Terlepas dari ancaman pembunuhan Greg, rencana yang disusun Prima dan Vio berjalan lancar. Namun, mereka terkendala masalah keamanan.
Greg memastikan rencana pembunuhan itu terwujud minggu depan.
Prima yang tak mau menunggu, sempat mengancam Greg, tapi Greg kembali memperingatkan Prima karena kelakuannya yang terlampau kasar.
“Kami, orang-orang Serigala Merah, memiliki kuasa penuh mengawasi seluruh bisnis dunia bawah Asia. Kau boleh membeli jasa kami, tapi jangan sekali-kali mengatur kami! Serigala Merah bisa menghancurkan keluargamu dalam sekejap!”
Prima dan Vio hanya bisa menunduk, mereka membenarkan ucapan Greg.
Di sisi lain, Davin yang sudah diminta Lisa menjauh, tidak mau pulang lebih dulu dari kampus. Dia membasahi muka dan rambut, semata untuk meredam amarah yang semakin memuncak.
Ingin minta maaf empat mata kepada Lisa untuk meredam rasa bersalahnya, Davin menyempatkan diri, menunggu di depan kelas Lisa, meski hari ini di
Tangis Lisa pecah dan menyita perhatian para mahasiswa.Davin mengusap air mata itu dengan jemarinya. Yang membuat mereka kagum, Lisa tidak menolak tawaran Davin dan membiarkan lelaki itu mengusap air matanya.“Ihh beruntung kali dia bisa mengusap air mata Lisa! Dasar buaya sialan, miskin, gembel, berani-beraninya dia menyentuh bidadari kampus kita!”“Sebentar lagi Davin dibenci mahasiswa satu kampus karena berani menyentuh bidadari kebanggaan kampus! Dia harus diberi pelajaran!”“Lancang sekali menyentuh ratu kami! Lihat saja, asosiasi mahasiswa akan memviralkan kejadian ini dan berita Davin pasti jadi trending topik majalah kampus.”Mahasiswa laki-laki kesal terhadap kelakuan Davin.Mereka tidak rela Lisa mendapat laki-laki seperti Davin yang reputasi keluarganya masih belum diketahui. Semua mahasiswi pun sama, mereka cemburu pada Lisa karena berhasil merebut hati Davin.Hari patah hati Nasional t
Melvin berkali-kali menghubungi Davin, tapi tidak ada jawaban.Sebelum menutup telepon, Davin tadi sempat cerita jika dia sedang dalam fase titik rendah, yang mana, itu membuat Melvin khawatir.Baru beberapa langkah meninggalkan koridor, Melvin melihat mobil Lamborghini merah parkir di depan lobby utama.Ternyata terlambatnya Davin dikarenakan dia ganti mobil lebih dulu dan tidak langsung datang ke hotel Rasdalima.Melvin lari dan membuka pintu mobil Davin tepat di depan lobby hotel. Meski mobilnya bagus, Davin tidak ganti pakaian: tetap memakai celana jeans dan kemeja lengan panjang yang tadi dia pakai berangkat ke kampus.“Saya khawatir Anda tidak segera sampai di hotel Rasdalima,” sambut Melvin.“Enggak, cuma masalah kecil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”“Syukurlah, saya ikut senang mendengarnya.”“Tumben hari ini formal sekali? Abis kesamber apa kamu?” Davin coba mencair
Kevin bertingkah sangat sopan di hadapan Melvin.Padahal, jika dia tahu Davin adalah tuan muda yang asli, ada kemungkinan Kevin meragukan hal tersebut.Pasalnya, saat melamar Claudia dulu, Davin masih dicap sebagai cleaning service miskin yang hidup menumpang di bawah alur kekuasaan Keluarga Latusia. Cap miskin Davin tidak pernah hilang dari benak mereka.“Baiklah jika itu yang Anda inginkan, saya tidak memaksa. Saya sudah mengabari bahwa Tuan Muda sedikit terlambat, mungkin sekitar lima belas menit.” Melvin coba menjawabnya, se-resmi mungkin.“Tidak masalah, Tuan Melvin, saya malah berterima kasih karena Tuan Muda menyempatkan hadir di hotel saya yang tidak seberapa.”“Memang, hotelmu tidak seberapa dibanding hotel Lunar atau Luminor,” batin Melvin, sembari menunjukkan ekspresi jijik.Pura-pura ponselnya berdering, Melvin memanfaatkan kesempatan ini untuk pamit. Dia muak melihat muka Kevin. “Kalau b
