"A-apa maksudmu akan melakukannya, Crys?" tanya Ethan tergagap.
"Ya, aku akan melakukannya. Aku sendiri yang akan mengeluarkan pelurunya!" kata Crystal.Ethan langsung bergidik ngeri."Bagaimana caramu melakukannya tanpa bantuan medis?""Oh, astaga! Ethan kau ini sangat pecundang! Apa kau tak pernah melihat seseorang di film-film action mengeluarkan peluru dengan cara yang luar biasa? Aku bisa melakukannya. Jangan khawatir!""Tidak, tidak, tidak! Aku tahu kau sakit hati padaku karena masalah Julia, tetapi itu tidak berarti kau harus balas dendam padaku dengan cara seperti ini, kan? Kau bisa membunuhku, Crys. Itu tidak semudah ketika kau menontonnya di film-film hollywood," tolak Ethan."Kau harus percaya padaku. Aku tak hanya melihatnya di film-film. Aku juga pernah melihatnya langsung saat Jordy mengeluarkan peluru dari tubuh Sergio saat tertembak di perbatasan. Jordy bisa mengeluarkannya hanya dengan membakar pisau besi dan me"Nona Crystal, untuk apa kita ke si ...." Jordy seketika tak melanjutkan kata-katanya lagi ketika melihat Ethan yang berbaring di atas ranjang."Sssst .... jangan berisik!" Crystal menempelkan jari telunjuknya di bibir sambil menarik tangan Jordy agar mendekat ke ranjang."Ya Tuhan, Crys! Apa yang kau lakukan?" protes Ethan frustasi melihat istrinya itu kini malah membawa Jordy, yang notabene adalah tangan kanannya Benigno.Jordy terpana melihat Ethan yang sedang berbaring di ranjang dengan tangan menutupi perutnya dengan kain kasa yang dilipat berbentuk persegi."Ke-kenapa ini?" Jordy melihat pada Crystal dan Ethan secara bergantian. Dia butuh lebih dari sekedar penjelasan tentang apa yang menimpa Ethan saat ini dan apa yang mereka inginkan dengan keberadaannya berada di sini."Jordy, tolong bantu Ethan mengeluarkan peluru dari dalam perutnya!" pinta Crystal tanpa banyak berbasa-basi.Jordy mendekat. Dengan ragu ia men
"Crystal! Apa yang kau lakukan?" Tak disangka Benigno datang dari arah tangga, dan melihat pemandangan Crystal sedang menindas Arabella di depan kamar Ethan."Sayang!" seru Arabella memanggil Beningno.Dengan cepat ia bersikap seolah menjadi orang teraniya."Ben, ahh! Ya Tuhan!" Arabella dengan susah payah berdiri, dibarengi dengan kemampuan drama yang mumpuni."Apa yang kau lakukan?" hardik Benigno gusar pada putri semata wayangnya itu.Lalu dengan sebelah tangannya ia mengulurkan tangan agar Arabella bisa berdiri."Kau tidak apa-apa?" Arabella memasang wajah memelas seperti wanita yang patut dikasihani."Ya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah kubuat, sehingga Crystal tega mendorongku seperti ini," adu Arabella.Crystal memutar bola matanya malas sambil komat-kamit menirukan gerak mulut Arabella yang sedang mengadukan dirinya pada sang ayah.
"Kau akan tidur si sini?" tanya Ethan di kala malam telah menjelang namun Crystal masih tak ingin beranjak dari kamarnya."Ya, apa ada masalah?" tanya Crystal tanpa merasa bersalah sama sekali."Aku tidak tahu apa yang alasanmu, Crys. Tetapi aku bukan bayi atau lansia yang harus kau jaga dan kau temani seperti ini.""Kau memang bukan lansia, tetapi untuk beberapa hal bukankah kadang-kadang kau bisa bertingkah seperti bayi?" Ethan memutar cepat otaknya."Maksudmu?" tanya Ethan menanggapi perkataan ambigu dari Crystal itu."Kau tidak ingat? Cobalah ingat-ingat lagi ... "Crystal tentu saja sedang berusaha memancing Ethan untuk berbicara sesuatu yang sensitif dan menjurus ke hal-hal yang menyenangkan. Sayangnya, Ethan saat ini sedang dalam keadaan tidak cepat tanggap dalam menalar perkataan Crystal. Atau mungkin juga karena dia sedang tidak mood untuk membicarakan sesuatu yang bisa memancing mereka berbuat hal-hal panas
"Ssshh ...." Ethan mendesah sambil menggemeretakkan giginya saat ia merasakan pisau bedah menggores perutnya.Meskipun Jordy telah menyuntikkan anastesi pada area luka tembaknya Ethan yang akan dibedah olehnya itu, nyatanya Ethan tetap dapat merasakan ngilu pada perutnya."Apa itu sakit?" tanya Crystal pada Jordy, tetapi Jordy tidak menghiraukan pertanyaan putri dari bosnya itu."Jordy!!" panggil Crystal lagi setengah menghardik."Nona Crystal, bisakah kau tidak menggangguku? Kalau kau bertanya apa itu sakit atau tidak, sebaiknya tanya Ethan saja. Kenapa kau menanyakan itu padaku?!" sahut Jordy sedikit kesal."Kau tidak lihat? Dia terlihat kesakitan! Apa mungkin dia masih bisa menjawab?" kesal Crystal."Kalau begitu kenapa kau tidak menci umnya lagi? Siapa tahu dengan begitu rasa sakitnya bisa sedikit teralihkan?" usul Jordy, sambil ia mulai membedah sedikit area perut Ethan dengan pisau bedahnya."Benar juga! Ethan. Aku
"Bertha! Tolong bantu aku!" pinta Crystal pada Bertha yang sedang memasak di dapur."Ada apa, Nona Crystal?"Sang ART tentu heran melihat anak dari Tuan Besar Beningno Mensina ini sudah hadir di pagi-pagi buta begini di dapur. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi waktu Sisilia.Crystal mengikat cepol rambutnya di atas kepala. "Apa kau bisa membuat Frittata?" tanyanya menyebutkan salah satu jenis masakan khas Italia itu.Bertha tentu mengernyitkan keningnya."Ya, aku tentu saja tahu, Nona. Kenapa? Apa Nona Crystal ingin makan Frittata? Kalau ia saya akan membuatkannya," kata Bertha lagi.Crystal geleng-geleng kepala."Tidak, tidak. Bukan kau yang akan membuatnya, tetapi aku. Kau pernah dengar peribahasa Bertha? Jika kau ingin memenangkan hati seorang pria, maka kau harus memikirkan baik-baik isi perutnya," katanya dengan senyum berbunga-bunga.Asisten bernama Bertha itu hanya senyum-senyum men
"Sebenarnya, Crys .... kau tak harus mengantarku sampai ke kasino. Aku masih bisa mengenderai mobil sendiri," kata Ethan di perjalanan mereka menuju ke Mensina Casino."Oh, ya? Itu kan katamu!" jawab Crystal dengan ketus. "Tetapi aku tetap harus mengantarmu ke kasino, memastikan kalau kau baik-baik saja.""Aku baik-baik saja, sungguh!""Tetapi aku tidak percaya!"Ethan menghembuskan napas kesal. Crystal sungguh tak dapat diberikan pengertian."Crys ..." Ethan masih ingin mencoba sekali lagi meluluhkan pendirian istrinya yang keras kepala itu."Ethan, sebaiknya jangan menghalangiku untuk mengantarmu. Aku tak hanya akan mengantarmu, kau tahu? Aku juga akan menunggumu di kasino, memastikan kalau kau baik-baik saja!" "Hah? Apa? Kau ingin menungguiku di sana? Untuk apa?" tanya Ethan frustasi."Sudahlah, tak perlu banyak protes, atau aku bisa saja akan semakin mencurigaimu!""Kau mencurigaiku apa?"
"Selamat pagi, Tuan Ethan!" sapa bodyguard yang berjaga di depan pintu."Selamat pagi juga. Bagaimana kabar kasino selama beberapa hari belakangan ini?" tanya Ethan berbasa-basi. Sebenarnya ia hanya ingin mengajak orang lain mengobrol agar Crystal yang membuntutinya di belakang tidak lagi menuntutnya untuk membalas ungkapan cintanya yang di mobil tadi. Namun sayang, seorang Crystal seringkali memang tidak tahu malu. Begitu pun saat ini."Kabar kasino baik, Tuan, selain ....""Ethan, kau harus mengatakannya sekarang padaku!" desak Crystal menyela obrolan antara Ethan dan kedua bodyguard itu."Crys ...." Ethan memberi kode pada Crystal dengan melirik kedua bodyguard itu, berharap Crystal akan mengerti kalau ada orang lain di tempat itu dan pembicaraan seperti itu tidak tepat untuk dibahas di sini. Namun lagi-lagi, seorang Crystal mana mungkin mau mengerti tentang hal-hal remeh seperti itu. Yang dia prioritask
"Hallo, Keponakanku Tersayang!"Suara yang terdengar familiar itu masuk ke dalam gendang telinga Ethan dan Crystal. Mereka refleks menoleh."Paman?" gumam Crystal.Romano dengan tongkatnya serta diiringi oleh 2 bodyguard yang mengekor di belakangnya, kini melangkah masuk melalui pintu utama kasino."Hei! Tatapan seperti apa itu? Apa kau tidak suka pamanmu datang ke sini?" "Bu-bukan begitu," jawab Crystal tergagap. "Aku hanya terkejut paman datang ke sini. Kenapa tidak ke rumah saja?"Crystal hampir tak dapat menyembunyikan kegugupannya. Bahkan Kalau boleh dibilang, jantungnya serasa akan copot saat ini."Kenapa kau terkejut? Hahaha .... apa kau takut aku menembak suamimu ini? Hmmm?" Romano dengan tongkatnya hendak mencolok perut Ethan. Ethan refleks memegang ujung tongkat yang berfungsi menjejak tanah itu agar tidak sampai menyentuh bagian perutnya.Pasalnya ia hampir menyentuh bagian luka Ethan, ent
"Kita pulang nanti saja," kata Ethan yang saat ini sedang berada di dalam lift bersama Crystal, Anna dan Clarissa ke lantai sembilan gedung Mare Nostrum Hotel.Meski Crystal tak begitu paham apa tujuan Ethan tak mau langsung pulang ke Golden Time Residence, namun Crystal tetap menurut untuk ikut dengan Ethan, bersama Anna dan Clarissa tentu saja.Sesampainya di lantai sembilan, mereka pun keluar dari lift dan langsung menuju kamar bernomor 909. Ethan mengambil dompet dari kantong celananya lalu dari dalam dompet ia mengeluarkan sebuah kartu dan menempelkannya pada alat detektor yang berada di gagang pintu kamar.Ceklek!!!Pintu itu pun terbuka."Masuk!" kata Ethan mempersilahkan.Tanpa canggung sama sekali seolah itu adalah rumahnya, Ethan langsung masuk begitu saja dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa."Kau check-in di sini?" tanya Crystal melongo. Tak berminat untuk duduk, Crystal malah lebih penasaran untuk melihat-lihat. Ia memperhatikan sekeliling ruangan kamar hotel ini. Ru
"Sebelah sini, Nyonya!" Security itu mengantar Crystal, Anna dan Clarissa ke cafe hotel yang berada di lantai tiga. Sesampainya di sana, petugas keamanan itu memanggil salah seorang pelayan cafe untuk datang menghampiri mereka.Sedikit mengherankan juga bagi Crystal. Bagaimana mungkin staf keamanan yang tadi sangat kekeuh ingin memeriksanya sesuai prosedur hotel, setelah menerima telepon dari orang yang katanya adalah rekannya itu, kini malah mengantarkannya ke kafe seperti seorang tamu hotel yang diistimewakan.Staf keamanan itu membawa pelayan cafe itu sedikit menjauh sekitar dua, tiga langkah dan berbisik."Dia adalah Nyonya, istrinya Capo. Maksudku wanita yang berpakaian gaun biru itu. Tolong layani mereka dengan baik. Jangan sampai ada keluhan, apalagi jika itu sampai pada Capo. Kau tentu tak mau dianggap oleh Capo sebagai pekerja yang tidak becus, kan?" jelas security keamanan itu.Pelayan itu mengangguk."Baiklah, Tuan. Akan saya lakukan," jawabnya.Setelah itu security itu
Crystal menatap Mare Nostrum Hotel, tempat dimana ia ditinggalkan oleh Marlon dengan Anna dan juga Clarissa. Hotel berlantai lima belas itu terlihat tinggi di antara bangun-bangunan lainnya. Maklumlah di kota C ini, bangunan pada umumnya hanya sampai setinggi tiga lantai saja. Hal ini dikarenakan karena Sisilia adalah kepulauan yang di kelilingi oleh lautan sehingga pemerintah setempat menetapkan standar aman bangunan umum hanya sampai tiga lantai. Jika ada yang ingin membangun gedung dengan banyak tingkatan, itu harus memerlukan izin khusus dari pemerintah untuk ditinjau tingkat keamanannya bagi bangunan di sekitarnya. Itu sebabnya Mare Nostrum Hotel ini ramai di kunjungi para pengunjung karena gedungnya yang lebih tinggi dari pada hotel lainnya."Nyonya, apa kita akan masuk ke dalam?" tanya Anna mana kala Crystal hanya bisa bengong begitu mereka sampai di depan hotel."Ehmm ... entahlah, Anna. Aku juga bingung untuk apa kita berada di sini. Sialan Marlon itu benar-benar sangat meny
"Oh, ya? Kau tahu dari mana? Jangan sok tahu! Memangnya kau dan Ethan saling mengenal sebelumnya?" balas Crystal. Marlon tersenyum miring mendengar kata-kata balasan dari Crystal yang tidak percaya padanya."Untuk tahu aktivitas seseorang tidak harus mengenal orang itu secara dekat, bukan?" "Maksudnya?" Crystal arti apa yang dimaksud oleh Marlon."Maksudku, aku bekerja di bidang yang sama dengan Paman Ben dan Ethan. Yah, mungkin Paman Ben sudah tua, jadi dia kurang begitu tahu tentang siapa sebenarnya menantunya itu. Tetapi aku tahu banyak hal tentang Ethan. Dan aku ragu kau mungkin tidak tahu sebanyak yang ku tahu tentang suamimu sendiri," kata Marlon lagi."Apa?" Crystal terlihat tidak senang pada setiap kata-kata yang diucapkan oleh Marlon."Hei, kenapa harus melotot seperti itu melihatku? Apa yang aku katakan benar kan? Memangnya ada yang salah?" kekeh Marlon sambil menatap krystal dari kaca spion mobil."Yang pertama, aku katakan padamu. Kau tidak tahu apa-apa tentang aku dan
Sharon dan Marlon saling tatap sejenak mendengar tujuan Crystal memanggilnya."Ya, tentu saja bol ..."Sharon ingin mengiyakan, tak keberatan dengan permintaan tolong Crystal, namun tidak dengan Marlon."Tidak boleh!" sela Marlon cepat.Crystal sampai membelalakkan matanya mendengar penolakan Marlon yang tanpa basa basi itu. Demikian pula dengan Sharon."Hei, Marlon, kenapa kau harus seperti itu, hmm?" protes Sharon pada saudara kembarnya itu. "Crys, jangan dengarkan kata-kata Marlon, ikutlah bersama kami!" ajaknya.Marlon menatap Crystal dengan pandangan aneh, yang Crystal tidak tahu tatapan seperti apa itu. "Tetapi sepertinya saudaramu tidak mengijinkan kami untuk menumpang. Kalau memang tidak boleh ya sudah, cih! Menyebalkan, baru juga punya mobil jelek seperti itu sudah sombong. Bagaimana kalau punya super car seperti milikku?" pamer Crystal.Yah, begitulah Crystal. Sikapnya memang sering kali kekanak-kanakan. Tadi dia sendiri yang ingin meminta tolong agar diberi tumpangan. Eeh,
"Apa? Bercerai?!"Crystal membelalakkan matanya mendengar Benigno mengucapkan kalimat itu. Andai di awal-awal pernikahannya Benigno mengucapkan kata-kata itu, mungkin Crystal dengan senang hati akan mengiyakannya. Tapi setelah hatinya berlabuh pada Ethan selama beberapa bulan terakhir ini, baru mendengarnya saja hatinya sudah diiris sembilu."Ya, bercerai. Kalau kau masih belum jelas dengan kata-kata itu akan Papa perjelas. Berpisah, mengakhiri hubungan pernikahan dengannya. Apa kata-kata itu belum cukup membuatmu mengerti?" kata Benigno dengan tegas pada Crystal.Crystal cukup syok mendengar kata-kata dari ayahnya. Ia sampai geleng-geleng tak percaya terhadap apa yang dia dengar"Papa sepertinya sedang tidak sehat. Sudahlah, sebaiknya aku dan Clarissa pulang saja. Terus terang saja aku menyesal datang ke pesta pernikahan Papa ini. Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan datang!" kata Crystal sambil meraih tas tangannya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Be
"Papa Ben?" Ethan spontan menggumam saat melihat mertuanya itu ada di belakangnya."Jelaskan padaku!" geram Benigno."Apa yang harus kujelaskan?" tanya Ethan malas."Katakan padaku, kenapa pria ini ... Diego mengatakan kalau kau dan Alessandro adalah putranya? Apa itu benar?" desak Benigno.Ethan mendengus. Alangkah berat baginya untuk mengakui hal tersebut. Namun, ia pun sangat malas untuk mengakui di hadapan semua orang kalau Diego adalah ayah biologisnya."Dia memang adalah putraku sama halnya dengan Alessandro. Ah, Bagaimana caraku untuk mengatakannya? Tidak baik mengungkapkan semua ini di depan umum. Kita bisa membicarakan ini di tempat yang lebih privat kalau kau berkenan," usup Diego.Benigno tersenyum dengan seringai. "Tidak perlu! Sekarang sebaiknya kalian katakan saja, apa sebenarnya yang tidakku tahu di sini? Ethan? Apa bener kau adalah putra dari Diego?" tanya Benigno sekali lagi kepada menantunya itu.Lalu pria itu pun menatap Ethan dan Diego secara bergantian. Sebenarny
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan