Setelah puas memukuli menteri tidak tahu diri itu, Ein langsung memberikan telepon, yang mana, Andre sudah siap menceramahi Ein dengan ribuan kata amarah yang dia tahan sejak tadi.
Andre berdehem, lalu berucap halus. “Sebenarnya aku tidak ingin ada kekacauan di sini, tapi kau tahu sendiri, aku bukan tipikal negosiator. Aku lebih suka menghabisi orang-orang sepertimu dengan kekerasan agar kau jera! Orang sepertimu punya mulut yang manis. Dan satu-satunya cara adalah mencampur manisnya dengan darah!”
“Am-ampun, Jenderal, saya tidak tahu jika Tzu adalah orang kepercayaan Anda.”
“Permohonan tidak terima. Sikapmu terlanjur membuat aku marah. Beruntung aku tidak menghubungi presiden lalu memecatmu dari kursi pemerintahan. Kau harusnya bersyukur, aku masih membiarkanmu hidup, setidaknya bergelimang harta gelap hasil korupsi alutsista yang kau lakukan.”
Meng Khi diam tidak bisa bicara. Tzu yang babak belur menyeka darah ya
Meng Khi memilih mundur dari kursi kementerian.Tentu, dengan segala pertimbangan yang sudah dia pikir matang-matang.“Sekarang, kemasi barang-barang pentingmu. Masalah siapa yang kelak menjadi penggantimu, itu urusanku. Ingat, jangan sekali-kali menampakkan muka di kursi pemerintahan. Berita pengunduran dirimu, sementara tidak disiarkan ke publik demi kesinambungan dan keseimbangan rakyat Tiongkok. Mereka pasti berpikir, kenapa Meng Khi tiba-tiba mundur? Akan ada banyak pertentangan dan polemik yang terjadi.”“Maaf. Maafkan aku.”“Kursi pemerintah di sini sangat keras. Persaingan dan sikut-sikutan selalu jadi hal wajar. Siapa yang bersalah, dia harus menerima resiko. Dan, kau pasti tahu, resikonya hanya dua. Ditembak mati karena kesalahan besar, atau mundur dari kursi pemerintahan sebelum masyarakat tahu!”“Kalau memang ini keputusan terbaik, aku bisa menerimanya, dengan senang hati. Aku mundur. Tanpa perlu
Davinharus menyelesaikan masalah di Sukabumi, ada oknum yang membawa kabur dana pembangunan Nayama Losment yang merupakan salah satu cabang Nayama Accent, salah satu perusahaan induk Nayama di bawah pimpinan Bella di Australia.Tapi, hal itu tidak semulus yang dijalankan.Tuan Besar Juta dan Jenderal Andre sudah menyuruh Davin kembali karena mereka berdua sedang menyelesaikan urusan masing-masing di dua negara berbeda. Yang menjadi kendala, posisi saat ini Lisa sedang terpukul karena papanya masih dirawat.“Baru saja kamu pergi ke Canberra, sekarang apalagi? Mau ninggalin aku ke Indonesia sementara kondisiku masih kayak gini? Mikir, Vin. Aku juga butuh perhatian!”“Tapi ini darurat, Lis, di luar perkiraanku. Aku juga tidak ingin ada urusan mendadak, apalagi kaitannya sama Nayama. Problemnya krusial, sementara Tuan Besar Juta dan Jenderal Andre tidak bisa menanganinya karena ada urusan lain.”“Masabodo kamu mau la
“Bukan maksudku meninggalkanmu sendirian di sini, tapi aku harus balik ke Indonesia. Masih banyak hal yang harus kuurus, termasuk masalah pencurian dana dari tender,” kata Lisa.“Iya, aku paham. Hati-hati ya, jangan terlalu memforsir tenagamu. Jaga kesehatan.”Lisamengecup Davin, menatap punggung lelaki itu hingga tak terlihat lagi.Davin menelepon pilot pribadi Tuan Besar Juta lalukembali ke Indonesia setelah mendapatizin dari kekasihnya. Dia tidak langsung berangkat. Akan tetapi, lebih dulu memastikan kondisi cuaca dan keamanan setelah dia injak kaki di Indonesia.Lima menit menunggu, ada laporan masuk dari pangkalan militer.Kondisi di bandara, aman terkendali. Davin bisa berangkat tanpa harus risau ada ancaman dari Serigala Merah.Pihak militer, terutama Andre, juga mengutus orang-orang Mamba untuk berpatroli sampai Davin sampai di lokasi tujuan.Sepulangnya dari Australia, Davinlang
