Davin menyadari hal tersebut, melawan enam penjaga tentu tidak mudah baginya. Dia melihat gelombang air berayun dari belakang, pertanda ada sesuatu yang mendekat.
“Melvin...”
“Benarkah itu kamu?”
Melvin memunculkan kepalanya, menghirup nafas, lantas memeragakan gestur dengan posisi telunjuk ditaruh di tengah-tengah bibir. Dia menyuruh Davin diam, lantas menunjuk atas kapal dan memberi kode angka enam.
Davin mengangguk, dia sudah tahu semuanya.
Mereka berdua diskusi sejenak, memastikan rencana apa yang harus dilakukan saat menghadapi posisi seperti ini.
Tidak ada lagi rasa takut, semua kenekatan ini harus dibayar dengan dua resiko besar; berhasil menyelamatkan Lisa dari cengkeraman orang-orang Serigala Merah, atau mati karena memperjuangkan cinta sejati.
Terdengar bodoh memang, tapi begitulah cinta, membutakan segalanya!
“Pergi ke dek seberang kapal, lucuti dua dari empat produk, lalu alihkan perhat
Melvin mengendap ke pojok kiri.Dia bersembunyi di balik kotak kayu besar berisi stok makanan kaleng, sementaraDavin pergikecelah kecil di pojok kanan. Mereka berpencar untuk mempermudah misi.Menuruni tangga menuju dek lantai dua kapal, Davin melihat sebuah pintu kayu besar, lalu memutar gagang pintu tersebut. Sangat pelan, sampai dia sendiri tidak mendengar suaranya.Ada tiga penjaga di ruang tamu kapal.Mereka habis berpesta, terlihat dari botol-botol vodka yang berserakan. Tiga dari empat penjaga itu terlalu banyak meneguk vodka sehingga terkapar di atas sofa dek lantai dua kapal.Davin memanfaatkan kesempatan itu, dia membuka pintu kapal dan masuk ke ruang tamu.“Mereka mabuk berat. Aku yakin, mereka tidak akan mengenali siapa kawan siapa lawan. Aku harus segera pergi sebelum mereka sadar.” Davin mulai mengendap masuk, menyelinap melewati pinggiran meja berhiaskan vas mahal.Sialnya, salah satu penja
Di saat terdesak, tiba-tiba saja Davin teringat perkataan Melvinwaktu berlatih beladiri beberapa tahun silam.“Intinya adalah fokus. Kerahkan seluruh panca inderamu dan tetap pusatkan semuanya pada satu hal. Dengan kemampuan itu, kau dapat menebak keberadaan musuhmu, atau bahkan jika fokusmu sudah mencapai puncak, gerakan yang akan dilakukan musuhmu akan terbaca juga.”Seperti seorang detektif, Davin mencoba fokus, mengerahkan seluruh panca inderanya untuk satu orang penjaga yang tersisa.Penjaga itu mencari posisi lain yang lebih aman karena dia tahu, saat ini Davin sedang membawa pistol yang dicuri dari kantong celana belakang Gorgio.Suara derapan kaki tidak terdengar sama sekali, penjaga terakhir yakin Davin tidak tahu posisinya sekarang.“Dia mulai bergerak,” batin Davin, hidungnya mencium bau bubuk peluru dari arah jam empat. “Pintar juga dia mau mengecohku. Sekarang aku yang akan mengecohmu. Jangan p
Posisi Melvin ketahuan!Melvin sigap menotok leher si penjaga hingga dia pingsan. Melvin mengambil pistol dan menembaki tiga penjaga yang tersisa. Suara tembakan membuat alarm kapal berbunyi.“Kenapa ada sirine di sini?” umpat Melvin, dia kesal karena tidak lebih dulu mengidentifikasi ruangan.Melvin merogoh saku salah satu penjaga dan mengambil satu grendel kunci. Melvin membuka ruangan yang ada di pojok dek bawah dan mendapati Lisa duduk dengan tangan dan kaki terikat.Lisa berontak ketika melihat Melvin, tapi Melvin berusaha menenangkannya.“Saya di pihak Anda, Nona, tolong jangan persulit saya! Saya ingin membebaskan Anda,” halus Melvin, dia mendekati Lisa perlahan sembari memosisikan tangan di depan bibir.Melvin melepas ikatan yang melilit tangan dan kaki Lisa.“Jangan bergerak!” Lisa masih ketakutan. Dia belum sepenuhnya percaya kalau Melvin berniat menolongnya. Tangan gadis itu bergerak cepa
Melvin masih memejamkan matanya. Apakah dia sudah mati? Tapi kenapa tidak sakit?Perlahan dia membuka mata dan mendapati jasad Heri tengah terbaring dengan darah mengalir deras dari kepalanya.“Si-siapa yang melakukan itu?”“Apa Heri mati dengan sendirinya? Atau lelaki itu bunuh diri karena rasa bersalah?”Karena penasaran, Melvin menoleh ke kanan, melihat Lisa menitikkan air mata. Pistol yang tadi ditodongkan ke arah Melvin, digunakan untuk menembak Heri, tepat di kepalanya.Melvin berterima kasih pada Lisa.Jika tidak, dia pasti mati terkena tembakan. Setelah membalut luka di bahu kanannya, Melvin mengajak Lisa naik ke lantai atas kapal.Ternyata Davin sudah menunggu di sana. Baju dan tubuhnya berlumuran darah. Rambutnya awut-awutan, seperti orang habis tersambar petir.Lisa lari memeluk Davin, lantas menanyakan kondisinya.“Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu?” Davin tanya balik.
