Kevin bertingkah sangat sopan di hadapan Melvin.
Padahal, jika dia tahu Davin adalah tuan muda yang asli, ada kemungkinan Kevin meragukan hal tersebut.
Pasalnya, saat melamar Claudia dulu, Davin masih dicap sebagai cleaning service miskin yang hidup menumpang di bawah alur kekuasaan Keluarga Latusia. Cap miskin Davin tidak pernah hilang dari benak mereka.
“Baiklah jika itu yang Anda inginkan, saya tidak memaksa. Saya sudah mengabari bahwa Tuan Muda sedikit terlambat, mungkin sekitar lima belas menit.” Melvin coba menjawabnya, se-resmi mungkin.
“Tidak masalah, Tuan Melvin, saya malah berterima kasih karena Tuan Muda menyempatkan hadir di hotel saya yang tidak seberapa.”
“Memang, hotelmu tidak seberapa dibanding hotel Lunar atau Luminor,” batin Melvin, sembari menunjukkan ekspresi jijik.
Pura-pura ponselnya berdering, Melvin memanfaatkan kesempatan ini untuk pamit. Dia muak melihat muka Kevin. “Kalau b
“Ssst...”Davin cepat-cepat menutup mulut Melvin dengan telunjuknya, berharap, orang-orang di sekitar mereka tidak mendengar perbincangan itu.Identitas Melvin sendiri tidak diketahui publik karena pria itu mengenakan kacamata hitam dan topi baseball. Bisa barabe kalau Melvin diketahui orang-orang di sekitar Mall Unidarma, banyak yang minta foto selfie, atau bahkan jadi wartawan dadakan.“Maaf, Tuan... jadi Tuan ingin membalas dendam pada Keluarga Latusia?” Melvin bertanya halus, lirih, tepat di kuping kiri Davin.“Exactly,” sergah Davin, dia bersemangat mendengar hal itu.“Sekarang saatnya membalas perbuatan Kevin, tapi aku rasa, tidak elok membalas Kevin dengan memperlihatkan bahwa aku adalah Tuan Muda Nayama. Aku ingin menyiksanya lebih dulu. Agar rencanaku sukses, aku tidak boleh terlihat mencolok saat sampai di Hotel Rasdalima.”“Hmm, tunggu, saya kurang paham dengan rencana Tuan.&rd
Special mention buat Bang Jon Tor dan Bang Kusut Betawi, juga pembaca lain yang berkenan mengikuti cerita sampai detik ini. Semoga, semuanya, dilapangkan rezekinya, senantiasa diberi kesehatan, dan terhindar dari segala musibah.Selamat membaca :)...“Karpet ini hanya untuk tamu kehormatan. Kamu itu supir! Kamu tidak berhak menginjakkan kaki di karpet mewah ini!”“Dasar miskin tidak tahu diri!”“Tuan Kevin tidak mengundangmu datang. Kamu harusnya bersyukur karena Tuan Kevin memperbolehkan Anda masuk ke dalam hotel!”Begitu sampai di pintu hall utama hotel, Gerald dan Vio mencegat Davin lalu memukulnya sampai jatuh.Caci maki selalu dilontarkan pada orang yang dianggap miskin. Entah kenapa, tapi ini selalu tercetus dalam pikiran orang-orang kaya. Bahkan Melvin saja muak melihatnya!“Orang miskin tidak berhak masuk ke dalam hotel ini!” bentak Gerald.“Elu
Kevin hanya bisa ternganga. “Tu-tuan mu-muda ternyata ... a-aku tidak menyangka. Ini mimpi, kan? Ke-kenapa bisa se-se-seperti ini.” Terkejut karena Davin yang tadi dipukul Gerald ternyata orang terkaya di Asia sekaligus tamu kehormatan Hotel Rasdalima, Kevin ingin menangis. Dia ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat sampai-sampai sekretaris pribadinya panik. “Maafkan saya karena lancang menyakiti Anda, Tuan,” ucap Kevin ketakutan. “Akan kumaafkan, tapi dengan beberapa syarat.” “Apapun itu akan saya lakukan,” balas Kevin. “Sebelum itu, mari kita bahas kesepakatan antara Hotel Rasdalima dan Nayama, aku tidak punya banyak waktu. Cepat keluarkan berkas yang harus aku tanda tangani!” Usai membahas akusisi saham hotel, Davin langsung menendang pipi kanan Kevin, dia masih kesal atas perlakuan Kevin saat hari lamaran. “Aku sudah muak melihat wajahmu. Dua bulan aku menahan emosi dan baru kali ini aku bisa meluapkannya! Ini, untuk pembalasan
