Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas76. Menjalankan Rencana (Bagian A)"Dek, mata Abang sakit," kata Bang Galuh.Sambil mengucek matanya, dia lalu berjalan perlahan mendekatiku yang sedang memasak di dapur. Masakan simple kupilih pagi ini, hanya nasi goreng sosis. Mudah dibuat, namun enak rasanya dan tentunya mengenyangkan. Untuk menghadapi keluarga Bang Gery kami memang membutuhkan energi yang besar.Aku menatap Bang Galuh yang kini duduk di kursi meja makan, dia pasti sudah mandi karena aura kesegaran menguat dari tubuhnya. Suamiku sangat tampan, walau matanya sedikit sembab."Kan, udah aku kompres, Bang," kataku sambil mendekatinya."Iya, kamu mengompreskan supaya nggak bengkak. Emang nggak bengkak, sih, Dek. Tapi sakit, perih gitu …." katanya manja. “Lihat ini,” katanya sambil menunjukkan matanya."Hem, itu efek samping dari air mata yang keluar, Bang. Nikmatin aja," kataku santai. “Bagus juga sih, mata Abang jadi kecuci,” lanjutku lagi."Oh, gitu." Bang Galuh mengangguk menge
77. Menjalankan Rencana (Bagian B)Setelah menemui Wak Sarkam, kami segera berlalu ke arah lokasi pembangunan bengkel Bang Galuh. Di sana sudah menunggu Bang Gitok dan juga Bang Torik, mereka berdua terlihat sedang berbincang dan meminum kopi di bangku luar yang ada di warnet Bang Torik.Aku langsung menuju ke tempat mereka duduk, sedangkan Bang Galuh menuju pembangunan bengkelnya. Entah apa yang mau dia lakukan, aku pun tidak bertanya."Wah, Nyonya Bos tumben ikut ke sini?" tanya Bang Torik menggoda."Iya, Bang. Mau memantau, kerjanya Bang Gitok ini bagus nggak. Kalau nggak bagus, biar aku cor sekalian," kataku bercanda. "Serem banget, Len. Kalau Abang kamu cor, siapa yang nemenin kakakmu di rumah?" tanya Bang Gitok setelah menyeruput kopinya."Ya nikah lagi, lah," ucapku dengan santai."Tak pites juga istrimu ini, Luh!" kata Bang Gitok bercanda, saat Bang Galuh berjalan mendekat."Ha ha ha, jangan lah, Bang!" sahut Bang Galuh mendekat. “Kesayangan aku ini!” katanya sambil merangkul
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas78. Bu Ratmi Salah Paham (Bagian A)"Wah wah, ngapain ke sini rame-rame?" ujar Sarah mengejek.Dia berkacak pinggang di teras rumah keluarga Bang Gery, wajah cantiknya merengut saat melihat aku menggandeng lengan Bang Galuh manja. Dia menatapku dari atas ke bawah dan kembali mencebik sinis, aku sih santai saja. Toh, dia hanya mantan dan aku lah yang sah statusnya menjadi Nyonya Galuh Dirga."Apaan sih gandeng-gandengan di depan khalayak ramai, gak punya malu, yah?" tanyanya sinis. “Kayak truk aja, gandengan terus!” katanya lagi."Malu? Kami ini sudah sah, lohhhhh," kataku memamerkan cincin kawin yang ada di jemariku. “Sudah sah!” kataku lagi dengan penuh penekanan."Sialan kamu Ellen!" katanya sambil menghentakkan kaki nya dan berjalan masuk ke dalam rumah. "BU! ADA PENGGANGGU DATANG KE SINI!" teriaknya lantang, sehingga kami yang masih berada di luar bisa mendengar teriakannya yang seperti suara geledek itu."Mantan kamu itu, Bang," kataku men
79. Bu Ratmi Salah Paham (Bagian B)Mereka ini bukan keluarga yang kekurangan, tapi sifat serakah dari Bu Ratmi lah yang membuat Bang Gery mampu mencuri sawit Ibu, terlepas dari dia berselingkuh atau tidak.Sangkin serakahnya, aku pernah dengar kalau Pak Parno itu sebenarnya sudah tidak kuat bekerja menjadi pemborong bangunan karena dia sudah tua, dia mau membuka usaha di rumahnya saja. Tapi Bu Ratmi tidak setuju, karena jelas penghasilan Pak Parno yang berpuluh-puluh juta sebulan, tidak bisa lagi dinikmatinya."Masih kerja? Oalah Ratmi, Ratmi … kok ya tidak ada kasihan ya sedikitpun sama Parno," kata Pak Jarwo sambil menggeleng. “Dia itu sudah tua!” lanjut Pak Jarwo."Maksud Abang apa?!" tanya Bu Ratmi tak terima."Parno itu sudah tua, mbok ya kamu buatkan usaha di sini. Kan, dia tidak perlu bekerja di luaran sana!" kata Pak Jarwo lagi."Halah, Abang tau apa? Rokoknya deras, aku tidak sanggup menanggungnya kalau dia tidak kerja!" kata Bu Ratmi masih ketus."Tapi kan selama ini dia be
