"Tuan Benigno saat ini sedang tidak bisa diganggu. Jika Tuan-tuan ada keperluan, tanyakan saja pada saya. Nanti saya akan menjawab semampu yang saya bisa," kata Jordy menawarkan.
Danilo, polisi yang tempo hari datang ke kediaman Benigno, menatap Jordi dengan pandangan menyelidiki."Kami hanya butuh berbicara dengan Tuan Benigno sebagai pemilik dari kasino ini. Kami perlu menanyakan beberapa hal padanya tentang sesuatu yang orang lain mungkin tidak tahu jawabannya. Misalnya tentang saingan bisnisnya, jumlah uang yang dicuri oleh perampok itu. Kami ingin tahu semuanya," kata polisi itu."Tuan-tuan bisa menanyakan itu pada saya, tak harus bertanya langsung pada Tuan Ben. Saya akan menjawabnya," jawab Jordy dengan mantap.Kedua polisi ini saling pandang."Kami hanya ingin bertemu dengan Tuan Benigno!" Lagi-lagi polisi ini bersikeras ingin bertemu dengan Benigno."Tapi Tuan Ben masih ada urusan.""Kami akan menunggu.""Kenapa kalian diam, hmm?" tantang Benigno.Saat ini ada banyak hal yang menjadi pikiran Benigno terkait perampokan ini. Dia sedang tidak baik-baik saja. Apa lagi orang yang telah merampok kasinonya adalah orang yang selama ini ia bangga-banggakan. Capo dei capi.Jadi saat mendengar polisi ini menanyakan tentang hal itu, ia menjadi sensitif karenanya."Maaf, Tuan Ben. Aku rasa Tuan Ben, sudah salah paham pada kami. Kami menanyakan hal itu tidak bermaksud menuduh Kalau Tuan Ben adalah seorang mafia," kilah Danilo."Salah paham bagaimana? Kalian menanyakan itu kepadaku seolah-olah aku mengenal capo dei capi itu. Dan apa kalian bilang tadi? Kalian bilang dia adalah bos dari segala bos mafia? Lalu kalian juga mendesakku untu memberi tahu apa pun tentangnya yang aku tahu. Bukankah dari itu saja sudah kelihatan kalau kalian sedang berupaya untuk mengorek sesuatu dariku? Lalu apa maksud dari semua itu? Kalian menuduhku adalah mafia juga?"Benign
Ethan meradang setelah mendengar berita perampokan yang terjadi di kasino mertuanya. Alfonso memang sudah sangat keterlaluan. Dia mungkin saja tak tahu kalau kasino itu adalah milik mertuanya Ethan, tetapi dia tidak mungkin tidak tahu kalau Kasino itu adalah milik orang tua Crystal uang yang notabene adalah sahabat dari istrinya itu, kan?"Papa kemana, Crys?" tanya Ethan saat malam itu dia pulang ke rumah namun tak melihat ada Benigno atau pun Jordy di sana.Crystal pun menyiapkan makan malam untuk Ethan. Biasanya meski hubungan mereka agak sedikit aneh, tapi Benigno dan Ethan selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama maupun sarapan bersama. Tapi kali ini ruang makan kosong tanpa kehadiran Benigno."Owh, itu ... Papa berangkat ke Catania," jawab Crystal ia membantu Bertha untuk menyiapkan makan mereka."Catania?""Hum. Kau sudah tahu kalau Mensina Casino Cabang Via Agrigento dirampok? Aku sengaja tidak memberi tahumu. Aku tidak m
Arabella salah tingkah mendengar Crystal."Crys, ehm ... kau jangan mengambil hati kata-kataku itu, hum? Aku tidak serius waktu itu," ucap Arabella.Crystal komat-kamit seolah menirukan Arabella bicara."Aku rasa sebaiknya kita berdamai saja, Crys. Bagaimanapun tak akan lama lagi, aku dan ayahmu akan menikah ....""Berdamai? No! Bagaimanapun ceritanya, apa pun yang terjadi, aku tetap tidak akan berdamai denganmu. Dan dengar ya, Jalang! Kau mungkin telah berhasil menggoda ayahku agar mau menikahimu! Tapi jangan berpikir untuk memiliki sepeserpun dari hartanya!" kesal Crystal."Hei, Crys! Kenapa kau harus berbicara seperti itu?" tegur Ethan."Ethan, kenapa kau membelanya? Apa saat aku tidak ada dia juga merayumu?" Crystal tak terima."Astaga, Crys. Kenapa kau berkata seperti itu? Tentu tidak, Mia Cara. Tapi kata-katamu itu sedikit keterlaluan!" Arabella bangkit dari duduknya."Tidak apa-apa, Ethan. Aku t
