216. SARAN DOKTER INDRA (Bagian B)Dia menggedor pelan pintu kamar mandi, di mana saat ini aku tengah berada di dalam."Dok, aku tunggu obatnya." Aku berujar sepihak.[Jangan keras kepala, Ellen!]Pip!Aku mematikan, ponsel yang aku pegang tanpa berpamitan. Segera setelahnya aku memasukkan ponsel itu ke dalam saku tunik yang aku pakai, sambil membenarkan hijab, aku membuka kunci kamar mandi."Lama banget? Kamu konser di dalam?" tanya Bang Galuh sewot."Ini sudah yang kedua kali loh, Bang. Tadi aku udah keluar, tapi mules lagi," kataku sambil nyengir.Bang Galuh hanya menggeleng kecil, lantas merangkul bahuku. Dia mengajakku duduk di meja makan, sedangkan dia sendiri malah kembali ke arah kulkas.Membuka benda besar itu, dan menunduk. Mencari sesuatu yang aku sendiri tidak tahu itu apa, namun tak lama kemudian aku langsung bersorak gembira.Brownies, kenapa Ibu tidak bilang dari tadi, sih? "Mau?" tanyanya padaku."Mau, mau, mau!" kataku antusias, sambil mengangguk semangat.Bang Galuh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas217. MENDEKATI JANDA (Bagian A)“Tu—Tunggu! Tunggu dulu!” ujar Bang Galuh histeris.“Kakak mau menikah dengan Surya? Yang benar saja!” katanya sewot.Aku juga belum tersadar dari keterkejutanku, ucapan Kak Ambar benar-benar membuat aku terkejut batin. Dia mau menikah? Dengan Surya? Wah ….“Kenapa?” tanya Kak Ambar cuek.“Kenapa? Kenapa Kakak bilang?” tanya Bang Galuh heran.Sedangkan aku hanya menjadi pendengar setia untuk adu mulut mereka, adik kakak yang tengah bersitegang hanya gara-gara satu orang polisi.Sebenarnya aku juga tidak mengerti dengan pemikiran Bang Galuh, kenapa harus selebay itu? Yah, wajar saja kalau Kak Ambar mau menikah, toh dia tidak menyalahi aturan agama juga, kan?“Kakak single, Surya single, masalahnya di mana sih?” tanya Kak Ambar heran.Aku ikut mengangguk, penasaran dengan jawaban yang akan Bang Galuh berikan. Kami berdua menunggu jawaban Bang Galuh, sedangkan yang bersangkutan malah melihat ke arahku dan juga kak A
218. MENDEKATI JANDA (Bagian B)"Bego, ya nggak lah!" kata Kak Ambar ketus. "Kakak nggak mau nikah lagi, kok," lanjut Kak Ambar santai.Aku dan Bang Galuh sontak saling berpandangan, kata-kata Kak Ambar membuat kami terkejut sekali. Apa perbuatan yang dilakukan Bang Gery menimbulkan trauma padanya?Tapi, kelihatannya Kak Ambar baik-baik saja berdekatan dengan laki-laki. Dia tidak mengalami panik atau pun ketakutan yang berlebih.“Kenapa?” tanya Bang Galuh heran.“Entahlah, Kakak cuma takut kejadian yang dulu terulang lagi,” kata Kak Ambar lirih.“Kak ….” lirih Bang Galuh sedih.Kak Ambar menunduk, dia terlihat sangat rapuh saat ini. Yah, kami semua lupa. Melihat Kak Ambar tertawa lepas, belum tentu bebannya juga lepas.Melupakan kejadian buruk yang dialaminya, jelas bukanlah hal yang mudah. Diselingkuhi, dikhianati, dan dianiaya, jelas meninggalkan trauma yang sangat mendalam.Kami yang terlalu egois, karena memaksanya untuk bersikap biasa dan melupakan semuanya dengan cepat. Sedangka
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas219. HUTANG TERSEMBUNYI (Bagian A)Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, dan Alhamdulillah … warung Mpok Lela sepi siang ini, hanya ada beberapa Ibu-ibu di sana. Mereka tengah mengerubungi sesuatu, entah apa itu.Aku terpaksa ke sini, karena aku kehabisan minyak goreng di rumah. Sedangkan Bang Galuh minta dibuatkan bakwan, adonannya sudah jadi, eh minyaknya malah habis.Maka aku segera memacu motor menuju ke sini, tapi setelah sampai di warung ini aku malah kehilangan fokus. Niat membeli minyak goreng, tapi mataku malah melihat apa yang dikerubungi Ibu-ibu di sana.Ternyata Bu Saodah, yang tengah menjajakan baju dagangannya. Tuniknya terlihat bagus, gaisnya terlihat bagus, jilbabnya terlihat bagus, aku gamang.“Wah ada Neng Ellen, mau beli apa, Neng?” tanya Mpok Lela saat aku sampai ke mejanya.“Apa sih, Lel? Ellen ke sini mau beli baju,” kata Bu Saodah, sambil mendekatiku dan meninggalkan dagangannya. “Iya kan, Len?” katanya merayu.Aku te
