Belasan tahun lalu, ada hacker paling ditakuti yang tinggal di Yakutsk, Rusia. Dia migrasi ke Skotlandia dengan alasan mencari tempat aman karena dia diburu di negaranya sendiri.
Benar.
Ada sebuah tragedi yang mengehebohkan seisi Rusia.
Berita tersebut sengaja tidak disebar-luaskan karena terlalu berbahaya menurut pemerintah. Sampai-sampai, presiden sendiri turun tangan mengecam dan mengancam media yang berniat mempublikasinya.
Pencurian informasi dari intel pusat negara, pembobolan tiga bank Nasional, hingga intervensi pemerintah adalah tiga pokok tujuan sang hacker.
Bahkan, waktu itu, nilai kepala sang hacker mencapai nilai belasan miliar bagi yang bisa menangkapnya, baik dalam kondisi hidup, atau mati.
V-Dart, begitulah dia menunjukkan inisial pada pemerintah.
“Kita berhasil melacak lokasi V-Dart, dia ada di simpang delapan Moskow, dekat kafe La Gardena cabang tiga.” Tim IT intel pusat langsung mengabari pihak kepolisia
Setelah diskusi alot, pihak intel tetap kekeuh, tidak mau membayar harga yang ditentukan V-Dart.Dyena menoleh ke tim peretas, mereka semua memasang wajah lesu. Tidak satu pun berhasil melacak lokasi telepon V-Dart.Kembali, di sebuah bunker rahasia penuh peredam suara dan penghilang sinyal, seorang pemuda nampak berteriak. Merasa tidak dihargai usahanya, V-Dart membanting ponsel rakitannya ke tembok, lalu membakar kartunya untuk menghilangkan jejak.Hampir semua mafia tahu seberapa mengerikannya V-Dart, lebih-lebih, para penguasa dunia bawah yang berani membayarnya mahal untuk pencurian sebuah informasi, hingga peretasan instansi-instansi besar yang dianggap mengganggu.Termasuk Orchid yang dipimpin Anneth, mereka dulunya tunduk pada perintah V-Dart, bahkan sempat menuhankan kepiawaiannya.KeseharianV-Dart, pada waktu di Skotlandia,hanya meretas bank dan membagi-bagikan uangnya pada orang-orang tidak mampu. Bahkan bank dunia sempat ber
Victor memprogram robot kecil yang dia kirim bulan lalu ke rumah rekannya di Washington.Sebagai hacker cerdas dengan IQ di atas rata-rata, sudah barang tentu, Victor memperkirakan gerakan Lone Werewolf dalam mengakusisi The Lyceum.Dia sudah membuat persiapan sejak bulan lalu, sebelum ada perintah dari Tuan Besar Juta.Robot itu diletakkan di sebuah taman kecil sekitaranWashington, dibantu salah satu rekan hackernya dulu saat masih menjadi V-Dart.Uniknya, apabila robot itu mendeteksi empat orang, maka dia meledak.Sensor bau tubuh, sensor wajah, hingga sensor detak jejak kaki sudah dipasang, sesuai pemrograman yang disetel.Robot itu dinamai Harry.Javier diminta datang ke sana bersamaGeorge dan Frank, dua bawahan setianya.Jika dia membawa orang lagi, bisa dipastikan semuanya mati karena Harry akan meledak. Efek ledakannya jauh lebih dahsyat dari ledakan elpiji lima belas kilo warna biru.“Kenapa hanya
Saham The Lyceum berhasil dibeli, dengan begitu mudahnya.Padahal, menurut pengamatan pakar ekonomi dunia, membeli saham The Lyceum sama halnya mengangkat sebongkah pecahan kapal raksasa yang tenggelam di dasar Palung Mariana.Sangat sulit.Bahkan, terkesan mustahil.Tapi Victor, dia berhasil membelinya, tanpa susah payah. Hanya bermodal email bodong berisi virus dan robot rakitan yang ditanami mesiu, dia berhasil mengakusisi, setidaknya 51 persen saham.Anneth terkagum-kagum dengan kinerja Victor.Hal ini menjadi titik balik konflik yang terjadi antara Nayamadan Lone Werewolf.Tiga puluh menit setelah kejadian itu, kabar mengenai dibelinya saham The Lyceum mulai mencuat ke publik, hingga membuat Hans marah besar.Semua yang ada di hadapan pria itu, hancur berkeping-keping. Laptop mahal, ponsel, hingga beberapa vas bunga langka, dia banting, sambil terus mengata-ngatai Javier dengan sumpah serapah.“Bajingan
Kepergian Javier ke Skotlandia tidak disambut baik oleh orang-orang Lone Werewolf.Tapi, sindikat itu tidak bisa berbuat banyak mengingat yang melindungi Javier adalah Nayama dan Orchid, yang dalam tanda kutip, punya kekuasaan penuh atas seluruh wilayah Skotlandia.Bahkan, sekelas walikota Edinburgh dan pemerintah Skotlandia saja tunduk pada mereka berdua.“Ini tidak bisa dibiarkan! Kita harus segera bergerak. Kita harus mengambil langkah dua kali lebih cepat, tidak, tiga kali, agar kita bisa mendahului Nayama. Mereka terlalu kuat. Kita tidak akan menang jika kita terus bersantai seperti ini.”Hans mengumpulkan seluruh petinggi Lone Werewolf yang lain.“Dari mulai Greg, Dirgantara, Prastara Colin, sekarang apalagi? The Lyceum juga sudah ada di tangan mereka. Kita tidak punya pasukan lebih. Yang harus kita lakukan hanya satu, menggempur markas pusat informasi dan keamanan Nayama di Western Harbour, atau langsung menyerang perusahaa
Gedung delapan lantai berdiri megah di tengah Beverley Street, Washington.Lokasinya lumayan strategis, sepuluh menit dari bandara, tujuh menit dari stasiun, dan dua ratus meter dari halte bus setempat.Tembok-temboknya dibangun menggunakan beton yang dilapisi cat khusus. Jika dilihat dari luar, gedung itu lebih mirip seperti hotel mewah bintang lima. Tapi, bagi orang yang salah memasuki Gedung Fatamorgana, mereka hanya melihat ornamen kuno nan suram.Hans dan Violet kembali diperiksa penjaga Gedung Fatamorgana.“Silakan masuk,” kata penjaga kulit hitam kepala botak.Kira-kira, tingginya mencapai 190 centi, dengan bahu dan lengan penuh otot.Di meja resepsionis, Hans langsung mengulurkan jabat tangan. “Tom Jannet, lama tidak bertemu. Wibawamu semakin terlihat mempesona. Bagaimana kabarmu?”Tom menyambut jabat tangan Hans, sembari tertawa.“Basa-basi apalagi? Justru aku yang harusnya bertanya, bagai
Gedung Fatamorgana adalah nama lain markas besar para penjahat di seluruh dunia.Meski gedung ini jadi markas besar para penjahat, terutama pembunuh bayaran, tidak satu pun ada darah yang tercecer di lantai, tembok, atau bahkan karpet-karpet di kamar.Didirikan oleh The Table yang beranggotakan 10 elit global dengan identitas misterius, gedung itu disulap jadi sebuah hotel dan apartemen untuk para penjahat di dunia.Dan, saat ini, hanya tiga identitas The Table yang diketahui. Tujuh sisanya, masih terlampau rahasia, bahkan mafia sekelas Anneth, Hans, atau Tom Jannet saja tidak tahu.Mereka yang sedang diburu pihak kepolisian, intelejen, militer, atau bahkan diburu mafia-mafia kejam dunia, pasti melarikan diri ke Gedung Fatamorgana karena gedung itu menyediakan keamanan berlapis dan aturan yang sangat kejam.Terutama untuk aturan bunuh-membunuh.Yaitu, semua penjahat di sini, tidak boleh menumpahkan darah, sebesar apapun emosi mereka. Dan, ji
Hans yang masih berkutat dengan petinggi The Table, memutuskan menunda rencananya untuk beberapa hari. Dia masih belum siap mental, lebih-lebih, sepuluh anggota The Table terkenal sebagai eksekutor beringas, tak pandang bulu pada siapapun, meski itu keluarga sendiri.Gedung Fatamorgana tidak terlalu ramai siang itu.Tidak ada satu pun pembunuh bayarang yang datang untuk menagih janji, cari aman dari buronan pembunuh yang lain, ataupun ikatan bisnis yang akan dijalin antar sesama penjahat.Hans dan Violet keluar dari Gedung Fatamorgana, lantas disambut salah satu antek yang menyamar sebagai penjual koran harian. Dia mewanti-wanti Hans agar membatalkan niatnya bertemu dengan Walter.“Syaratnya lebih dari sekedar nyawa. Meski kau mati sekalipun, belum tentu, orang-orang The Table mau menjulurkan tangan untukmu. Mereka tidak terjamah. Mereka tidak diketahui. Mata mereka bisa memandang seluruh dunia, bahkan di ujung lubang semut sekalipun.”
Royal Infirmary hotel siang itu tidak terlalu padat. Dokter Zhang Ze pamit ke lantai dua karena ada pasien yang membutuhkan penanganan serius.Di ruang Violet ada Juta dan Lisayang masih duduk menemani Davin.Kondisi Davinmemang sudah membaik, tapi dia belum boleh banyak beraktivitas. Terlebih aktivitas yang berat-berat, apalagi aktivitas yang menguras pikirannya.“Davin, kamu sehat-sehat ya… kakek sedih kamu sakit,” kata Juta di pipi kiri Davin.“Kakek sudah bilang berapa kali… hahaha. Davintidak sakit kok. Kemarin hanya mimpi buruk. Davinsempat bertemu ayah dan ibu di dalam mimpi. Mereka bercerita banyak sekali. Tapi Lisatiba-tiba datang.”Lisalangsung bangun dari istirahatnya. Dia sangat peka suara Davin, apalagi ketika lelaki itu memanggil namanya.“Ada apa, Sayang?” sahut Lisa.Ahh, panggilan itu, lama sekali Daviningin mendengarnya. Baru