"Sudah di sini saja!" pinta Arabella.Ethan pun meminggirkan mobilnya dan melihat mereka saat ini ada di depan sebuah gang sempit di area bukit yang dipenuhi dengan pemukiman warga. Ya, seperti pada umumnya pemukiman penduduk kaum menengah ke bawah warga Sisilia.Arabella membuka pintu mobil, begitu pun dengan Ethan. Pria itu kini berjalan ke belakang menuju bagasi mobil. Ia mengambil koper Arabella dari sana."Terima kasih Ethan," jawab Arabella."Aku akan mengantarmu hingga ke depan pintu rumah yang akan kau tuju!" kata Ethan.Arabella menggelengkan kepalanya."Itu sama sekali tidak perlu. Aku bisa sendiri."Ethan tak menghiraukan melainkan kini malah memanggul koper itu."Ayolah, aku tidak suka menawarkan sesuatu hingga berkali-kali. Lagi pula jika rumah yang kau tuju berada di atas bukit ini bukankah akan sangat melelahkan jika kau kau ke sana sambil membawa koper? Biar aku mengantarmu hingga ke atas." Etha
Mereka masih mengobrol ringan hingga kini mereka berada di pertengahan pemukiman bukit, melewati jalan-jalan sempit yang dipenuhi rumah-rumah warga dengan mode kuno dan pemukimannya pun antara satu dengan rumah yang lain dibuat rapat dengan jalan-jalan gang yang sempit.Ya sekali lagi seperti halnya kebanyakan rumah warga di Sisilia."Tolong! Tolong aku, Tuan! Kami akan mengganti kerugian Anda dan mobil yang tak sengaja ditabrak oleh ayahku. Tapi aku mohon jangan ... aku mohon jangan menyakiti ayahku!" Terdengar suara seorang perempuan dari jarak sekita sepuluh meter dari tempat Arabella dan Ethan berada. Dan itu mau tidak mau menarik perhatian Ethan dan Arabella."Kalau kau punya uang bayar sekarang! Jangan hanya tahu menabrak mobil orang. Tapi bingung cara membayarnya sekarang!" Kini terdengar lagi seorang laki-laki menjawab perkataan perempuan itu dengan bentakan.Diam sejenak. Ethan dan Arabella berusaha mengabaikan pertengkaran orang itu. Lag
"Bedebah!!!" teriak salah seorang dari pria itu sambil menyerang Ethan.Perkelahian antara Ethan dan penagih hutang yang tak sengaja ia temui bersama Arabella berujung pada perkelahian dengan jumlah tak seimbang. Empat orang lawan satu. Tadinya perkelahian hanya antara Ethan dan seorang saja. Namun kini teman-temannya juga ikut pula membantu."Hiiiiatt!!" Seseorang hendak meninju Ethan namun pria itu cepat menangkisnya. Untung saja kepalan tinju itu tak sempat menghantam wajah tampan itu. Kalau tidak Crystal akan semakin mengomel nanti jika tahu Ethan berkelahi lagi.Ethan menangkap tangan orang yang akan memukulnya dan memelintirnya, sebelum ia kemudian membuat gerakan seolah mematahkan sepotong kayu di atas pahanya."Argggh!!! Sakiiit ... sakiit!!" jerit pria itu."Begitu saja sudah sakit? Bagaimana kalau dengan yang ini?"Ethan kini menghempaskan tubuh pria itu dengan keras di atas jalan beton pemukiman dan menginja
"Ya Tuhan, aku kira kau semakin tua, ternyata kau semakin kekanakan," cibir Ethan sambil menepuk-nepuk punggung orang tua yang sedang memeluknya erat itu."Itu karena aku merindukanmu, Capo!"Armando memukul punggung Ethan balik dengan agak keras. Ethan hanya tertawa."Capo, dia siapa? Apa dia kekasihmu?" Perhatian Armando beralih pada Arabella yang masih melongo melihat Ethan."Oh, bukan. Dia calon mertuaku."Spontan Armando melihat pada Arabella dari ujung kaki hingga ke ujung rambut."Calon mertua? Capo! Jangan bilang kalau .... kau adalah pedofil?" Armando menatap Ethan dengan tatapan memicing.Mendengar kata-kata Armando, Ethan menjadi tertawa karenanya."Pedofil apa? Hahaha! Kau jangan memfitnahku, Armando!""Kalau bukan kenapa calon mertuanya Capo begitu muda? Apa dia sudah berumur namun awet muda?""Hey! Aku tidak setua itu!" celutuk Arabella. "Hahaha, bukan. Dia Ara
Armando kembali Memandang Ethan dan Arabella bergantian."Oh, lalu untuk apa nyonya ini ada di sini?" tanya Armando."Owh, itu ... aku tadi bermaksud mengantarnya ke rumah ibu angkatnya karena kebetulan Papa Ben sedang tidak ada di sini," kata Ethan.Armando mengangguk-angguk paham."Owh, baiklah. Tapi aku kecewa kau tidak mengundangku ke pesta pernikahanmu, Capo!" Armando pura-pura marah."Bagaimana aku bisa mengundangmu kalau aku bahkan tidak tahu kau ada dimana? Kau menghilang sejak kau pensiun dari dunia mafia. Kau tak lagi bisa dihubungi. Jadi harusnya akulah yang kecewa dan sedih karena sekarang aku tak lagi pantas berteman dengan orang yang yang sudah menjauhi dunia hitam," kata Ethan dengan raut wajah pura-pura sedih.Ah, sebenarnya bukan pura-pura. Yang sebenarnya dia merasa sungguh-sungguh bersedih. Dia bangga pada Armando yang kini telah memutuskan untuk menjauhi dunia para mafia."Capo, jangan seperti itu. Ak
"Kita pulang nanti saja," kata Ethan yang saat ini sedang berada di dalam lift bersama Crystal, Anna dan Clarissa ke lantai sembilan gedung Mare Nostrum Hotel.Meski Crystal tak begitu paham apa tujuan Ethan tak mau langsung pulang ke Golden Time Residence, namun Crystal tetap menurut untuk ikut dengan Ethan, bersama Anna dan Clarissa tentu saja.Sesampainya di lantai sembilan, mereka pun keluar dari lift dan langsung menuju kamar bernomor 909. Ethan mengambil dompet dari kantong celananya lalu dari dalam dompet ia mengeluarkan sebuah kartu dan menempelkannya pada alat detektor yang berada di gagang pintu kamar.Ceklek!!!Pintu itu pun terbuka."Masuk!" kata Ethan mempersilahkan.Tanpa canggung sama sekali seolah itu adalah rumahnya, Ethan langsung masuk begitu saja dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa."Kau check-in di sini?" tanya Crystal melongo. Tak berminat untuk duduk, Crystal malah lebih penasaran untuk melihat-lihat. Ia memperhatikan sekeliling ruangan kamar hotel ini. Ru
"Sebelah sini, Nyonya!" Security itu mengantar Crystal, Anna dan Clarissa ke cafe hotel yang berada di lantai tiga. Sesampainya di sana, petugas keamanan itu memanggil salah seorang pelayan cafe untuk datang menghampiri mereka.Sedikit mengherankan juga bagi Crystal. Bagaimana mungkin staf keamanan yang tadi sangat kekeuh ingin memeriksanya sesuai prosedur hotel, setelah menerima telepon dari orang yang katanya adalah rekannya itu, kini malah mengantarkannya ke kafe seperti seorang tamu hotel yang diistimewakan.Staf keamanan itu membawa pelayan cafe itu sedikit menjauh sekitar dua, tiga langkah dan berbisik."Dia adalah Nyonya, istrinya Capo. Maksudku wanita yang berpakaian gaun biru itu. Tolong layani mereka dengan baik. Jangan sampai ada keluhan, apalagi jika itu sampai pada Capo. Kau tentu tak mau dianggap oleh Capo sebagai pekerja yang tidak becus, kan?" jelas security keamanan itu.Pelayan itu mengangguk."Baiklah, Tuan. Akan saya lakukan," jawabnya.Setelah itu security itu
Crystal menatap Mare Nostrum Hotel, tempat dimana ia ditinggalkan oleh Marlon dengan Anna dan juga Clarissa. Hotel berlantai lima belas itu terlihat tinggi di antara bangun-bangunan lainnya. Maklumlah di kota C ini, bangunan pada umumnya hanya sampai setinggi tiga lantai saja. Hal ini dikarenakan karena Sisilia adalah kepulauan yang di kelilingi oleh lautan sehingga pemerintah setempat menetapkan standar aman bangunan umum hanya sampai tiga lantai. Jika ada yang ingin membangun gedung dengan banyak tingkatan, itu harus memerlukan izin khusus dari pemerintah untuk ditinjau tingkat keamanannya bagi bangunan di sekitarnya. Itu sebabnya Mare Nostrum Hotel ini ramai di kunjungi para pengunjung karena gedungnya yang lebih tinggi dari pada hotel lainnya."Nyonya, apa kita akan masuk ke dalam?" tanya Anna mana kala Crystal hanya bisa bengong begitu mereka sampai di depan hotel."Ehmm ... entahlah, Anna. Aku juga bingung untuk apa kita berada di sini. Sialan Marlon itu benar-benar sangat meny
"Oh, ya? Kau tahu dari mana? Jangan sok tahu! Memangnya kau dan Ethan saling mengenal sebelumnya?" balas Crystal. Marlon tersenyum miring mendengar kata-kata balasan dari Crystal yang tidak percaya padanya."Untuk tahu aktivitas seseorang tidak harus mengenal orang itu secara dekat, bukan?" "Maksudnya?" Crystal arti apa yang dimaksud oleh Marlon."Maksudku, aku bekerja di bidang yang sama dengan Paman Ben dan Ethan. Yah, mungkin Paman Ben sudah tua, jadi dia kurang begitu tahu tentang siapa sebenarnya menantunya itu. Tetapi aku tahu banyak hal tentang Ethan. Dan aku ragu kau mungkin tidak tahu sebanyak yang ku tahu tentang suamimu sendiri," kata Marlon lagi."Apa?" Crystal terlihat tidak senang pada setiap kata-kata yang diucapkan oleh Marlon."Hei, kenapa harus melotot seperti itu melihatku? Apa yang aku katakan benar kan? Memangnya ada yang salah?" kekeh Marlon sambil menatap krystal dari kaca spion mobil."Yang pertama, aku katakan padamu. Kau tidak tahu apa-apa tentang aku dan
Sharon dan Marlon saling tatap sejenak mendengar tujuan Crystal memanggilnya."Ya, tentu saja bol ..."Sharon ingin mengiyakan, tak keberatan dengan permintaan tolong Crystal, namun tidak dengan Marlon."Tidak boleh!" sela Marlon cepat.Crystal sampai membelalakkan matanya mendengar penolakan Marlon yang tanpa basa basi itu. Demikian pula dengan Sharon."Hei, Marlon, kenapa kau harus seperti itu, hmm?" protes Sharon pada saudara kembarnya itu. "Crys, jangan dengarkan kata-kata Marlon, ikutlah bersama kami!" ajaknya.Marlon menatap Crystal dengan pandangan aneh, yang Crystal tidak tahu tatapan seperti apa itu. "Tetapi sepertinya saudaramu tidak mengijinkan kami untuk menumpang. Kalau memang tidak boleh ya sudah, cih! Menyebalkan, baru juga punya mobil jelek seperti itu sudah sombong. Bagaimana kalau punya super car seperti milikku?" pamer Crystal.Yah, begitulah Crystal. Sikapnya memang sering kali kekanak-kanakan. Tadi dia sendiri yang ingin meminta tolong agar diberi tumpangan. Eeh,
"Apa? Bercerai?!"Crystal membelalakkan matanya mendengar Benigno mengucapkan kalimat itu. Andai di awal-awal pernikahannya Benigno mengucapkan kata-kata itu, mungkin Crystal dengan senang hati akan mengiyakannya. Tapi setelah hatinya berlabuh pada Ethan selama beberapa bulan terakhir ini, baru mendengarnya saja hatinya sudah diiris sembilu."Ya, bercerai. Kalau kau masih belum jelas dengan kata-kata itu akan Papa perjelas. Berpisah, mengakhiri hubungan pernikahan dengannya. Apa kata-kata itu belum cukup membuatmu mengerti?" kata Benigno dengan tegas pada Crystal.Crystal cukup syok mendengar kata-kata dari ayahnya. Ia sampai geleng-geleng tak percaya terhadap apa yang dia dengar"Papa sepertinya sedang tidak sehat. Sudahlah, sebaiknya aku dan Clarissa pulang saja. Terus terang saja aku menyesal datang ke pesta pernikahan Papa ini. Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan datang!" kata Crystal sambil meraih tas tangannya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Be
"Papa Ben?" Ethan spontan menggumam saat melihat mertuanya itu ada di belakangnya."Jelaskan padaku!" geram Benigno."Apa yang harus kujelaskan?" tanya Ethan malas."Katakan padaku, kenapa pria ini ... Diego mengatakan kalau kau dan Alessandro adalah putranya? Apa itu benar?" desak Benigno.Ethan mendengus. Alangkah berat baginya untuk mengakui hal tersebut. Namun, ia pun sangat malas untuk mengakui di hadapan semua orang kalau Diego adalah ayah biologisnya."Dia memang adalah putraku sama halnya dengan Alessandro. Ah, Bagaimana caraku untuk mengatakannya? Tidak baik mengungkapkan semua ini di depan umum. Kita bisa membicarakan ini di tempat yang lebih privat kalau kau berkenan," usup Diego.Benigno tersenyum dengan seringai. "Tidak perlu! Sekarang sebaiknya kalian katakan saja, apa sebenarnya yang tidakku tahu di sini? Ethan? Apa bener kau adalah putra dari Diego?" tanya Benigno sekali lagi kepada menantunya itu.Lalu pria itu pun menatap Ethan dan Diego secara bergantian. Sebenarny
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan