69. Ulah Ratmi (Bagian B)"Waduh, gak kebalik?" tanyaku dengan tajam. "Ya kali ada orang gila secantik aku!" kataku sombong sambil mengibaskan hijab yang aku pakai.Dia mendelik sinis, dan aku melengos tidak peduli. "Emangnya kakakku itu kurang kerjaan? Sampai gebukin dirinya sendiri? Eh, Bu! Kami sudah visum ya, dan hasilnya akan membuat anak Ibu itu di penjara dengan sangaaaaat lama!" kataku mengejek.Wajahnya berubah panik saat mendengar ucapanku, dia langsung menatap Ibu dengan pandangan tajam. "Ajeng! Aku tidak main-main!" katanya menggeram."Apa, sih? Mau main apa? Gundu? Karet? Atau main engklek? Hayuk aku jabanin, jangan sama Ibu," kataku menyela."Ajeng!" pekiknya lagi."Ratmi! Diam kamu," kata Pak Jarwo tajam."Diam? Tidak akan! Jika dia tidak mencabut laporannya, maka akan aku beberkan semuanya!" kata Bu Ratmi menyeringai licik.Aku diam mengamati situasi, membeberkan apa? Aku bisa menarik kesimpulan kalau Bu Ratmi mempunyai sesuatu yang bisa menekan Ibu."AJENG!" Bu Ratm
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas70. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian A)“APA?!”Bu Ratmi tercengang, dia menatap Ibu dengan pandangan tak percaya. Sedangkan Ibu menghela nafas seolah lega karena bisa mengucapkan kata-kata yang diucapkannya barusan.“Apa maksudmu Ajeng?” tanyanya lagi setelah dia sempat terdiam selama beberapa saat. “Apa yang baru saja kau katakan?” tanya memastikan.“Aku yang akan mengatakannya sendiri!” Ibu berucap tegas, namun getar suaranya tidak bisa di bohongi. “Biarkan dia tahu melalui mulutku!” kata Ibu mantap.Dia terlihat seolah tengah menahan tangis dan juga kesedihan yang amat mendalam, namun tetap berusaha untuk tegar. Sebenarnya ada apa, sih?“Kau bercanda? Kau mau dia membencimu?” tanyanya sambil menunjuk Bang Galuh dan juga Ibu secara bergantian. “Kau pasti sudah kehilangan akal sehatmu!” lanjutnya lagi.“Tidak apa-apa, aku sudah siap dengan segala konsekuensinya!” kata Ibu dengan mantap.Dia menatap Bang Galuh dengan sorot mata
71. Terungkapnya Kenyataan Yang disembunyikan (Bagian B)"Baiklah!" Ucapan Bu Ratmi sukses membuat aku termenung, apa dia menyerah dengan semudah itu? Tapi saat aku melirik Ibu dan juga Pak Jarwo serta Bu Asih, wajah mereka malah menunjukkan ketakutan yang amat sangat.Kenapa? Bukankah seharusnya mereka senang kalau Bu Ratmi menyerah?"Karena Gery akan tetap masuk penjara, maka akan aku ungkapkan saja semuanya, Ajeng!" kata Bu Ratmi sambil menyeringai."Tidak!" Ibu mencegah. "Aku yang akan mengatakannya!" katanya lagi."Oh, tidak bisa! Bisa saja kau akan memutar balikkan fakta nanti. Diam, dan lihat! Bagaimana hancurnya Galuh nanti!" katanya ketus.Hancur? Bang Galuh?"Cukup! Bukankah dari tadi aku sudah bilang, jangan di teruskan?" kata Bang Galuh tajam."Ha ha ha, mana mungkin aku diam! Sedangkan rahasia ini adalah salah satu kelemahan Ajeng? Dia akan dibenci oleh anak kandungnya sendiri!" kata Bu Ratmi dengan sadis."Aku tidak akan pernah membenci Ibu!" kata Bang Galuh tegas."Ya
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas72. Air Mata Galuh (Bagian A)“A-Apa?!”Bu Ratmi tergagap, dia menatap Bang Galuh dengan pandangan yang menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, dengan ucapan yang baru saja diluncurkan oleh suamiku itu. Tidak jauh berbeda dengan Bu ratmi, Ibu dan juga Pak Jarwo serta Bu Asih juga menunjukkan ekspresi yang sama.Mereka semua terkejut dengan jawaban yang Bang Galuh berikan. Sedangkan aku dan Kak Ambar masih diam dan mengamati. Kami masih belum terlalu paham dengan semua ini. Apakah yang dimaksud dengan kata-kata Bu Ratmi tadi sama dengan yang kami pikirkan? atau ada arti lainnya?Bang Galuh menghela nafas panjang, seolah tengah mengumpulkan segenap kekuatannya. Walau aku belum mengerti, tapi aku menggenggam tangannya dan menunjukkan padanya bahwa apapun yang terjadi aku selalu ada di sampingnya. Aku akan selalu bersamanya, walau saat senang maupun susah. Tidak akan meninggalkan dirinya! Dan mungkin Bang Galuh memahami arti dari gesture tubuhku
