

    229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)

    228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den

DMCA.com Protection Status