Satu minggu setelah insiden itu, Davin pergi ke rumah Lisa untuk minta maaf secara personal. Dia datang menggunakan pakaian biasa dan mobil sedan jadul yang dia bawa dari tempat tinggal Boris.Sengaja Davin berangkat tanpa lebih dulu mengabari Lisa.Baru menginjakkan kaki di depan gerbang mewah villa keluarga Setiawan, petugas keamanan langsung mencegat Davin karena dia menggunakan pakaian seadanya.Beruntung, waktu itu Lisa sedang merapikan bunga-bunga di taman villa. Dia melihat Davin dari jauh, lalu lari mendatangi pria itu.“Pak Darmawan, tolong biarkan dia masuk,” kata Lisa.“Lho, Nona kenal pria dekil ini?”“Ngawur! Bapak tidak tahu siapa sebenarnya pria itu. Bapak jangan seenak hati ngeledek orang dari penampilan luar. Kalau Papa tahu Bapak ngelakuin ini, Bapak bisa dipecat!”“Ma-maaf, Non.”Lisa mempersilakan Davin masuk, dengan syarat, mobil sedan itu diparkir di luar saj
Lisa melakukan pembelaan.“Papa, dia bukan pembunuh, aku saksi mata kejadian itu. Berita yang beredar di kalangan Klan Emas, semua sudah direkayasa. Papa hanya salah paham. Davin bukan seperti orang yang Papa pikir-”“Diam, Lisa, Papa ngelakuin ini karena Papa sayang sama kamu!”“Tapi, Papa, dia yang sudah menyelamatkanku...”“Ahh, sudah berapa kali Papa bilang, itu hanya rekayasa belaka. Dia ingin mencelakaimu dan pura-pura datang sebagai pahlawan! Cepat masuk atau mamamu akan marah!”Lisa tidak berkata apa-apa. Dia berbalik badan dan berjalan masuk ke rumah mewahnya. Hatinya remuk, apalagi melihat Davin diusir oleh papa kandungnya sendiri.Davin sedih mengetahuinya. Tapi bagaimana lagi, dia harus menerima akibatnya. Semua anggota Klan Emas tahu dalang di balik penculikan Lisa, lantas menuduh Davin sebagai biang kerok sekaligus sumber marabahaya.“Sekarang kamu mau apa? Cepat perg
Davin sungguh beruntung. Dia kebetulan Lisa sedang makan siang bersama dua teman dekatnya.Davin langsung duduk di hadapan Lisa, tapi perempuan itu menghindar begitu saja. Davin mengikuti ke mana Lisa pergi, tapi Lisa terus menghindar seakan Davin adalah parasit baginya.“Ngapain sih ngikutin aku mulu?” sergah Lisa yang risih melihat kelakuan Davin.“Kamu kenapa, Lis? Sikapmu berubah drastis, nggak seperti biasanya. Apa yang buat kamu jadi seperti ini?”“Masih tanya? Papa sudah jelasin ke kamu, kan? Kalo kamu punya otak, harusnya kamu paham apa yang harus kamu lakuin. Pergi, jangan deketin aku lagi! Dasar sumber sial, pembawa bencana!”“Ta-tapi, Lis...”“Aku benci sama kamu!”Davin cepat meraih tangan Lisa sebelum perempuan itu pergi.Lisa menoleh, matanya berkaca-kaca. Hati kecilnya tidak mau memperlakukan Davin layaknya orang yang harus dibenci. Dia seakan terpaksa m
Terlepas dari ancaman pembunuhan Greg, rencana yang disusun Prima dan Vio berjalan lancar. Namun, mereka terkendala masalah keamanan.Greg memastikan rencana pembunuhan itu terwujud minggu depan.Prima yang tak mau menunggu, sempat mengancam Greg, tapi Greg kembali memperingatkan Prima karena kelakuannya yang terlampau kasar.“Kami, orang-orang Serigala Merah, memiliki kuasa penuh mengawasi seluruh bisnis dunia bawah Asia. Kau boleh membeli jasa kami, tapi jangan sekali-kali mengatur kami! Serigala Merah bisa menghancurkan keluargamu dalam sekejap!”Prima dan Vio hanya bisa menunduk, mereka membenarkan ucapan Greg.Di sisi lain, Davin yang sudah diminta Lisa menjauh, tidak mau pulang lebih dulu dari kampus. Dia membasahi muka dan rambut, semata untuk meredam amarah yang semakin memuncak.Ingin minta maaf empat mata kepada Lisa untuk meredam rasa bersalahnya, Davin menyempatkan diri, menunggu di depan kelas Lisa, meski hari ini di