"Ssshh ...." Ethan mendesah sambil menggemeretakkan giginya saat ia merasakan pisau bedah menggores perutnya.
Meskipun Jordy telah menyuntikkan anastesi pada area luka tembaknya Ethan yang akan dibedah olehnya itu, nyatanya Ethan tetap dapat merasakan ngilu pada perutnya."Apa itu sakit?" tanya Crystal pada Jordy, tetapi Jordy tidak menghiraukan pertanyaan putri dari bosnya itu."Jordy!!" panggil Crystal lagi setengah menghardik."Nona Crystal, bisakah kau tidak menggangguku? Kalau kau bertanya apa itu sakit atau tidak, sebaiknya tanya Ethan saja. Kenapa kau menanyakan itu padaku?!" sahut Jordy sedikit kesal."Kau tidak lihat? Dia terlihat kesakitan! Apa mungkin dia masih bisa menjawab?" kesal Crystal."Kalau begitu kenapa kau tidak menci umnya lagi? Siapa tahu dengan begitu rasa sakitnya bisa sedikit teralihkan?" usul Jordy, sambil ia mulai membedah sedikit area perut Ethan dengan pisau bedahnya."Benar juga! Ethan. Aku"Bertha! Tolong bantu aku!" pinta Crystal pada Bertha yang sedang memasak di dapur."Ada apa, Nona Crystal?"Sang ART tentu heran melihat anak dari Tuan Besar Beningno Mensina ini sudah hadir di pagi-pagi buta begini di dapur. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi waktu Sisilia.Crystal mengikat cepol rambutnya di atas kepala. "Apa kau bisa membuat Frittata?" tanyanya menyebutkan salah satu jenis masakan khas Italia itu.Bertha tentu mengernyitkan keningnya."Ya, aku tentu saja tahu, Nona. Kenapa? Apa Nona Crystal ingin makan Frittata? Kalau ia saya akan membuatkannya," kata Bertha lagi.Crystal geleng-geleng kepala."Tidak, tidak. Bukan kau yang akan membuatnya, tetapi aku. Kau pernah dengar peribahasa Bertha? Jika kau ingin memenangkan hati seorang pria, maka kau harus memikirkan baik-baik isi perutnya," katanya dengan senyum berbunga-bunga.Asisten bernama Bertha itu hanya senyum-senyum men
"Sebenarnya, Crys .... kau tak harus mengantarku sampai ke kasino. Aku masih bisa mengenderai mobil sendiri," kata Ethan di perjalanan mereka menuju ke Mensina Casino."Oh, ya? Itu kan katamu!" jawab Crystal dengan ketus. "Tetapi aku tetap harus mengantarmu ke kasino, memastikan kalau kau baik-baik saja.""Aku baik-baik saja, sungguh!""Tetapi aku tidak percaya!"Ethan menghembuskan napas kesal. Crystal sungguh tak dapat diberikan pengertian."Crys ..." Ethan masih ingin mencoba sekali lagi meluluhkan pendirian istrinya yang keras kepala itu."Ethan, sebaiknya jangan menghalangiku untuk mengantarmu. Aku tak hanya akan mengantarmu, kau tahu? Aku juga akan menunggumu di kasino, memastikan kalau kau baik-baik saja!" "Hah? Apa? Kau ingin menungguiku di sana? Untuk apa?" tanya Ethan frustasi."Sudahlah, tak perlu banyak protes, atau aku bisa saja akan semakin mencurigaimu!""Kau mencurigaiku apa?"
