Royal Infirmary hotel siang itu tidak terlalu padat. Dokter Zhang Ze pamit ke lantai dua karena ada pasien yang membutuhkan penanganan serius.
Di ruang Violet ada Juta dan Lisa yang masih duduk menemani Davin.
Kondisi Davin memang sudah membaik, tapi dia belum boleh banyak beraktivitas. Terlebih aktivitas yang berat-berat, apalagi aktivitas yang menguras pikirannya.
“Davin, kamu sehat-sehat ya… kakek sedih kamu sakit,” kata Juta di pipi kiri Davin.
“Kakek sudah bilang berapa kali… hahaha. Davin tidak sakit kok. Kemarin hanya mimpi buruk. Davin sempat bertemu ayah dan ibu di dalam mimpi. Mereka bercerita banyak sekali. Tapi Lisa tiba-tiba datang.”
Lisa langsung bangun dari istirahatnya. Dia sangat peka suara Davin, apalagi ketika lelaki itu memanggil namanya.
“Ada apa, Sayang?” sahut Lisa.
Ahh, panggilan itu, lama sekali Davin ingin mendengarnya. Baru
Hari-hari menjelang Davin, Lisa, dan Tuan Besar Juta kembali ke Indonesia, mereka mendapat kabar bahwasanya ada sekumpulan tim SAR yang menyisir daerah pertebingan Puncak Becici.Entah siapa yang menyuruh, tapi ini, bertentangan dengan kesepakatan awal yang sudah dibuat Menteri Perhutani dengan anggota militer pusat.Ada kemungkinan, pihak Serigala Merah, atau bahkan Prima sendiri, curiga terhadap ayahnya yang tak kunjung memberi kabar.Andre, Levy, dan Boris duduk bersama di pangkalan divisi satu militer angkatan darat.“Bagaimana? Sudah dapat informasi tentang siapa yang menghubungi tim SAR atas insiden di bukit kala itu?” Andre menghampiri Malik yang merupakan ketua camp divisi satu.“Sementara belum, Jenderal, kita sedang berusaha mencari siapa saksi mata yang membocorkan kejadian itu ke publik. Ada dugaan, saksi matanya merupakan salah satu dari tujuh petugas Perhutani yang disandera waktu itu. Tapi, dugaan ini belum punya fa
Anak buah Jayden nekat menerobos barisan polisi itu. Adu tembak terjadi. Mayapada berhasil diselamatkan, namun Yudhistira terkena tembakan atas insiden itu.Ya.Waktu itu, hanya Yudhistira Setiawan yang berangkat ke Australia, tanpa mengajak istri dan anak angkatnya, atau kakak angkat Lisa yang bernama Bara.Bertepatan juga, gadis yang ditunggu-tunggu Rara, akhirnya pulang ke Indonesia, diantar Davin dan salah satu bodyguard keluarga Nayama.“Mama, aku pulang...” Lisa lari memeluk mamanya. “Lisa minta maaf karena lama berada di luar negeri. Lisa rindu Mama. Lisa janji, Lisa nggak akan ninggalin Mama sendirian lagi.”Rara, yang biasanya membenci Davin, tidak peduli dengan kehadiran pemuda itu. Dia lari membalas pelukan Lisa karena terlampau khawatir dengan kondisi putri semata wayangnya.Davin sendiri langsung beranjak pergi sebelum Rara selesai dengan Lisa, lantas menghardiknya lagi.Tapi, dari kejauhan, Davin
Davinmengernyitkan dahinya. Dia tidak merasakan sakit sama sekali walaupun pipi kirinya membiru akibat pukulan Bara.Memegangi tangan Lisayang sedang pingsan, Davinkembali mendapat tamparan keras di pipi kanannya. Rara tidak terima Davinmenyentuh Lisatanpa izin.“Tolonglah, dia butuh pertolongan pertama…”“Diam!”Perdebatan itu berlangsung sengit dan terhenti saat semua melihat Lisakejang-kejang di atas lantai marmer halaman rumahnya.Rara dan Bara panik. Mereka seperti orang kesurupan. Tidak ada yang tahu penanganan pertama orang kejang-kejang karena mereka hidup dalam zona nyaman.“Bagaimana ini? Kita harus segera menelepon dokter!” Rara semakin panik. Ekspresinya tidak dapat dibohongi.Bara yang tidak tahu harus melakukan apa, ikut-ikutan panik dan mereka malah diam memandangi Lisa.Davinkesal melihat tingkah laku mereka. Dia segera mengambi
Lisamemelototi mamanya dengan tatapan sinis.Mamanya tidak tahu kalau Davinyang sudah menyelamatkan nyawa Lisawaktu insiden di pelabuhan.Overthinking, kesialan, dan buruk sangka selalu menghantui pikiran Rara kala melihat Davin berdiri di sana.“Kalian? Ingat perkataanku. Sampai kalian berani memaki Davin atau mengoloknya di depan mataku, aku nggak segan balas hinaan itu, jauh lebih kejam dari apa yang kalian lakukan pada Davin. Dia udah nyelamatin aku, tiga kali, termasuk nafas buatan ini! Sedangkan kalian, cuma bisa maki-maki, berdiri mematung, nggak paham tata cara pertolongan pertama!”“Sialan! Entah Mama entah Kakak Bara, semua sama!? Kalian ingin aku mati, kan? Tinggal jawab iya apa susahnya!”Rara mendekati Lisa, tapi Lisa segera menepis tangan mamanya.“Mama bisa jelasin...”“Jelasin apalagi, Ma? Mama mau ngelarang Davin yang niat nyembuhin Lisa, kan? Coba Davin telat