73. Air Mata Galuh (Bagian B)"Halah, tidak usah sok membela suamimu ini, Len! Wong Ibunya saja mau membuang dia, apalagi kamu yang hanya orang lain!" katanya mengejek.Bang Galuh tersentak, aku bisa merasakannya! Dan entah kenapa genggaman tangannya di jemariku terlepas, dan telapak tangannya terbuka begitu saja."Tidak usah repot-repot mengurusi hidup kami, Bu! Silahkan Ibu urusi saja kelakuan anak Ibu, cari pengacara yang handal. Yah, itupun kalau ada yang mau jadi pengacaranya!" kataku mengejek. “Suamiku, dan keluargaku, itu urusanku. Tidak usah repot-repot untuk ikut mengurusnya!” kataku dengan tegas."Sialan kau Ellen!" pekiknya kuat. “Perempuan laknat!” katanya emosi."Nah, daripada capek-capek di sini, dari tadi nggak duduk. Mendingan Ibu pulang! Gugatan kami akan tetap berlanjut, walau apapun yang terjadi!" kataku dengan tegas."Dasar keluarga biadab! Keluarga setan!" katanya sambil menghentakkan kakinya keluar. "Aku sumpahin kalian selalu mendapatkan kesialan!" katanya sambi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas74. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian A)Aku mengusap kepala Bang Galuh yang tengah berada di pangkuanku. Saat ini kami sudah berada di tempat tidur, dengan aku yang duduk bersandar di kepala ranjang dan Bang Galuh yang menyandarkan kepalanya di pangkuanku.Kami menangis berdua, dan meratap bersama. Suamiku itu benar-benar menunjukkan kerapuhannya, dia membenamkan wajahnya di perutku. Tanganku tak berhenti mengelus rambutnya yang lebat, dan berharap sentuhan tanganku akan sukses membuat dia tenang dan juga nyaman.Kami belum bersuara dari tadi, hanya sesekali isakannya terdengar dan teredam perutku."Dek …." Suara Bang Galuh terdengar sangat serak di telingaku, walau bersuara namun dia masih tetap di posisi semula. Aku menunggu dia untuk membuka pembicaraan, malam ini aku akan mendengar semua keluh kesahnya."Hmmm?" Aku bergumam pelan, tanganku tetap bergerak di rambutnya, menyisir rambut tebalnya dengan jemariku."Apa mungkin, aku ini memang tida
75. Cinta Galuh dan Ellena (Bagian B)Allah, tak mampu aku melanjutkan ucapanku. Aku ikut terisak dan tergugu hingga air mataku jatuh membasahi kepalanya.Namun tak lama, telapak tangan Bang Galuh terasa menepuk-nepuk kepalaku yang tak tertutupi hijab. Walau posisinya tidak berubah, namun tangannya mengelus kepalaku dengan sangat lembut."Jangan nangis, saat ini A—abang lagi nggak bisa meluk dan nenangin kamu, Dek …." katanya serak.Pecah sudah tangisanku, aku mengeluarkan semua air mata kesedihanku. Berharap dengan itu, sesak di dadaku sedikit berkurang. Bang Galuh terisak semakin perih, tapi saat ini aku maupun dia tidak bisa saling menguatkan. "Du—dulu Abang sering bermain sampai larut malam, berharap Ibu mengkhawatirkan Abang. Ta—tapi sayangnya, hingga Abang kecelakaan dan mengalami patah tulang pun, Ibu hanya melihat tak lebih dari satu menit. Pupus sudah harapan Abang agar bisa dirawat oleh Ibu, sama seperti sebelum-sebelumnya Kak Ambar dan Kak Dewi lah yang merawat Abang. Saki
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas76. Menjalankan Rencana (Bagian A)"Dek, mata Abang sakit," kata Bang Galuh.Sambil mengucek matanya, dia lalu berjalan perlahan mendekatiku yang sedang memasak di dapur. Masakan simple kupilih pagi ini, hanya nasi goreng sosis. Mudah dibuat, namun enak rasanya dan tentunya mengenyangkan. Untuk menghadapi keluarga Bang Gery kami memang membutuhkan energi yang besar.Aku menatap Bang Galuh yang kini duduk di kursi meja makan, dia pasti sudah mandi karena aura kesegaran menguat dari tubuhnya. Suamiku sangat tampan, walau matanya sedikit sembab."Kan, udah aku kompres, Bang," kataku sambil mendekatinya."Iya, kamu mengompreskan supaya nggak bengkak. Emang nggak bengkak, sih, Dek. Tapi sakit, perih gitu …." katanya manja. “Lihat ini,” katanya sambil menunjukkan matanya."Hem, itu efek samping dari air mata yang keluar, Bang. Nikmatin aja," kataku santai. “Bagus juga sih, mata Abang jadi kecuci,” lanjutku lagi."Oh, gitu." Bang Galuh mengangguk menge