"Selamat pagi, Tuan Ethan!" sapa bodyguard yang berjaga di depan pintu."Selamat pagi juga. Bagaimana kabar kasino selama beberapa hari belakangan ini?" tanya Ethan berbasa-basi. Sebenarnya ia hanya ingin mengajak orang lain mengobrol agar Crystal yang membuntutinya di belakang tidak lagi menuntutnya untuk membalas ungkapan cintanya yang di mobil tadi. Namun sayang, seorang Crystal seringkali memang tidak tahu malu. Begitu pun saat ini."Kabar kasino baik, Tuan, selain ....""Ethan, kau harus mengatakannya sekarang padaku!" desak Crystal menyela obrolan antara Ethan dan kedua bodyguard itu."Crys ...." Ethan memberi kode pada Crystal dengan melirik kedua bodyguard itu, berharap Crystal akan mengerti kalau ada orang lain di tempat itu dan pembicaraan seperti itu tidak tepat untuk dibahas di sini. Namun lagi-lagi, seorang Crystal mana mungkin mau mengerti tentang hal-hal remeh seperti itu. Yang dia prioritask
"Hallo, Keponakanku Tersayang!"Suara yang terdengar familiar itu masuk ke dalam gendang telinga Ethan dan Crystal. Mereka refleks menoleh."Paman?" gumam Crystal.Romano dengan tongkatnya serta diiringi oleh 2 bodyguard yang mengekor di belakangnya, kini melangkah masuk melalui pintu utama kasino."Hei! Tatapan seperti apa itu? Apa kau tidak suka pamanmu datang ke sini?" "Bu-bukan begitu," jawab Crystal tergagap. "Aku hanya terkejut paman datang ke sini. Kenapa tidak ke rumah saja?"Crystal hampir tak dapat menyembunyikan kegugupannya. Bahkan Kalau boleh dibilang, jantungnya serasa akan copot saat ini."Kenapa kau terkejut? Hahaha .... apa kau takut aku menembak suamimu ini? Hmmm?" Romano dengan tongkatnya hendak mencolok perut Ethan. Ethan refleks memegang ujung tongkat yang berfungsi menjejak tanah itu agar tidak sampai menyentuh bagian perutnya.Pasalnya ia hampir menyentuh bagian luka Ethan, ent
Kejadian pagi ini lagi-lagi membuat kehebohan di Mensina Casino. Bagaimana tidak? Selama sebulan terakhir di tempat ini teramat sering terjadi peristiwa penembakan. Dan yang membuat geram adalah selalu dan selalu, semua kejadian itu selalu dipelopori oleh adik dari Benigno, pemilik Mensina Casino dan selalu melibatkan menantunya Ethan Trovatelli. Oleh karena itu jangan tanya lagi, kenapa ada kerumunan orang-orang di pintu masuk kasino. Tentu saja suara tembakan yang menggema ke seluruh gedung Mensina kasino secepat mungkin mengundang banyak kerumunan. Entah itu dari pihak pengunjung atau pun dari para staf. Mereka secepat mungkin berlomba-lomba datang hanya untuk mendapatkan informasi tentang suara tembakan yang menggema ke seantero gedung kasino.Wanita yang menembak Romano Conte, meniup moncong pistol seakan di sana ada apinya, lalu setelah dia memastikan tak ada lagi peluru yang tertinggal, ia pun melempar pistol itu kembali pada pemiliknya yang kini tela
"Silahkan ikuti saya, Madam!" ajak Benigno pada wanita yang dia panggil madam Yvonne itu.Benigno merentangkan tangannya untuk mempersilahkan madam Yvonne berjalan lebih dulu di depan. Dari perlakuan Benigno terlihat jelas kalau lelaki itu sangat menghormati tamunya yang datang kali ini.Saat berpapasan dengan Crystal dan Ethan, terlihat Benigno tidak terlalu mempedulikan anak dan menantunya itu. Sepertinya ia enggan memperkenalkan ataupun mengajak mereka untuk ikut bersama naik ke atas. Atau bisa jadi Benigno sebenarnya tidak mau ambil resiko memperkenalkan anaknya yang ceroboh dan terkesan sembarangan serta menantunya yang sama sekali bukan berada dari kelas atas atau pun golongan serupa dengan mereka yaitu dari kelompok mafia. Di mata Benigno, Ethan bukanlah apa-apa. Hanya mekanik mobil yang tidak tahu tentang pergaulan kelas atas atau kelas mafia seperti dirinya. Pria itu sudah menunjukkan kualitasnya pada Benigno di saat malam resepsi pernikahannya
"Ethan, kenapa kau tidak menungguku?" kata Crystal begitu ia berada di ruang kerja General Manager itu.Ethan di balik meja tampak membuka sedikit kancing kemejanya paling bawah. Ia yang sedikit menunduk terlihat terkejut saat melihat istrinya Crystal telah ada di ruangannya."Owh .... aku buru-buru. Aku pikir kau masih ingin bicara dengan Jordy tadi," kata Ethan sambil berusaha merapikan kembali pakaiannya.Crystal yang melihat hal itu mengernyitkan keningnya. "Kau kenapa? Apa jahitan lukanya lepas?" tanyanya dengan perhatian."Emm ... tidak! Aku hanya mengeceknya, soalnya aku banyak bergerak tadi," kata Ethan dengan senyuman.Ia berharap dengan senyumnya itu, Crystal tidak memikirkan terlalu banyak hal tentang dirinya. "Ah, iya! Bagaimana dengan lukamu, Ethan? Kau baik-baik saja?" Gegas wanita itu mendekat dan menghampiri Ethan. Lihatlah, Betapa keras kepalanya wanita itu! Meski Ethan berulang kali mengatakan pa
"Madam Yvonne, perkenalkan ini Ethan Trovatelli, general manager Mensina Casino yang baru," kata Benigno memperkenalkan Ethan pada wanita yang diketahui bernama Madam Yvonne itu.Madam Yvonne memasang senyuman terbaiknya dan mengulurkan tangannya untuk bisa berjabat tanngan dengan Ethan."Aku madam Yvonne," katanya memperkenalkan diri terlebih dahulu."Ethan," balas Ethan seadanya.Lalu mereka pun duduk bertiga dalam ruangan Benigno."Jadi Tuan Ethan, kau baru saja menjadi general manager di Mensina Casino ini, benar?" "Ya," jawab Ethan merasa jengah."Maaf, sebelum aku bertemu denganmu, sebelumnya aku telah menyelidiki tentangmu, apa kau keberatan dengan itu?" tanya Madam Yvonne."Oh, ya ampun .... untuk apa Anda menyelidiki aku? Aku bukanlah siapa-siapa. Hanya pria biasa, seperti ini!" Ethan mengangkat tangannya ke udara kemudian menurunkannya lagi ke pangkuannya."Anda sangat pandai sekali merendah.
"Apa? Bercerai?!"Crystal membelalakkan matanya mendengar Benigno mengucapkan kalimat itu. Andai di awal-awal pernikahannya Benigno mengucapkan kata-kata itu, mungkin Crystal dengan senang hati akan mengiyakannya. Tapi setelah hatinya berlabuh pada Ethan selama beberapa bulan terakhir ini, baru mendengarnya saja hatinya sudah diiris sembilu."Ya, bercerai. Kalau kau masih belum jelas dengan kata-kata itu akan Papa perjelas. Berpisah, mengakhiri hubungan pernikahan dengannya. Apa kata-kata itu belum cukup membuatmu mengerti?" kata Benigno dengan tegas pada Crystal.Crystal cukup syok mendengar kata-kata dari ayahnya. Ia sampai geleng-geleng tak percaya terhadap apa yang dia dengar"Papa sepertinya sedang tidak sehat. Sudahlah, sebaiknya aku dan Clarissa pulang saja. Terus terang saja aku menyesal datang ke pesta pernikahan Papa ini. Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan datang!" kata Crystal sambil meraih tas tangannya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Be
"Papa Ben?" Ethan spontan menggumam saat melihat mertuanya itu ada di belakangnya."Jelaskan padaku!" geram Benigno."Apa yang harus kujelaskan?" tanya Ethan malas."Katakan padaku, kenapa pria ini ... Diego mengatakan kalau kau dan Alessandro adalah putranya? Apa itu benar?" desak Benigno.Ethan mendengus. Alangkah berat baginya untuk mengakui hal tersebut. Namun, ia pun sangat malas untuk mengakui di hadapan semua orang kalau Diego adalah ayah biologisnya."Dia memang adalah putraku sama halnya dengan Alessandro. Ah, Bagaimana caraku untuk mengatakannya? Tidak baik mengungkapkan semua ini di depan umum. Kita bisa membicarakan ini di tempat yang lebih privat kalau kau berkenan," usup Diego.Benigno tersenyum dengan seringai. "Tidak perlu! Sekarang sebaiknya kalian katakan saja, apa sebenarnya yang tidakku tahu di sini? Ethan? Apa bener kau adalah putra dari Diego?" tanya Benigno sekali lagi kepada menantunya itu.Lalu pria itu pun menatap Ethan dan Diego secara bergantian. Sebenarny
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan