195. HARTA GONO GINI (Bagian B)Kak Ika dan keluarganya terdiam dan saling menatap dalam diam, kemudian aku bisa melihat Amar menyenggol lengan Ruri dengan telunjuknya.Memberikan isyarat yang sangat mencurigakan, dan kemudian Ruri mengangguk cepat."Kak, sudah. Ayo pergi, kalau Bang Usman sudah tidak mau melanjutkan pernikahan kalian," ujar Ruri cepat.Kak Ika dan Bu Marni menatap Ruri dengan tajam, namun Ruri hanya menanggapinya dengan amat santai."Kalau Bang Usman sudah tidak mau, lalu Kakak mau mengemis, begitu?" tanya Ruri lagi.Kak Ika terdiam dan menunduk, aku tahu dia pasti tengah menimbang segala ucapan yang adiknya itu katakan."Lagipula, Kakak akan dapat harta gono gini. Yang pastinya tidak sedikit!" ujar Ruri lagi.Kak Ika kali ini sepertinya setuju dengan ucapan Ruri, karena dia terlihat mengangguk membenarkan.Aku menggeleng pelan, apa di pikiran mereka semua hanya ada harta dan harta? Tak sekalipun dari tadi mereka membahas Aksa.Apa mereka sudah melupakan, kalau mempu
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas196. KETAHUAN MAU MENCURI? (Bagian A)Aku dan Bang Galuh saat ini sudah sampai rumah Bapak, dan sedang menuju ke arah kamar saat mendengar suara berisik dari arah belakang.Tepatnya dari arah kamar Bapak dan Ibu berada, ada apa? Kenapa berisik sekali?Seperti suara tukang bangunan yang tengah bekerja. Karena di landa penasaran yang amat sangat, aku dan Bang Galuh segera bergegas menuju belakang.Dan alangkah terkejutnya kami, saat sampai di sana aku dan Bang Galuh bisa melihat kalau Bang Diky tengah berusaha untuk mencongkel kunci kamar Bapak dan Ibu."Apa yang kalian lakukan, hah?!" pekikku dengan kuat.Rasanya sudah hampir habis kesabaranku dalam menghadapi keluarga Wak Nurma, setelah tadi pagi dihadapkan oleh mereka kemudian langsung menghadapi keluarga Kak Ika setelahnya. Dan haruskah saat ini aku kembali menghadapi keluarga Wak Nurma? Ya Allah... Aku merasa sangat lelah saat ini.Bagaimana bisa mereka mencoba untuk mencongkel kunci kamar B
197. KETAHUAN MAU MENCURI? (Bagian B)Aku hampir mengeluarkan ekspresi yang sama dengan ketiga orang di sini, jika saja aku tidak melihat bagaimana raut serius Bang Galuh."B—Bang, abang yakin?" tanyaku ragu-ragu."Yakinlah, yang namanya tindak kriminal harus di basmi!" katanya ketus.Wah, apa aku tidak salah dengar?"Heh, Galuh! Bisa-bisanya kau mengajarkan hal yang tidak baik pada keponakanku!" tukas Wak Nurma cepat."Tidak baik bagaimana, Wak? Membantah kejahatan dan tindak kriminal, merupakan salah satu kewajiban warga negara yang baik," katanya lembut namun menusuk."Dan Ellen, aku izinkan melakukan itu. Sebagai suami, aku senang jika istriku bisa menjadi warga negara yang baik," katanya lagi sambil menyeringai."Heh, bukannya tadi kamu ngajak Ellen ke kamar? Sana pergi! Jangan menghasut dia untuk memusuhi kami!" kata Bang Diky menyahuti dengan wajah pias."Aku tidak menghasut!" balas Bang Galuh cuek. "Dia memang pantas mempertahankan miliknya, milik Bapak dan Ibu," kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas198. KAK AMBAR ADALAH MANTAN PACAR BANG USMAN? (Bagian A)"Astaghfirullahaladzim!" Aku berseru kaget dan segera bergegas membantu Bang Usman yang saat ini tengah berusaha memisahkan Kak Ika dan Kak Ambar, yang tengah bergulat di halaman sana.Bagaimana bisa kejadian ini terjadi? Bukannya tadi sebelum aku tinggalkan ke kamar, Kak Ambar sedang di dapur bersama Ellen dan juga Ibu serta yang lainnya?Kenapa sekarang Kakak tengahku itu malah tengah bertarung dengan Kak Ika? Bergumul penuh nafsu, seperti atlet MMA yang ingin saling merontokkan gigi lawan.Semua orang yang tadinya ada di dapur, aku lihat sudah berada di halaman. Menonton pertarungan Kak Ika dan juga Kak Ambar, mereka sepertinya tidak bisa berbuat banyak.Karena mereka sepertinya takut kalau pukulan Kak Ika dan juga Kak Ambar, mengenai wajah dan tubuh mereka.Hanya Bang Usman yang berani menengahi mereka dan menerima pukulan-pukulan yang Kak Ika layangkan, karena sejauh penglihatanku y
