83. PENANGKAPAN (Bagian B)Tak cukup dengan orang tua dan Abang yang kaya, Ellen menikah dengan Galuh. Siapapun tahu kalau Ajeng juga kaya raya. Walau Galuh adalah anak yang tidak diinginkan ya, tapi jelas Galuh adalah penerus keluarga Ajeng.Hidup Ellen, dipenuhi dengan kemudahan dan kesenangan yang dari dulu diimpikan oleh anakku. Sarah yang mencintai Galuh, pernah bermimpi untuk menjadi nyonya di keluarga itu. Tapi sayang, hubungan mereka kandas ditengah jalan.Pantas saja, Sarah sangat membenci Ellen. Aku juga mulai membenci wanita muda itu. Dia seolah-olah selalu diberikan wewenang untuk ikut campur di semua masalah orang lain, wanita sialan!Hah ….Aku menghela nafas sambil memalingkan wajah, malas sekali melihat wajah Ellen. Jika tadi melas melihat Bang Jarwo, maka kali ini aku malas melihat Ellen. Aku intinya alergi, dengan wajah-wajah yang membuat aku harus mengeluarkan uang dan tenaga yang banyak."Bagaimana?" tanya Bang Jarwo lagi.Melihat aku diam dan juga tidak menggubris
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas84. KEBINGUNGAN (Bagian A)"Gery …." Aku dan Sarah segera masuk ke ruang besuk saat sudah sampai di sini, Gery terlihat sudah memakai baju tahanan. Dan dia duduk di hadapan kami dengan wajah kuyu dan juga sayu, anakku itu terlihat sangat lemas."Bu, kan Ibu dah janji buat bebasin aku!" katanya protes. “Kenapa aku masih ditahan?” tanyanya dengan wajah yang memelas.Baru saja duduk, dia sudah menodong aku dengan pertanyaan. Dasar anak durhaka, sudah menyusahkan saja pekerjaannya, malah banyak protesannya. Dan kenapa pula harus aku yang menyelesaikannya?"Banyak bacot!" kata Sarah geram. “"Eh, anak kecil ikut campur aja!" kata Gery tidak suka, suaranya terdengar keras dan menghentak. “Diam kamu! Kamu nggak ada hak buat ngomong di sini!” katanya emosi.Aku menoyor kepalanya, karena geregetan dengan kebodohannya. Sudah salah malah dia yang arah, di mana letak otaknya itu coba?"Ibu kenapa, sih?" katanya tak terima. “Kepalaku kenapa ditoyor?” tanyan
85. KEBINGUNGAN (Bagian B)"Hm? Bayar? Yah," katanya lesu. "Aku mana ada uang, Bu!" katanya semakin lemas."Kan kamu punya tanah dan juga motor, itu untuk Ibu," kataku santai.Gery terlihat menimbang jawaban, dia pasti merasa berat memberikan keduanya kepadaku. Tapi, dia harus memberikannya. Seratus juta bukanlah nominal kecil, lagi pula Gery juga mendapatkan kedua barang itu dengan cara memperdaya Ajeng. Bukan murni hasil pendapatannya sendiri."Tapi, Bu … harganya kan lebih mahal tanah punyaku. Kalau di jual saja bisa sampai seratus lima puluh juta, belum lagi motornya," katanya ragu. "Gimana kalau aku hutang aja, deh. Ntar tanahnya aku jual buat bayar uang Ibu sebagian," katanya menego.Aku berpikir sejenak, yah begitupun tidak masalah. Yang penting seratus juta itu harus kembali ke dalam rekeningku."Oke," kataku menyetujui."Nah, sekarang tugas Ibu untuk mencari pengacara, Bu! Pokoknya aku harus bebas!" katanya memohon."Iya, iya," kataku tak yakinBukan apa-apa, sepertinya mengh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas86. CANGGUNG (Bagian A)POV ELLENAAku dan Bang Galuh berpisah dengan Bu asih dan Pak Jarwo di tengah jalan, mereka bergegas pulang karena hari ini salah satu peternakan ayam mereka akan panen dan hendak diangkut langsung oleh pelanggannya.Sepanjang perjalanan Bang Galuh diam saja dari tadi, tidak banyak bicara dan hanya menyahut seperlunya saja ketika aku bertanya. Dia terlihat tegang, walau di luar kelihatannya tenang.Aku memaklumi dan langsung ikut diam, membiarkan keheningan merajai. Bagaimanapun aku sadar, kalau ini semua pasti berat untuk Bang Galuh. Tapi, kapan lagi jika tidak dimulai dari sekarang?Memupuk dendam dalam hati hanya membuat kita merugi, penyakit hati adalah penyakit yang paling mematikan. Sudah memakan kesehatan, penyakit hati juga memakan kewarasan kita.Dan aku tidak mau suamiku begitu, aku ingin dia berdamai dengan keadaan dan memakan Ibunya.Tidak terasa kami sudah sampai ke halaman rumah Ibu, pagar yang terbuka dan j
87. CANGGUNG (Bagian B)"Dari rumah Bu Ratmi!" kataku sambil tetap menikmati kue yang saat ini ada di tanganku."Ngapain kalian kesana?" tanya Kak Ambar penasaran"Mau tau aja, apa mau tau banget?" Aku menggoda sambil menaik turunkan alisku.Bagaimanapun juga aku harus berusaha mencairkan suasana, karena ruangan ini terasa lumayan panas akibat Bang Galuh dan Ibu yang diam-diaman seolah tidak saling mengenal."Ih … kenapa sih, istri kamu ini semakin menyebalkan?" tanya Kak Ambar pada Bang Galuh.Sedangkan yang ditanya hanya diam tak merespon, Bang Galuh seolah sibuk dengan dunianya sendiri."Masak, sih?" Aku bertanya pelan. "Emang aku nyebelin, Bang?" tanyaku sambil mengayunkan lengan Bang Galuh."Hah? Apa, Dek?" tanyanya kebingungan."Enggak kenapa-kenapa, malah aku yang mau tanya. Abang kenapa? Kok bengong?" tanyaku pelan."Oh, aku cuma lagi mikirin kerjaan," katanya mengelak.Aku menghela nafas, ini bakalan susah!"Kalian dari mana, Dek?" Kali ini Kak Dewi yang bertanya, aku harus
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas88. TIDAK TAHU MALU (Bagian A)Ellena segera bergegas mendatangi rumah orang tuanya, ketika beberapa saat yang lalu Ika datang ke rumah Ajeng untuk mengabarkan kalau Ratmi dan Sarah menyerbu ke sana."Kenapa bisa, sih, Kak?" kata Ellen dengan sedikit berteriak karena mereka sedang ada di atas motor. “Gila mereka itu!” kata Ellen lagi."Kakak juga tidak tahu, tiba-tiba mereka menerobos masuk seperti kesetanan. Kakak mau menjemput Aksa, makanya Kakak jemput kamu dulu biar bisa jagain Ibu," kata Ika menjelaskan. “Memang mereka gila, kamu baru tahu?” ujar Ika lagi.Setelah itu hening, mereka tidak ada lagi mengeluarkan sepatah katapun.“Assalamualaikum!” kata Ellen.Saat Ellena sampai, dia bisa melihat Ibunya tengah duduk di hadapan Ratmi dan juga Sarah di ruang tamu. Ika sudah kembali melaju untuk menjemput Aksa di rumah orang tuanya di desa sebelah.Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah besar tempatnya menghabiskan masa kecil dan masa r
89. TIDAK TAHU MALU (Bagian B)"Eh, gak perlu pakai kekerasan, dong!" pekik Sarah tidak terima saat melihat Ibunya mendapat perlakuan seperti itu."Sarah, kamu ini jadi anak kok nggak ada sopan-sopannya?" ujar Ajeng sambil menggeleng pelan. “Kamu ini masih gadis, sudah tidak punya akhlak!” kata Ajeng lagi."Heh, besan sialan! Jangan berani-berani nya kau marahi anak gadisku!" Ratmi beralih menatap Ajeng dengan tajam. “Anakmu saja tidak punya akhlak dan memenjarakan anakku. Kok, malah kamu cerita akhlak di sini!” lanjutnya.Ajeng dan Mai berpandangan, wajah mereka seolah mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi perbincangan yang alot. Sarah yang ketus, dan Ratmi yang tidak tahu malu. Benar-benar perpaduan yang sangat cocok."Bu, sebenarnya ada apa?" Ellen bertanya pelan, rautnya jelas-jelas terlihat kebingungan. Karena sebaik kedatangannya, Ratmi dan Sarah sudah lebih dulu menghina dan mencelanya, dan bukannya menjelaskan maksud kedatangan mereka."Heh, gak usah pura-pura bego deh!" Sara
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas90. ANCAMANPOV AJENGGaluh yang tidak banyak bicara, dan seolah menjaga jarak dariku, benar-benar membuat aku menjadi sedih. Dulu, dia selalu berusaha membuka pembicaraan dan bermanja denganku. Dan akupun selalu berusaha membuat hubungan kami bertambah membaik dan aku semakin menyayanginya dari hari ke hari.Namun, sekarang semuanya menjadi hal yang sia-sia. Semua gara-gara Ratmi! Masa lalu yang berusaha aku kubur, kembali menyeruak ke permukaan. Bangkai selama ini yang berusaha aku tutupi, akhirnya tercium juga.Galuh yang diam, membuat aku ketakutan. Aku takut, anakku itu pergi meninggalkan aku. Aku takut, kami kembali memiliki jarak yang bisa memisahkan.Kesalahanku memang sangat besar, berusaha menggugurkan dan membuangnya. Tapi demi Allah, aku mencintainya. Dia adalah anakku, sedetik aku melihat mata jernihnya, aku sudah mencintainya dan menyesali segala tindakanku.Walau tidak pernah aku ucapkan, namun aku sangat berterima kasih pada mert
235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y
233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k
231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu
229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg
228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den