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas80. Gery yang terkutuk (Bagian A)POV RATMIBau minyak kayu putih langsung menyeruak masuk ke dalam Indra penciumanku, dan aku bisa merasakan kalau betisku tengah dipijat-pijat oleh seseorang."Bu! Ibu!" Suara Sarah terdengar sayup-sayup di telingaku, namun untuk membuka mata saja aku masih belum sanggup. Berat sekali rasanya.Kepalaku pusing, dan rasanya seperti tengah ditimpa batu puluhan ton. Sakit sekali.Kenapa aku bisa seperti ini? Aku mengingat lagi, menggali lebih dalam ke memoriku. Namun, tak kutemukan apapun apa yang bisa menyebabkan aku seperti ini."Ibu!"Suara Sarah kembali terdengar kali ini seperti hampir mau menangis di telingaku, dia merengek di samping kepalaku, dan juga terdengar seperti tengah memaki-maki seseorang. Memaki siapa?"Ibu! Kalian apakan Ibuku? Hah?!" ujarnya emosi. “Dasar pengacau!” katanya lagi.Dia kembali memaki dan berteriak, dan setelahnya terdengar suara wanita membantah ucapan Sarah. Siapa? Siapa yang be
81. Gery yang terkutuk (Bagian B)Aku memejamkan mata berusaha mencari cara agar bisa membantah ucapannya, namun tak bisa menemukan bantahan yang pas."Dan sudah lewat jatuh tempo dari dua minggu yang lalu!" kata Bang Jarwo sambil menatap wajahku. "Seperti kesepakatan awal, maka rumah ini akan menjadi milikku!" katanya lantang."APA?!" Sarah berdiri tergesa-gesa, dia menatap Bang Jarwo dengan pandangan nyalang. "Heh, orang tua! Enak saja mau mengambil rumah ini! Ini adalah rumah yang akan diberikan Bapak untukku!" katanya marah. “Siapa kalian yang ingin mengambil rumahku, hah?” pekiknya emosi.Ya, kami memang berencana untuk memberikan rumah ini kepada Sarah sebagai anak bungsu. Dan sudah pasti dia akan bertindak bar-bar untuk mempertahankan miliknya, aku menghela nafas dengan lelah.Punya anak lelaki hanya satu, tapi tingkah lakunya seperti mempunyai anak seratus. Aku pusing dibuatnya! Segala tingkah lakunya selalu merugikanku. Ya, walaupun keuntungan dia mengambil sawit Ajeng juga
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas82. PENANGKAPAN (Bagian A)POV RATMI"Atau begini saja, aku akan menelpon Parno dan berurusan dengan dia saja. Pasti dia bisa mempertanggung jawabkan perbuatan Gery dengan sangat bijak!" kata Bang Jarwo tegas. “Berbicara dengan kepala rumah tangga sepertinya adalah pilihan yang tepat, dan aku sangat tahu bagaimana si Parno. Dia pasti kan membayar hutang hutang Gery!” lanjutnya lagi.Aku meneguk ludahku dengan kasar, membayangkan kemarahan Bang Parno saja sudah membuat aku berkeringat dingin. Dari dulu suamiku itu memang tidak suka memanjakan anak, dan menuruti semua kemauan anak.Dia selalu mengajarkan anak-anak kami menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab, tapi aku yang menyayangi mereka memberikan segalanya. Lagi pula, mereka kan anakku. Apa salahnya, sih?Namun, jika dia mengetahui permasalahan Gery aku yakin dia akan sangat murka. Apalagi dengan seluruh kasus yang menimpa Gery. Ah, sialan sekali hidup ini. Tidak ada yang berjalan lan
83. PENANGKAPAN (Bagian B)Tak cukup dengan orang tua dan Abang yang kaya, Ellen menikah dengan Galuh. Siapapun tahu kalau Ajeng juga kaya raya. Walau Galuh adalah anak yang tidak diinginkan ya, tapi jelas Galuh adalah penerus keluarga Ajeng.Hidup Ellen, dipenuhi dengan kemudahan dan kesenangan yang dari dulu diimpikan oleh anakku. Sarah yang mencintai Galuh, pernah bermimpi untuk menjadi nyonya di keluarga itu. Tapi sayang, hubungan mereka kandas ditengah jalan.Pantas saja, Sarah sangat membenci Ellen. Aku juga mulai membenci wanita muda itu. Dia seolah-olah selalu diberikan wewenang untuk ikut campur di semua masalah orang lain, wanita sialan!Hah ….Aku menghela nafas sambil memalingkan wajah, malas sekali melihat wajah Ellen. Jika tadi melas melihat Bang Jarwo, maka kali ini aku malas melihat Ellen. Aku intinya alergi, dengan wajah-wajah yang membuat aku harus mengeluarkan uang dan tenaga yang banyak."Bagaimana?" tanya Bang Jarwo lagi.Melihat aku diam dan juga tidak menggubris