Lelaki bernama Ali duduk di kantor utama. Dia nampak bingung. Harus mengganti uang milik Nayama? Jumlahnya,tentu,sangat besar. Bahkan harga proyek ini tidak bisa ditebusnya walau harus mengabdi seumur hidup pada Nayama.Ali yang pusing menumpahkan amarahnya pada seluruh bawahan.“Saya tidak habis pikir, kenapa bisa proyek ini kecolongan! Pelakunya adalah teman kalian sendiri. Saya pasrahkan urusan tender pada kalian, tapi kalian malah mengacaukannya. Sekarang lihat, uangnya raib dan kita tidak tahu siapa yang membawanya!”Seorang perempuan mengangkat tangan. “Pelakunya pasti salah satu dari kita bersepuluh.”Ali menggebrak meja sangat keras. “Bagaimana kau bisa seyakin itu?”“Hanya kita bersepuluh yang punya akses ke ATM khususpembangunan Nayama Losment. Dan ,hanya kita juga yang bisa mengambil uang itu.”Davinsamar-samar mendengar debat kusir di kantor utama Nayama 
“Aku peringatkan sekali lagi, jangan macam-macam dengan NayamaLosment atau kamu menerima akibatnya!”Tono membentak Davin, berharap anak muda itu ngeri dan lari ketakutan sampai terkencing-kencing.Tapi, yang terjadi, justru berbeda.Davinhanya bisa menggeleng heran. Kenapa pula dengan dua preman ini? Apa dia tidak mengenali siapa sebenarnya Tuan Muda Nayama?Sebenarnya,Davinbisasangat mudahmemecat dua satpam itu dalam hitungan detik, tapi dia butuh Ali untuk memecatnya.Prosedural tetap dijaga meski dia punya hak veto untuk melakukan itu.“Panggil Ali ke sini!” ucap Davin.Wiramencengkeram kerah baju Davin, lantas memukul pipi kirinya. “Tutup mulutmu, Sampah! Jangan seenak jidat memanggil nama presdir kami! Mana sopan santunmu? Ingat, kamu hanya gembel yang tidak sengaja masuk ke tempat pembangunan ini!”Keributan itu didengar Ali dan semua kawanannya. M
Davinmemegang kaki Ali, mendorongnya hingga presdir sombong itu jatuh dengan posisi kepala di bawah.Dia tidak lagi menahan diri. Atur pola nafas terpaksa dilakukan demi bisa membangkitkan tenaga tersembunyi di salah satu titik rahasia nadi manusia.Donidan Wirasegera bereaksi. “Jangan macam-macam dengan kami!”“Majulah! Aku tidak takut walau harus satu lawan dua,” kata Davin, lalu mengusap darah yang mengalir dari bibir kanannya.Wiramaju lebih dulu. Bogem melayang, namun berhasil ditangkis Davin.“Sialan, pria ini punya tenaga lebih kuat dari perkiraanku! Aku harus atur strategi, cari celah sampai dia melancarkan serangan dengan pertahanan kosong.”Dan, momen itu, langsung terwujud.Davintahu, Wiraadalah pria kidal. Oleh sebab itulah, Davinlebih pilih menghindari serangan tangan kiri Wira sampai benar-benar mendapat momen untuk menakhlukkan pria kekar tinggi
Ali tertawa terbahak-bahak. “Pemimpin katamu? Cuih … aku tidak sudi dipimpin gembel bau sepertimu! Yang kamu bisa hanya menyebarkan najis di setiap tempat yang kamu datangi. Cepat pergi sebelum proyek ini jadi sial karena kedatanganmu!”“Diam kau, Koruptor!” Davinmemaki Ali, langsung di depan matanya.Dari pola pikir dan perilaku Ali dalam menyikapi orang tidak dikenal seperti Davin, Davin bisa menyimpulkan kalau Ali merupakan satu dari beberapa orang yang terlibat dalam pencurian dana.Tentu, ada pertimbangan lain yang mendasari kenapa Davin sangat yakin kalau Ali adalah pelakunya.Mendengar makian Davin, Ali terbelalak hebat.Sejenak hening, tidak tahu harus berkata apa. Tapi, dengan cepat, dia mendekati Davin dan membentak pria itu mentah-mentah.“Apa? Kamu bilang apa? Koruptor? Mana buktinya?Kamu itu siapa ha, kenal saja tidak, berani-beraninya nuduh aku koruptor!”Davin terseny
“Doni, Wira, kalian mau ke mana? Cepat bawa dia pergi!” Suara Ali tidak menghentikan niatan Donidan Wirakabur dari sana. “Woi, kalian pergi ke mana. Cepat urus gembel satu ini sebelum kalian dipecat!”Wirapura-pura tidak dengar. Dia pergi ke warung makan yang letaknya tidak jauh dari NayamaLosment.Donisendiri mematung di sekitar garis kuning polisi.Garis itu dipasang karena kasus proyek ini sudah dilaporkan ke kepolisian setempat karena nilainya yang terpantau fantastis. Sejujurnya, polisi di negeri ini malas menangani kasus seperti itu misal tidak ada uang muka. Namun, ini ada kaitannya dengan Nayama. Polisi macam-macam, nama baik mereka bisa longsor tak dianggap di masyarakat.Hingga ketika Levydatang dan menyapaDoni.“Tuan Levy, Anda sudah lama ada di sini?” tanya Doni, gemetar.“Lumayan lama. Tadi aku ke kamar mandi dulu. Habis, perutku mual karena keba