220. HUTANG TERSEMBUNYI (Bagian B)Matanya melirik ke arah Mpok Lela, seolah tengah meminta bantuan. Dan Mpok Lela dengan sigap berdehem, aku penasaran dengan apa yang akan mereka sampaikan.“Begini, Neng… tapi sebelumnya kamu jangan marah, ya?” kata Mpok Lela padaku.Aku mengangguk dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan, rasa penasaran yang besar membuat aku mengangguk menyetujui dan bersiap menerima apapun yang akan mereka katakan.“Sebenarnya, menantu Wak Nurma itu hutang beberapa potong baju pada Bu Saodah!” ujar Mpok Lela tegas.HAHHHH?“Dan dia juga hutang beberapa bungkus rokok, dan juga pulsa di sini!” ujar Mpok Lela lagi.APAAAA?“A—apa?” Kali ini aku yang tergagap, dan tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa ada kejadian seperti ini? Kak Nuri benar-benar keterlaluan.“Kapan, Mpok?” tanyaku geram.Gigiku terkatup rapat, merasa kesal luar biasa saat ini. Aku akan memberikan Kak Nuri pelajaran nanti.“Dari pertama dia datang ke sini, Neng. Pas Bapak sama Ibu Neng Ellen me
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas221. PERKARA BAKWAN (Bagian A)Aku langsung tersenyum dan dengan semangat mengambil minyak goreng ku, sambil berjalan menuju sepeda motor aku memikirkan rencana-rencana yang akan aku lakukan.Dan untuk ini, aku membutuhkan bantuan beberapa orang. Semoga saja mereka mau membantu, karena aku memang sudah tidak sanggup menanggung mereka di rumahku.Bisa gila aku jika lama-lama begini, menahan kekesalan di hati benar-benar tidak enak!Lihat saja kalian! Akan aku tunjukkan apa yang bisa aku lakukan!..~Aksara Ocean~Aku pulang ke rumah dengan menenteng satu buah minyak goreng kemasan, namun jujur saja, keinginanku untuk menggoreng adonan bakwan yang tadi sudah kubuat, pupus sudah.Tapi sayang juga kalau tidak aku eksekusi, apalagi Bang Galuh sangat menyukainya dan dia sendiri yang meminta tafi.Ah, aku jadi bimbang. Mau digoreng, aku malas. Mau dianggurkan begitu saja, aku merasa sayang.Setelah memarkir motor di halaman, aku langsung berjalan untu
222. PERKARA BAKWAN (Bagian B)Tapi aku sama sekali tidak ikut tertawa, aku menatap mereka dengan pandangan tajam dan juga sarat akan emosi yang meluap."Kenapa kalian berani-beraninya menyuruh suamiku? Hah?!" pekikku tidak terima.Enak saja! Aku bahkan tidak pernah menyuruh-nyuruh Bang Galuh untuk melakukan sesuatu, untuk membeli minyak ini saja aku tidak mau membangunkan Bang galuh yang sedang tidur dan lebih memilih ke warung mpok Lela sendiri.Jadi kalau aku saja tidak mau menyuruhnya, lalu kenapa mereka melakukan itu dengan seenak jidat? Sialan sekali! Aku benar-benar marah saat ini.Masalah hutang tadi aku masih bisa memendam dan menunggu kedatangan Bu Saodah dan juga Mpok Lela ke sini,tapi lain halnya dengan kasus ini. Aku tidak akan memaafkan mereka.Srekkkkk!Plak!Bakwan yang baru saja diambil oleh Kak Nuri aku tepis dengan emosi, kubawa sepiring bakwan itu ke dapur sambil diiringi oleh pekikan kesal milik Kak Nuri."Ellen!" Dia mengejar langkahku, bersama Bang Diky. Namun
223. PERKARA BAKWAN (Bagian C)"Kamu kenapa sih, Dek?" tanyanya lembut. "Kamu marah, Abang kasih bakwannya buat kak nuri dan Bang Diky? Toh, ini masih banyak," katanya dengan lebih lembut."Kenapa Abang bisa di dapur?" tanyaku lagi, tidak menggubris segala ucapan yang Bang Galuh lontarkan.Aku bisa mendengar langkah kaki yang hendak menjauh, tanpa berbalik aku langsung menghentikan mereka."Stop! Jangan berani kalian pergi dari sini!" kataku menggeram marah.Langkah kaki Kak Nuri dan Bang Diky terdengar berhenti total, dan aku kembali bertanya pada Bang Galuh."Kenapa Abang bisa ada di dapur?" tanyaku lagi."Kan, kamu yang suruh, Dek!" kata Bang Galuh heran. "Masak sekarang kamu marah-marah begini? Kenapa sih? Bakwannya nggak gosong, kok," ujar Bang Galuh lagi.Dia menunjukkan sepiring Bakwan lainnya, yang saat ini tengah ditiriskannya."Aku yang suruh? Kapan? Aku aja baru dari warung, Bang. Beli minyak goreng, supaya pas Abang bangun aku bisa goreng bakwannya!" kataku sambil menunjuk