Cacian Lisa tidak berhenti sampai di situ.Emosi yang dia tahan selama bertahun-tahun, meledak begitu saja, apalagi setelah melihat tingkah Bara yang semakin dibiarkan, semakin semena-mena. Lisa tidak tahan dengan hal tersebut. Ini saatnya balas dendam. Mencaci Bara sampai rata dengan tanah.“Heh, Anak Pungut, kamu bisa denger aku ngomong, kan? Dasar babu, yang ngomong ada di kiri, kenapa kamu malah ngadep ke kanan? Woi!” Lisa tak henti-hentinya melontarkan caci-maki pada Bara.“Cukup, Lisa! Dia kakakmu. Apa kamu lupa, dia sangat berjasa pada keluarga kita.” Rara coba membela Bara, tapi nampaknya sia-sia.Lisa tertawa sangat keras. “Berjasa? Berjasa apa, Ma? Lihat, kuliah di kampus favorit gagal, kena drop out karena nilainya kurang memuaskan. Kuliah di kampus swasta malah bikin masalah. Bisanya cuma habisin duit keluarga. Apalagi, Mama mau cari kebaikan dia? Nggak ada, Ma.”“Bahkan, sampai hari kiamat pun
Dalam waktu singkat, Davinmemelintir tangan kanan Bara hingga terdengar bunyi gesekan antar sendi. Bara mengerang, tapi Davintidak memberinya kesempatan untuk merintih.Prak!Satu pukulan Davinmendarat di pipi kanan Bara hingga membuatnya tersungkur. Tidak berhenti sampai di situ, Davinmelepas sepatunya dan mendaratkan tumitnya di perut Bara.Bara mengerang. Rasa sakit menyelimuti sekujur tubuhnya.Davintidak mau berhenti. Dia terus memukuli Bara hingga punggungnya membiru. Dia baru berhenti kala Lisamenarik tangannya dan memohon agar Bara dimaafkan.“Kamu harusnya bersyukur, Lisamasih memiliki belas kasihan. Jika bukan Lisayang memintaku berhenti, aku tidak akan berhenti sampai mulutmu bengkong dan rahangmu patah!” Davinmengumpat dan meludahi Bara.“Dasar sampah keluarga Yudhistira!”Beberapa tetangga yang sedang mencari makan siang berkumpul digerban
“Tunggu, Tante, biar aku yang urus masalah penerbangan. Nggak usah repot-repot menelepon Hendra, Kepala Maskapai bandara.”“Kamu yakin?” Rara menatap Davin penuh harap.Davinmeyakinkan Rara, lantas berkata bahwa mereka berdua boleh menggunakan fasilitas Nayamauntuk pergi ke sana. Rara dan Lisalangsung ceria. Mereka bisa sampai di Mellbourne jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.Sementara Bara, dia masih menaruh dendam pada Davin karena telah menghinakan harga dirinya di hadapan keluarga angkatnya sendiri. Pria itu belum berangkat ke rumah sakit karena masih menunggu kabar tiket penerbangan ke Australia.“Kalian tunggu di sini, biar aku hubungi Melvin. Semoga saja teleponnya diangkat. Kalian nggak perlu risau, urusan akomodasi dan penerbangan, biar aku yang urus. Cukup duduk, tenangkan diri, dan jangan panik!”Davin keluar rumah, lalu menelepon sahabatnya. Melvin ditelepon dan diminta menyiapk
Lisa penasaran, apa yang dilakukan Davin saat sedang duduk santai. Apakah kekasihnya itu cuma rebahan, tidak memikirkan apa-apa, atau malah stress berat karena beban tanggung jawab Nayama yang begitu besar?“Kenapa? Kamu kelihatan murung. Ada masalah ya ... cerita, cerita ke aku. Jangan paksain diri nanggung semua masalah itu sendirian.” Lisa mendekati Davin yang duduk di atas ranjang.Yap.Rara sudah merestui hubungan mereka.Apabila Davin ingin masuk villa keluarga Yudhistira, dia tidak perlu izin pada petugas keamanan.Bahkan, masuk ke kamar Lisa, hanya berdua, Rara mengizinkannya.Mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Dan, kini, Davin berada di kamar Lisa, meremajakan tubuh dari segala pikiran tentang ancaman dari Lone Werewolf dan Serigala Merah.“Nggak ada apa-apa.” Davin menghela nafas berat. “Cuma kepikiran sindikat yang pernah hampir membunuhmu.”“Yang dulu nyulik aku di kapal?&