199. KAK AMBAR ADALAH MANTAN PACAR BANG USMAN? (Bagian B)Kak Ika terdiam, namun bibirnya mencebik sinis. Karena sudah tidak melihat adanya perlawanan dan pemberontakan, aku melepaskan cekalan tanganku."Usman! Ibu kecewa padamu!" kata Ibu pada Bang Usman yang menunduk dalam. "Kau tidak bisa menjaga istrimu dengan baik, Usman. Kau adalah kepala rumah tangga, ingat itu!" kata Ibu lagi.Bang Usman menunduk dan menghela nafas dengan lelah, entah kenapa aku juga bisa merasakan bagaimana perasaannya. "Dasar keluarga gila! Kalau ada masalah kalian urus dan bereskan sendiri, jangan kalian sangkut pautkan dengan anakku!" ujar Ibu lagi, kali ini dia menunjuk ke arah Kak Ika dan keluarganya."Memang anak Ibu salah, ya!" sahut Kak Ika dengan sewot."Apa kau bilang? Apa kesalahan Ambar? Hah?" tanya Ibu serius. "Dari tadi dia di belakang sana membantu kami memasak, bahkan kau sendiri tidak ada di sana. Padahal posisimu adalah menantu di keluarga ini!" ujar Ibu ketus.Bisik-bisik tetangga kembali
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas200. RESTU IBU (Bagian A)“Ada apa ini?” Suara Wak Nurma terdengar memecah keheningan, akibat kami yang terlalu fokus dengan air yang mengalir dari galon yang pecah di ujung sana.Namun tidak ada yang menyahuti ucapannya, dan dia langsung mendekat ke arah kami bersama Kak Nuri dan juga Bang Diky.Dia sepertinya baru saja dari luar, sehingga tidak tahu prahara yang baru saja terjadi di sini. Baguslah, setidaknya dia tidak akan ikut campur dan menambah daftar orang-orang yang sok tahu.“Ellen, ada apa ini?” tanyanya lagi karena tidak merasa mendapat jawaban.“Romi, kenapa bisa jatuh?” Ellen malah bertanya dan berjalan mendekati pemuda yang kini mematung di dekat tiang teras sana, sepertinya dia terkejut dengan kejadian yang terjadi begitu cepat tadi.Atau dia takut dimarahi oleh bosnya? Bagaimanapun juga memecahkan galon air pelanggan, pasti bukan daftar yang harus dia kerjakan.Dan sejak kapan istriku mengenal pemuda itu? Gagah, tampan, dan jug
201. RESTU IBU (Bagian B)Nah, keponakanku yang satu ini memang sudah dewasa dari dulu, dan sekarang malah tambah dewasa. Astaghfirullahaladzim ….Aksa sekarang tidak pernah lagi mempertanyakan Kak Ika, dia hanya akan mencari Bang Usman dan juga Ellen akhir-akhir ini.Dan jika Ibra datang ke sini, maka dia akan dengan anteng duduk bermain dengan Ibra dan tidak akan rewel. Benar-benar anak-anak yang sangat tangguh.Seandainya saja Kak Ika dan Bang Gery tidak egois, maka kedua keponakanku ini tidak akan mengalami nasib seperti ini. Ah, dasar manusia-manusia tidak punya hati.Di saat kami, aku dan Ellen sangat menginginkan buah hati, mereka malah menyia-nyiakannya karena menuruti nafsu duniawi.Aku hanya berdoa, agar kami segera mendapatkan kepercayaan dari Allah untuk menimang anak kami sendiri.~Aksara Ocean~POV ELLENDapur ini terasa sangat pengap dan juga panas, bukan karena cuacanya yang bisa membuat orang-orang berkeringat. Tapi, karena para tetangga yang terang-terangan berbisik
202. RESTU IBU (Bagian C)Kecuali Bang Usman sendiri yang bicara, itu mah hak dia. Aku tidak akan ikut campur, apalagi sampai menyiarkan aib orang lain.Dosa!“Memang tidak tahu, Bu. Kalau penasaran banget sih, Ibu-ibu bisa tanya langsung sama Kak Ika. Ntar kalau dikasih tahu, jangan lupa kabari Ellen,” kataku sambil tertawa kecil.Huuuuuuuu!Ujar mereka kompak, namun selanjutnya mereka malah ikut tertawa bersamaku. Yang tidak ikut tertawa hanya Bu Misni, dia terlihat tengah memikirkan sesuatu.“Ada apa, Mis?” tanya Ibu padanya.Kami semua juga ikut menoleh dan menunggu jawaban dari Bu Misni, dia terlihat tengah menibang sesuatu. Bisa jadi apa yang tengah dipikirkannya ini, tidak bisa diutarakan di depan orang banyak.“Tidak ada apa-apa, Kak,” katanya sambil tersenyum kecil. Namun dia menatapku dengan pandangan berbeda, dan kemudian tersenyum kecil. “Nanti Ibu mau bicara sama Neng Ellen, ya,” katanya lagi.Walau penasaran bukan kepalang, namun aku hanya bisa mengangguk dan menunggu