Ruang gereja itu pun dipenuhi oleh bisik-bisik para undangan. Mereka tahu di ruang lingkup mereka, sering mereka temukan seorang mafia. Bahkan di antaranya ada yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan para tamu itu. Sementara beberapa dari mereka ada yang menatap Crystal, termasuk di antaranya Monica. Yah ... Ayahnya adalah seorang mafia kelas kakap. Siapa yang tidak mengetahui itu?
Orang lain mungkin berpikir kalau Pastur itu seakan menyindir Crystal. Mungkinkah sang Pastur mengenal Crystal? begitu pikir mereka.Crystal sendiri menatap tajam pada Pastur itu. Merasa tersindir tentu saja. Namun ia tak dapat berbuat apa-apa."Crys, jangan dengarkan apa kata Pastur itu. Beliau pasti tidak bermaksud ingin menyindirmu," bujuk Monica."Diamlah, Be debah! Aku tak butuh basa-basimu!" umpat Crystal lirih. Matanya tetap tak putus menatap ke depan."Hari ini, besok dan seterusnya kita membutuhkan pria dan perempuan yang penuh cinta. Yang dEthan hanya tersenyum mendengarnya sambil tangannya menautkan jari-jemari mereka. Dan Crystal menyukai itu. Seakan perbuatan Ethan itu memberi ketenangan baginya.Hingga akhirnya ceramah pastur itu berakhir, barulah Crystal bisa bernapas lega."Baiklah, terima kasih untuk Pastur Stefanus yang telah berbaik hati memberikan kita ceramah yang menenangkan dan menyejukkan hati. Oleh karena itu, dikarenakan pengantin wanita telah siap sedia untuk melakukan janjinya di hadapan Tuhan, kami persilahkan kepada Tuan Alfonso, selaku mempelai pria untuk naik ke depan altar!" kata MC mempersilahkan mempelai pria untuk naik hingga berada di altar gereja."Untuk para hadirin undangan, dipersilahkan untuk menunggu sejenak karena mempelai wanita sedang dalam perjalanan kemari!" lanjut MC itu menambahkan.Pintu gereja itu pun ditutup sejenak, hingga tak lama suara bridal chorus (musik pengiring pengantin) mulai menggema di setiap gereja yang dilengkapi sound sistem
DOOOR!!! DOOOR!!! Suara tembakan itu menggema di ruang gereja. Lalu kericuhan pun segera terjadi. Bak sarang semut yang baru disiram air, para jemaat dan undangan pun spontan tanpa aba-aba bangkit dari duduknya berlarian mencari jalan keluar. Bahkan ada di antara mereka yang sampai melupakan anaknya.Sangat manusiawi sebenarnya, karena manusia itu adalah makhluk yang diberi insting untuk bertahan hidup. Rasa ingin melindungi diri sendiri spontanitas bisa terjadi bahkan tanpa sempat terpikir lagi tentang anaknya sendiri.Tapi tidak demikian dengan Crystal. Ia spontan meraih Clarissa dan memeluknya tanpa panik sama sekali. Dia pernah berada di situasi ini dulu."Clarice ... Clarice! Peluk Mama. Jangan takut, Nak. Mama ada di sini!" kata Crystal mencoba menenangkan Clarissa yang terlihat ketakutan sambil mendekap Ethan dengan erat.Di antara banyaknya orang-orang yang berlari ke sana kemari, mata Ethan menangkap sosok seorang balita berumur
"Aku Ethan. Ethan Trovatelli," jawab Ethan."Ethan Trovatelli?" gumam polisi itu sekedar ingin memastikan lagi.Ethan mengangguk."Ya.""Kau bisa ikut kami ke kantor polisi sekarang?" tanya polisi itu."Maaf, apakah harus? Tidak bisakah anda menanyakan itu pada orang lain yang ada di sini? Soalnya terus terang saja aku tidak melihat terlalu jelas bagaimana kejadiannya karena aku sedang sibuk menenangkan anakku yang menangis tadi," elak Ethan.Polisi itu mengangguk-angguk mendengar keterangan Ethan."Tapi anda ada di sini saat ini, di saat orang-orang sudah berada di luar gereja. Bagaimana bisa?" tanya polisi itu.Ethan saat ini merasa kalau dia sedang dalam situasi yang tidak menguntungkan. Ah, sial! Lagi pula kenapa sih polisi sangat cepat datang ke tempat ini? gerutunya dalam hati. Ia harus memutar otak secepatnya untuk membuat polisi ini yakin kalau dia tidak memiliki keterlibatan apa-apa dalam kasus ini. Bah