Malam itu juga, Greg berangkat sendirian menuju apartemen mewah milik anak buah Prima.Bagi pria kekar itu, mengajak anak buah sama halnya menghambat misi. Anak buah sungguh merepotkan, apalagi jika mereka bergerak tidak sesuai rencana awal.“Membunuh ajudan orang kaya, hahaha, bukan hal sulit bagiku. Aku sudah biasa melakukannya sejak remaja. Tenang, kamu menyewa orang yang tepat,” kata Greg di telepon kala itu.Selain menjabat sebagai petinggi Serigala Merah, pria berjuluk ‘Tangan Neraka’ ini merupakan mantan pembunuh bayaran paling ditakuti di Indonesia.Dulu, waktu masih muda, menyewa jasa Greg adalah dambaan tiap mafia dan miliarder yang ingin mematikan musuh-musuh mereka.Greg selalu menjalankan misi dengan sempurna, bahkan bisa dibilang, cara dia membunuh selalu perfek tanpa ada celah, tanpa meninggalkan bekas. Seolah pembunuhan itu merupakan kasus bunuh diri karena depresi, atau efek konsumsi obat-obatan.Tapi
“Tuan Davin, salah satu petinggi Serigala Merah nampak mencurigakan. Saya khawatir akan keadaan Anda, apalagi malam ini kepolisian sedang melaksanakan misi menangkap salah satu mafia obat-obatan di daerah puncak.”“Dari mana kamu dapat informasi ini?”“Salah seorang mata-mata memberitahu saya. Greg, yang pastinya Anda sudah kenal, sedang dalam perjalanan menuju Cliff Inna, malam ini. Saya curiga dia berencana melukai Anda, Tuan Muda.”“Baiklah, Boris, aku berterima kasih karena kamu telah memberitahu. Oh iya, aku minta, jangan kirimBoris menutup telepon. Nafasnya masih terengah-engah. Dia tahu segalanya tentang Greg, lelaki berbadan kekar yang tidak takut melawan hukum pemerintah.Baru saja Boris dan dua anak buahnya dikejar dua mobil sedan yang mungkin dikendarai oleh anak buah Greg atau anggota Serigala Merah yang lain. Dia bersembunyi di dekat tempat daur ulang sampah plastik, lalu menghubungi Dav
Brak!“Serahkan uang kalian!?”Semua pelanggan terperangah, termasuk Melvin dan Davin.Mereka diminta berbaring tengkurap dengan wajah menghadap lantai, tangan disilangkan ke punggung, serta mengeluarkan seluruh senjata yang dibawa, sebagai bukti, mereka tidak berani melawan.Penjaga kasir ketakutan saat ditodong sebuah shotgun kaliber 9,22 mili. Dia membuka laci dan menyerahkan seonggok uang yang ada di sana.Manajer restoran, yang waktu itu sedang duduk diskusi dengan supervisior, gemetar sampai kencing di celana. Dia coba menelepon sekuriti, tapi sang supervisior menepuk pundaknya, menunjuk jendela luar.Dua sekuriti paruh baya yang berjaga di depan, tumbang oleh dua lelaki bertopeng itu. Perut mereka bersimpuh darah. Bisa ditebak, keduanya mati karena tusukan pisau atau benda tajam lain.“Menyamar,” lirih Melvin, dia mulai curiga, pakaian yang dipakai dua perampok itu mirip seperti pakaian yang sering dipak
Dan, benar saja, dengan pancingan kaleng sarden bekas sambil pura-pura lari kencang, menimbulkan suara derapan, si perampok melesatkan tembakan demi tembakan ke arah ruangan kosong.Dyar!Dyar!Dyar!Tombak rompal karena shotgun si perampok.Suara tembakan itu sangat keras sampai terdengar lima puluh meter jauhnya.Melvin, yang memanfaatkan kesempatan itu, naik ke dinding atas kamar mandi, loncat jauh agar bisa memukul kepala perampok tersebut dengan pinggiran telapak tangannya.Ptak!Perampok itu tidak langsung tumbang.Melvin meneguk ludah, dia bisa terbunuh dalam hitungan detik. Tembakan si perampok makin acak-acakan karena dia menderita rasa sakit di leher kiri.“Aku mohon, jangan sampai terbunuh oleh senapan itu!” Davin mengerang, lalu mengintip ke lorong kamar mandi.Begitu si perampok ber-shotgun tumbang, Melvin langsung berdiri. Jantungnya berdegup kencang. Dia memeluk Davin dan menitikk
“Katakan siapa sebenarnya kalian!” Davin membentak, suaranya terdengar sampai ke jalan raya, juga semak-semak tempat bersembunyinya pelanggan nakal. Mereka terkejut mendengar bentakan Davin.Toro, anggota yang tadi membawa shotgun, ditampar sampai sadar. Dia diinterogasi, dimintai informasi tentang rencana penyerangan Greg.Pria itu tidak bersuara, membuat Melvin dan Davin jengkel.“Jangan bungkam atau kukuliti lengan dan kakimu!” Melvin mengambil pisau yang ada di saku belakangnya.“Aku sudah bersumpah, tidak akan pernah membocorkan rahasia kami!” Toro tidak mau membocorkannya, meski taruhannya nyawa.“Dasar tidak sayang nyawa!”Davin mengambil pisau di tangan Melvin, lalu menyayat kaki perampok tersebut. Toro berteriak kesakitan, kakinya dilukai oleh Davin.“Jangan memancing iblis dalam tubuhku! Aku memang Tuan Muda, tapi aku bisa lebih kejam dari pembunuh bayaran! Aku tak segan