“Ssst...”Davin cepat-cepat menutup mulut Melvin dengan telunjuknya, berharap, orang-orang di sekitar mereka tidak mendengar perbincangan itu.Identitas Melvin sendiri tidak diketahui publik karena pria itu mengenakan kacamata hitam dan topi baseball. Bisa barabe kalau Melvin diketahui orang-orang di sekitar Mall Unidarma, banyak yang minta foto selfie, atau bahkan jadi wartawan dadakan.“Maaf, Tuan... jadi Tuan ingin membalas dendam pada Keluarga Latusia?” Melvin bertanya halus, lirih, tepat di kuping kiri Davin.“Exactly,” sergah Davin, dia bersemangat mendengar hal itu.“Sekarang saatnya membalas perbuatan Kevin, tapi aku rasa, tidak elok membalas Kevin dengan memperlihatkan bahwa aku adalah Tuan Muda Nayama. Aku ingin menyiksanya lebih dulu. Agar rencanaku sukses, aku tidak boleh terlihat mencolok saat sampai di Hotel Rasdalima.”“Hmm, tunggu, saya kurang paham dengan rencana Tuan.&rd
Special mention buat Bang Jon Tor dan Bang Kusut Betawi, juga pembaca lain yang berkenan mengikuti cerita sampai detik ini. Semoga, semuanya, dilapangkan rezekinya, senantiasa diberi kesehatan, dan terhindar dari segala musibah.Selamat membaca :)...“Karpet ini hanya untuk tamu kehormatan. Kamu itu supir! Kamu tidak berhak menginjakkan kaki di karpet mewah ini!”“Dasar miskin tidak tahu diri!”“Tuan Kevin tidak mengundangmu datang. Kamu harusnya bersyukur karena Tuan Kevin memperbolehkan Anda masuk ke dalam hotel!”Begitu sampai di pintu hall utama hotel, Gerald dan Vio mencegat Davin lalu memukulnya sampai jatuh.Caci maki selalu dilontarkan pada orang yang dianggap miskin. Entah kenapa, tapi ini selalu tercetus dalam pikiran orang-orang kaya. Bahkan Melvin saja muak melihatnya!“Orang miskin tidak berhak masuk ke dalam hotel ini!” bentak Gerald.“Elu
Kevin hanya bisa ternganga. “Tu-tuan mu-muda ternyata ... a-aku tidak menyangka. Ini mimpi, kan? Ke-kenapa bisa se-se-seperti ini.” Terkejut karena Davin yang tadi dipukul Gerald ternyata orang terkaya di Asia sekaligus tamu kehormatan Hotel Rasdalima, Kevin ingin menangis. Dia ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat sampai-sampai sekretaris pribadinya panik. “Maafkan saya karena lancang menyakiti Anda, Tuan,” ucap Kevin ketakutan. “Akan kumaafkan, tapi dengan beberapa syarat.” “Apapun itu akan saya lakukan,” balas Kevin. “Sebelum itu, mari kita bahas kesepakatan antara Hotel Rasdalima dan Nayama, aku tidak punya banyak waktu. Cepat keluarkan berkas yang harus aku tanda tangani!” Usai membahas akusisi saham hotel, Davin langsung menendang pipi kanan Kevin, dia masih kesal atas perlakuan Kevin saat hari lamaran. “Aku sudah muak melihat wajahmu. Dua bulan aku menahan emosi dan baru kali ini aku bisa meluapkannya! Ini, untuk pembalasan
Malam itu juga, Greg berangkat sendirian menuju apartemen mewah milik anak buah Prima.Bagi pria kekar itu, mengajak anak buah sama halnya menghambat misi. Anak buah sungguh merepotkan, apalagi jika mereka bergerak tidak sesuai rencana awal.“Membunuh ajudan orang kaya, hahaha, bukan hal sulit bagiku. Aku sudah biasa melakukannya sejak remaja. Tenang, kamu menyewa orang yang tepat,” kata Greg di telepon kala itu.Selain menjabat sebagai petinggi Serigala Merah, pria berjuluk ‘Tangan Neraka’ ini merupakan mantan pembunuh bayaran paling ditakuti di Indonesia.Dulu, waktu masih muda, menyewa jasa Greg adalah dambaan tiap mafia dan miliarder yang ingin mematikan musuh-musuh mereka.Greg selalu menjalankan misi dengan sempurna, bahkan bisa dibilang, cara dia membunuh selalu perfek tanpa ada celah, tanpa meninggalkan bekas. Seolah pembunuhan itu merupakan kasus bunuh diri karena depresi, atau efek konsumsi obat-obatan.Tapi
“Tuan Davin, salah satu petinggi Serigala Merah nampak mencurigakan. Saya khawatir akan keadaan Anda, apalagi malam ini kepolisian sedang melaksanakan misi menangkap salah satu mafia obat-obatan di daerah puncak.”“Dari mana kamu dapat informasi ini?”“Salah seorang mata-mata memberitahu saya. Greg, yang pastinya Anda sudah kenal, sedang dalam perjalanan menuju Cliff Inna, malam ini. Saya curiga dia berencana melukai Anda, Tuan Muda.”“Baiklah, Boris, aku berterima kasih karena kamu telah memberitahu. Oh iya, aku minta, jangan kirimBoris menutup telepon. Nafasnya masih terengah-engah. Dia tahu segalanya tentang Greg, lelaki berbadan kekar yang tidak takut melawan hukum pemerintah.Baru saja Boris dan dua anak buahnya dikejar dua mobil sedan yang mungkin dikendarai oleh anak buah Greg atau anggota Serigala Merah yang lain. Dia bersembunyi di dekat tempat daur ulang sampah plastik, lalu menghubungi Dav