Dan, benar saja, dengan pancingan kaleng sarden bekas sambil pura-pura lari kencang, menimbulkan suara derapan, si perampok melesatkan tembakan demi tembakan ke arah ruangan kosong.
Dyar!
Dyar!
Dyar!
Tombak rompal karena shotgun si perampok.
Suara tembakan itu sangat keras sampai terdengar lima puluh meter jauhnya.
Melvin, yang memanfaatkan kesempatan itu, naik ke dinding atas kamar mandi, loncat jauh agar bisa memukul kepala perampok tersebut dengan pinggiran telapak tangannya.
Ptak!
Perampok itu tidak langsung tumbang.
Melvin meneguk ludah, dia bisa terbunuh dalam hitungan detik. Tembakan si perampok makin acak-acakan karena dia menderita rasa sakit di leher kiri.
“Aku mohon, jangan sampai terbunuh oleh senapan itu!” Davin mengerang, lalu mengintip ke lorong kamar mandi.
Begitu si perampok ber-shotgun tumbang, Melvin langsung berdiri. Jantungnya berdegup kencang. Dia memeluk Davin dan menitikk
“Katakan siapa sebenarnya kalian!” Davin membentak, suaranya terdengar sampai ke jalan raya, juga semak-semak tempat bersembunyinya pelanggan nakal. Mereka terkejut mendengar bentakan Davin.Toro, anggota yang tadi membawa shotgun, ditampar sampai sadar. Dia diinterogasi, dimintai informasi tentang rencana penyerangan Greg.Pria itu tidak bersuara, membuat Melvin dan Davin jengkel.“Jangan bungkam atau kukuliti lengan dan kakimu!” Melvin mengambil pisau yang ada di saku belakangnya.“Aku sudah bersumpah, tidak akan pernah membocorkan rahasia kami!” Toro tidak mau membocorkannya, meski taruhannya nyawa.“Dasar tidak sayang nyawa!”Davin mengambil pisau di tangan Melvin, lalu menyayat kaki perampok tersebut. Toro berteriak kesakitan, kakinya dilukai oleh Davin.“Jangan memancing iblis dalam tubuhku! Aku memang Tuan Muda, tapi aku bisa lebih kejam dari pembunuh bayaran! Aku tak segan
“Aku tahu siapa tuanmu,” ujar Davin pada Greg.“Kami orang Serigala Merah tidak pernah memiliki Tuan, tidak pula majikan. Kami bekerja atas kemauan kami sendiri, juga, dengan cara kami sendiri. Ada uang, kami bergerak. Tidak ada uang, kami tidak mau melakukan pekerjaan. Semakin banyak harta, semakin nyaman pula hidup di dunia.”“Bohong! Aku sudah tahu seluk beluk Serigala Merah, termasuk ketuamu yang dijuluki Mr. J!”“Hahaha ... intel Nayama memang tidak bisa disepelekan, belum lagi, kamu punya Andre, petinggi militer paling dihormati di negeri ini. Bahkan, presiden saja menuruti semua keinginannya.”Davin tidak memperdulikan bualan itu, dia langsung mencecar Greg dengan beberapa pertanyaan.“Siapa yang menyuruhmu? Kalau orientasimu itu harta, berapa juga uang yang mereka berikan padamu? Katakan nominalnya, aku bisa membayarmu lebih!”“Cleaning service sepertimu tidak akan mam
Andre menelepon sembari menunggu pilot pribadinya di bandara Istanbul.Dia merasa bersalah.Bukannya melindungi Davin di saat-saat bahaya, Andre malah menghadiri pertemuan dadakan. Baru pukul sepuluh tadi dia ditelepon Jenderal Zhang Ze dari pihak militer Tiongkok, diminta datang ke pertemuan rahasia militer dunia.dia khawatir, apa Davin baik-baik saja atau tidak. Dia, saat ini, sedang dalam perjalanan menghadiri rapat darurat di Yakutsk, Rusia, dan sedang transit di bandara Istanbul.Tidak mungkin dia tiba-tiba pulang tanpa memberitahu tamu-tamu lain. Lebih-lebih, nama Andre sudah dikenal baik oleh petinggi militer dunia.“Aku minta maaf, Melvin, aku tidak bisa datang membantunya. Aku mohon padamu, tolong jaga Melvin, jangan sampai dia terluka,” pinta Andre, sebelum mengakhiri perbincangan.“Tuan Andre tenang saja, Tuan Muda adalah pemilik sabuk hitam dan dinobatkan sebagai murid terbaik di perguruan. Tuan Muda pasti paha
“Bagaimana keadaan Tuan Davin, Dok? Aku mohon, sembuhkan dia! Lakukan apapun yang terbaik untuk Tuan Davin! Jika perlu, aku bisa mendatangkan alat-alat canggih dari luar negeri agar Tuan Davin bisa diselamatkan!”Melvin bertanya ke Dokter Nathan, wajahnya nampak panik, dia terlampau cemas. Tadi, darahnya mengucur sangat deras. Orang biasa pasti sudah koma dan butuh pendonoran darah.“Tenang, dia tidak apa-apa. Kita hanya perlu menunggu bebe-”Belum sempat Dokter Nathan menyelesaikan ucapannya, terdengar suara rintihan dari atas ranjang.“Dokter...”“Ahh...”“Tuan jangan banyak bergerak. Luka di bahu kiri Anda belum sepenuhnya pulih. Butuh setidaknya enam jam agar efek samping dari bius spray tadi bisa netral.” Dokter Nathan langsung menahan Davin.“Bius spray?”“Iya, Melvin yang menyemprotkan bius itu pada Anda dan menjahit luka di bahu kiri Anda.&rdq
Hari esok tiba. Melvin, Andre, dan Boris tidak lagi khawatir akan keselamatan Davin, lebih-lebih, ruang rahasia taman, tempat disekapnya Greg, dijaga oleh pasukan khusus anak buah Andre. Mungkin, bahaya tetap saja mengancam, di manapun dan kapanpun. Tapi setidaknya, satu di antara sumber bahaya sudah diamankan. Penjagaan ketat di villa Phoenix, di villa Tuan Besar Juta, dan tempat-tempat strategis seperti Nayama Accent atau Armlet Mordiggan, tidak lagi diterapkan. Semua kembali seperti semula, tak terkecuali Davin. Hari ini dia rindu suasana kampus. Tentu, niat sebenarnya ke kampus bukan untuk belajar, tapi menemui Lisa. Rasa rindu sudah membuncah. Meski ditolak berkali-kali, bahkan sempat diusir karena Lisa lebih membela orang tuanya, Davin tidak secepat itu menyerah. “Nggak butuh pengawalan, kan?” Melvin memainkan pulpen dengan jemarinya. “Santai aja. Toh, ancaman paling besar, udah diringkus. Sekarang tinggal berjaga.” “Oke,
Lisa, yang kemarin menangis tersedu-sedu setelah diberitahu Prima bahwa Davin sudah mati, llangsung lari dan memeluk Davin dari belakang. Lisa sesenggukan, dia khawatir akan keadaan Davin. Ternyata, kertas kecil yang kemarin diberi Prima, berisi serpihan bukti kesepakatan hitam di atas putih, bahwa dia bekerja sama dengan mafia Serigala Merah untuk membunuh Davin dan Melvin. Wajar dia tekrejut, syok, lalu menangis sejadi-jadinya. Pria yang dia sayangi akan dibunuh. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia belum siap kehilangan Davin. Tapi hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam kehidupan Lisa, dia melihat Davin, dengan mata kepalanya sendiri. Tangis pecah, Lisa tenggelam dalam pelukan. “Dari mana saja kamu? Kamis kemarin kamu nggak masuk kuliah, aku khawatir tau! Belum lagi, tersiar kabar burung, kamu diincer pembunuh bayaran la, diincer ini la, itu la...” “Tolong lepaskan...” Davin bertingkah dingin. Sebenarnya, dia bahag
Prak!Satu bogeman melayang, tepat mengenai pipi kiri Greg hingga membuatnya tersungkur dari kursi. Tangan dan kakinya terikat. Wajahnya babak belur. Mirisnya, badan Greg makin kurus karena seharian hanya diberi minum air mineral.“Katakan siapa yang menyuruhmu!” bentak Melvin.“Hah, apa nggak bosan membentakku dengan ratusan kalimat yang sama setiap hari? Pagi, siang, malam, yang kamu tanyakan hanya itu dan itu. Cuih... aku tidak akan pernah memberitahukanmu! Orang sepertiku pantang membuka rahasia kesepakatan!”“Cepat katakan!”Greg kembali meludah, kali ini mengenai celana Melvin dan membuatnya murka. Melvin mengangkat kakinya dan melakukan tendangan hunus tepat di dagu Greg.Pruak!Tendangannya membuat Greg terjungkal dari kursi. Dua tangannya yang terikat di belakang, ketindih badan sekaligus kayu kursi. Dia berteriak sangat keras, tapi nampaknya, tak seorang pun bisa mendengar teriakan itu.
“Kamu tidak bisa mengelak, bukti sudah ada di tangan. Kalau kesepakatan ini aku sebar di Klan Emas dan seluruh cabang Nayama, bukan hanya kamu yang terancam mati, tapi Prima, Heri, juga Mr. J, ketuamu!”Jikalau Davin menampar Greg dengan serpihan kontrak, maka Davin melakukan hal yang sama, menampar muka Greg dengan kartu hitam bersepuhkan emas, kebanggaan Nayama.Plak!Plak!Greg terkejut bukan main. Ternyata yang dilawannya adalah Tuan Muda Nayama. Dia awalnya ragu, apakah Davin merupakan Tuan Muda Nayama yang asli atau tidak. Dan, sekarang, dia baru sadar, salah memilih lawan.“Ma-maafkan saya... saya tidak tahu jika Anda adalah Tuan Muda Nayama ... saya minta maaf, Tuan, saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong ampuni saya ... tolong jangan bunuh saya!”Greg seolah membuat air mata palsu. Dia coba memohon, bahkan, kalau bisa, dia rela pura-pura sujud di hadapan Davin untuk mendapat ampunan dan keringanan s