Petugas polisi itu menatapnya lagi-lagi dengan tatapan penuh arti hingga polisi itu benar-benar yakin kalau dia tak memiliki keterkaitan yang cukup berarti dengan peristiwa tertembaknya pastor ini."Baiklah. Aku akan menanyakan pada orang lain saja yang berada di sini. Sebaiknya kau temui dan amankan saja dahulu istri dan anakmu dari kerumunan ini. Kasihan mereka," kata polisi itu sambil menepuk-nepuk lengangnya.Ethan tersenyum seadanya."Terima kasih, Tuan. Kalau begitu aku permisi dulu," kata Ethan. Petugas polisi itu mempersilahkan Ethan lewat.Ethan diam-diam menghembuskan napas lega. Sebelum ia beranjak pergi dari tempat itu Ethan masih menyempatkan diri menoleh pada Alfonso yang sedang berbicara dengan polisi lainnya dan pastor yang masih tergeletak di lantai dan menunggu untuk diangkat melalui brankar yang dibawa oleh petugas medis. Lalu Ethan pun segera keluar dan mencari-cari Crystal dan Clarissa dengan matanya. Butuh
"Kau kenapa?" tanya Ethan sesaat setelah Crystal dan Christina telah selesai berbicara. Mereka pun telah berpamitan untuk pulang pada mempelai wanita itu. Sepertinya Crystal bahkan tak sempat lagi untuk bertemu dengan kedua orang tua Christina. Dia hanya bisa menitipkan salam saja lewat Christina pada keduanya.Crystal menggeleng."Tidak apa-apa," dustanya.Sesungguhnya dia sedang tidak baik-baik saja saat ini mendengar pengakuan Christina. Bagaimana mungkin suaminya Christina itu adalah capo dei capi? Itu tidak mungkin, kan? Jikalau itu benar, bukankah itu berarti kalau orang yang telah menghabiskan malam dengannya tiga tahun silam itu adalah Alfonso, suaminya Christina saat ini? Ya Tuhan! Bagaimana itu mungkin? Crystal tak habis pikir karenanya.Maka dari samping gereja tempat dia tadi mengobrol singkat dengan Christina, hingga ke parkiran mobil yang ada di depan gereja, Crystal hanya bisa melamun."Hei, Crys! Kau bilang kau
Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung."Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan
"Ingat sesuatu, Nona?" Senyum smirk yang ditampilkan oleh Ethan terlihat sangat memesona Crystal. Entah apakah ia harus mempercayai kata-kata Ethan itu. Namun yang pasti untuk beberapa saat, Crystal merasa speechless terhadap apa yang dia dengar. Ia segera menjauhkan dirinya dari pria itu. Seolah tak pernah mendengarkan apapun, Crystal membuang mukanya menjauh dari tatapan Ethan."Crys!" panggil Ethan. "Aku ingin ke toilet dulu!" kata Crystal sambil berlalu dari hadapan pria itu.Di westafel, Crystal membasuh wajahnya, setelah itu ia pun menatap wajahnya di cermin.Benarkah apa yang didengarnya sesaat lalu dari mulut suaminya itu? Dia adalah pria yang melewatkan satu malam bersejarah kali itu dengan Crystal? Jadi itu memang bukan Alessandro? Tetapi kenapa Alessandro ...? Crystal melirik ke arah pintu tertutup yang menghubungkan pintu kamar mandi dan kamarnya seolah ia bisa melihat tembus pandang ke arah Ethan yang saat ini s
"Bacalah dahulu bagian bawahnya, baru aku memberitahumu," kata Ethan santaiCrystal melihat pada Ethan masih tak percaya. Separuh hatinya sudah menebak menjurus kemana arah si pemilik hasil DNA itu."Bacalah!" desak Ethan saat Crystal masih saja menatapnya dengan sorot mata tak percaya.Lalu dengan lirih setengah bergumam, wanita itu pun mulai membacakan hasil tes DNA itu"Penentuan profil DNA dilakukan dengan menggunakan metode standar terhadap sampel darah atas nama Mr. E sebagai terduga ayah dan sampel rambut dari terduga anak, yaitu baby C. Bukti ilmiah diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa, menunjukkan sebagian besar alel loci marka STR yang dianalisis dari terduga ayah Mr. E, cocok dengan alel paternal dari baby C sebagai anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ayah Mr. E sebagai ayah biologis dari baby C adalah 98,7%. Oleh karena itu Mr. E sebagai terduga ayah dapat dipastikan adalah ayah biologis dari baby
"Clarice! Siapa yang kau maksud sialan? Kau memanggil Mama sialan?" hardik Crystal.Clarissa menganggukkan kepalanya dan menatap Crystal dengan wajah seakan tak merasa berdosa, membuat Crystal semakin membelalakkan matanya. Sebelum Crystal memarahi Clarissa, gadis kecil itu pun bertanya padanya."Mama, Sialan itu apa?" Crystal yang tadinya ingin marah, akhirnya tak lagi dapat berkata-kata mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu."Apa? Sialan itu apa?" tanya Clarissa masih sabar menunggu jawaban dari sang mama."Em .... sayang, Clarice. Sia ... lan .... itu maksudnya ada ....lah ...."Lihatlah! Crystal menjadi bingung menjawabnya."Kau lihat? Kau pun akhirnya kebingungan menjawabnya, kan?" ejek Ethan."Oh, diamlah! Ini semua karenamu. Biasanya Clarissa tak se-kritis itu menanggapi apa yang kukatakan. Ini karena kau menyinggung hal ini tadi!" kesal Crystal.Ethan menggeleng."Kau salah,
"Anna, kau belum memandikan Clarice?" tanya Crystal yang juga kini telah menuruni anak tangga hingga ia sampai di bawah.Anna pun segera mendekat."Belum, Nona Crystal.""Cepat mandikan dia!" perintah Crystal."Ayo, Clarice. Kita mandi!" ajak Anna sambil mengulurkan tangannya pada Clarissa yang sedang digendong oleh Ethan.Clarissa menggelengkan kepalanya dan kini malah mempererat pelukannya di leher Ethan."Clarice, jangan membuat Anna susah!" omel Crystal.Crystal berusaha membantu mengatasi putrinya yang sedang menempel erat pada Ethan. Ia mengulurkan tangannya berusaha mengambil Clarissa dari gendongan Ethan. Ethan pun melonggarkan gendongannya agar Crystal bisa menarik Clarissa untuk diberikan pada Anna. Tetapi sayangnya, Clarissa malah semakin erat memeluk leher sang ayah."Aku tidak mau ... tidak mau .... Clarice mau dengan Papa Ethan!" tolak gadis kecil itu."Ya Tuhan, Clarice! Papa i
"Kau dengar, Crys. Bantu aku menyembunyikan semua itu. Karena kau memaksa untuk tahu maka kau juga harus menyembunyikan identitasku sebagai capo dei capi dan menutupnya rapat-rapat. Aku bisa mengandalkanmu, kan?" tanya Ethan dengan nada membujuk.Crystal menelan salivanya yang terasa pahit. Sebagai putri dari seorang mafia dari sejak ia kecil, Crystal sangat tahu betapa beresikonya jalan hidup yang dipilih oleh seorang mafia. Mafia berarti adalah musuh nyata negara yang wajib untuk dimusnahkan hingga ke akarnya. Belum lagi dengan musuh dari kelompok mafia lain.Sewaktu-waktu akan ada berita buruk yang datang bagi keluarga mafia. Entah itu salah seorang dari anggota keluarga itu meninggal karena dibunuh oleh klan mafia tandingan, atau pun mafia itu sendiri yang tertangkap oleh petugas penegak hukum.Crystal kini dapat mengerti bagaimana posisi Ethan. Ia dapat merasakan sendiri betapa berbahayanya menjadi seorang Ethan sehingga Ethan perlu menyembunyikan ide
Ethan menghela napas dan memegang kedua pundak Crystal. Crystal bisa sendiri acuh dan kini semakin fokus memasang dasi. Pertama ia mendirikan kerah baju Ethan dan meluruskan kembali dasi yang sempat kusut tadi dan melingkarkannya di leher pria itu. Kemudian ia pun mulai membentuk simpul yang membuat dasi panjang itu terpasang dengan sempurna di leher kemeja Ethan. Yang terakhir dia melipat kembali kerah baju Ethan dan merapikannya. Cara memasang dasi pria itu sengaja ia pelajari ketika Ethan disuruh Benigno untuk bekerja di kasinonya dan baru dia praktekkan ketika hubungannya dan Ethan semakin membaik."Maafkan aku, Crys. Aku salah. Harusnya waktu itu aku langsung mencarimu, tapi waktu itu aku pun sebenarnya mabuk dan tidak begitu mengingat tentang malam itu. Ya ... maksudku, aku ingat sebagian, tapi aku pikir kau adalah wanita panggilan yang memang dicarikan oleh Edward untukku. Aku tidak terpikir kalau kau juga dijebak dalam situasi itu. Maaf," ucap
"Jangan menatapku seperti itu!" kata Crystal dengan ketus.Saat ini ia sedang membantu Ethan mengancingkan baju kemeja dan memasangkan dasi pada pria itu. "Waah, istriku sangat cantik, dia juga baik," puji Ethan dengan senyum mengolok.Crystal melotot mendengarnya dan mengencangkan dasi yang dipakaikannya pada Ethan hingga membuat pria itu hampir tercekik."Awww!! Crys!!! Uhhhuk, Uhhukk!!""Ethan! Kau menyebalkan!" omel Crystal.Dia masih uring-uringan karena pengakuan Ethan kemarin padanya. Padahal kalau boleh ia jujur tentu saja di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa lega dan bahagia saat mengetahui bahwa orang yang menghabiskan malam 3 tahun yang lalu dengannya adalah Ethan sekaligus ayah biologis dari putrinya. Namun itu membuat ia merasa salah tingkah."Crystal, kau ingin membunuhku?" gerutu Ethan."Ya, rasanya aku ingin sekali menembak dan membunuhmu saat ini juga. Hanya saja kasihan Clarissa
"Bacalah dahulu bagian bawahnya, baru aku memberitahumu," kata Ethan santaiCrystal melihat pada Ethan masih tak percaya. Separuh hatinya sudah menebak menjurus kemana arah si pemilik hasil DNA itu."Bacalah!" desak Ethan saat Crystal masih saja menatapnya dengan sorot mata tak percaya.Lalu dengan lirih setengah bergumam, wanita itu pun mulai membacakan hasil tes DNA itu"Penentuan profil DNA dilakukan dengan menggunakan metode standar terhadap sampel darah atas nama Mr. E sebagai terduga ayah dan sampel rambut dari terduga anak, yaitu baby C. Bukti ilmiah diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa, menunjukkan sebagian besar alel loci marka STR yang dianalisis dari terduga ayah Mr. E, cocok dengan alel paternal dari baby C sebagai anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas ayah Mr. E sebagai ayah biologis dari baby C adalah 98,7%. Oleh karena itu Mr. E sebagai terduga ayah dapat dipastikan adalah ayah biologis dari baby
"Ingat sesuatu, Nona?" Senyum smirk yang ditampilkan oleh Ethan terlihat sangat memesona Crystal. Entah apakah ia harus mempercayai kata-kata Ethan itu. Namun yang pasti untuk beberapa saat, Crystal merasa speechless terhadap apa yang dia dengar. Ia segera menjauhkan dirinya dari pria itu. Seolah tak pernah mendengarkan apapun, Crystal membuang mukanya menjauh dari tatapan Ethan."Crys!" panggil Ethan. "Aku ingin ke toilet dulu!" kata Crystal sambil berlalu dari hadapan pria itu.Di westafel, Crystal membasuh wajahnya, setelah itu ia pun menatap wajahnya di cermin.Benarkah apa yang didengarnya sesaat lalu dari mulut suaminya itu? Dia adalah pria yang melewatkan satu malam bersejarah kali itu dengan Crystal? Jadi itu memang bukan Alessandro? Tetapi kenapa Alessandro ...? Crystal melirik ke arah pintu tertutup yang menghubungkan pintu kamar mandi dan kamarnya seolah ia bisa melihat tembus pandang ke arah Ethan yang saat ini s
Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung."Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan
"Kau kenapa?" tanya Ethan sesaat setelah Crystal dan Christina telah selesai berbicara. Mereka pun telah berpamitan untuk pulang pada mempelai wanita itu. Sepertinya Crystal bahkan tak sempat lagi untuk bertemu dengan kedua orang tua Christina. Dia hanya bisa menitipkan salam saja lewat Christina pada keduanya.Crystal menggeleng."Tidak apa-apa," dustanya.Sesungguhnya dia sedang tidak baik-baik saja saat ini mendengar pengakuan Christina. Bagaimana mungkin suaminya Christina itu adalah capo dei capi? Itu tidak mungkin, kan? Jikalau itu benar, bukankah itu berarti kalau orang yang telah menghabiskan malam dengannya tiga tahun silam itu adalah Alfonso, suaminya Christina saat ini? Ya Tuhan! Bagaimana itu mungkin? Crystal tak habis pikir karenanya.Maka dari samping gereja tempat dia tadi mengobrol singkat dengan Christina, hingga ke parkiran mobil yang ada di depan gereja, Crystal hanya bisa melamun."Hei, Crys! Kau bilang kau