Beberapa hari kemudian, Gilang kembali ke lapas untuk menengok Ibra dan pamannya. Mereka berbincang seperti biasa, hingga membicarakan Mario. Gilang juga mengatakan bahwa, Mario ada hubungan khusus dengan Nona Tan."Gilang, ini sungguh luar biasa. Siapa sangka Mario punya keterkaitan dengan Nona Tan juga?" Ibra cukup terkejut dengan berita ini."Ya, aku juga terkejut, Kak. Tapi itulah kenyataan yang didapat Ryan, dan kita harus tetap waspada. Kita tak boleh membiarkan hal ini mempengaruhi rencana kita.""Benar. Kita harus melihat lebih dalam mengenai hubungan mereka. Mario bukanlah orang yang bisa dipercaya sepenuhnya," terang Hendra, yang sama terkejut.Ibra dan pamannya memang terkejut mendengar tentang hubungan antara Mario dan Nona Tan, tapi juga memaklumi karena menurut mereka, Mario adalah orang yang ambisius dan tidak mudah ditebak kemauannya.Sekarang, mereka mulai mempertimbangkan ulang rencana mereka dan mencoba memahami sejauh mana Mario bisa dipercaya. Mereka juga khawatir
"Maaf, apa yang Anda katakan tadi? Saya tidak mengerti," tanya Saras, terkejut dengan pengakuan seorang wanita.Saras yang tidak percaya dengan pengakuan wanita tersebut, meminta klarifikasi lebih lanjut dari wanita itu untuk memastikan kebenarannya."Saya dan Mas Gilang, kami memiliki hubungan spesial." Wanita itu kembali menjelaskan."Tidak mungkin, saya adalah istrinya. Apakah ini lelucon?" Saras bertanya dengan bingung."Saya tidak bercanda. Saya dan Mas Gilang memang memiliki hubungan, sudah sejak lama." Wanita itu kembali berkata menyakinkan.Saras semakin bingung dengan pengakuan wanita itu, karena selama menikah, Gilang tidak pernah berulah. Bahkan, sekarang ini mereka sedang memiliki rencana untuk memiliki anak bersama.Dulu, sebelum semua rahasia Gilang terbongkar, Saras juga tidak pernah melihat Gilang pergi jika tidak bersamanya, atau dengan mamanya."Apakah Anda yakin, jika Mas Gilang sudah jujur dan memberitahu Anda semuanya?" Wanita itu mulai mempengaruhi."Apa maksud A
"Saya sepenuhnya setuju, Nona Tan. Komunikasi adalah kunci keberhasilan proyek. Tim kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga saluran komunikasi terbuka," ujar Gilang mengangguk."Itu sangat baik untuk didengar, Tuan Gumilang. Saya yakin proyek ini akan berjalan dengan lancar. Saya berharap kita bisa mencapai tujuan bersama.""Kami juga berharap hal yang sama, Nona Tan. Saya yakin tim kami siap bekerja keras untuk meraih keberhasilan proyek ini," harap Gilang menanggapi.Setelah melakukan meeting secara virtual dengan Gilang, Nona Tan dengan Mr Jhon membahas rencana mereka, disertai beberapa kata rayuan karena sekarang mereka memang memiliki hubungan khusus.Tapi sebelum itu, mereka melakukan kegiatan olahraga memeras keringat, meskipun tempat ini adalah private room sebuah restoran. Namum, tidak takut karena sebelumnya sudah memberikan pesan agar tidak ada yang mengganggu kegiatan mereka selama meeting.Setalah hampir setengah jam kemudian, barulah mereka selesai dengan kegiatan
"Saya memahami, dan saya menghargai kerjasama Anda dalam hal ini. Kami akan melakukan segala yang kami bisa, agar dapat mengungkap siapa dalang di balik semua ini. Anda tidak sendiri dalam hal ini, tapi mohon kerjasamanya."Gilang, berbicara dengan serius pada Wanita cleaning service, yang sebenarnya adalah pegawainya sendiri. Tapi karena dia tidak memperhatikan pegawainya satu persatu dan pegawai sendiri yang mengurusi masalah karyawan, akhirnya baru kali ini ia berbicara dan mengetahui satu permasalahan pegawainya."Terima kasih, Pak. S-aya ... saya hanya ingin selesai dari semua ini," jawab Wanita itu dengan menunduk."Kenapa kamu tidak mengajukan pinjaman di kantor? Bukankah ada program pinjaman untuk pegawai?" tanya Gilang, yang memang mengetahui progam tersebut."S-aya, sudah pernah mengajukan ke pihak terkait, Pak. T-api ... ditolak."Gilang mengerutkan keningnya mendengar jawaban tersebut, kemudian menoleh ke arah Ryan. Sedangkan Ryan, yang mengerti maksud dari pandangan Gilan
"Gilang, ayo! Ini dimakan yang banyak, sayuran ini bagus untuk pencernaan."Diana, mendominasi makan malam kali ini.Saras mencoba menyembunyikan rasa cemburunya, tetapi tak bisa menghindari tatapan matanya yang sesekali terarah pada Gilang dan mamanya. Dia tahu bahwa mamanya hanya ingin mencurahkan kasih sayangnya, namun rasa cemburu tetap mengganggunya.Setelah makan malam, ketika mereka berdua sendirian di ruang tamu, Gilang mencoba menenangkan Saras."Sayang, aku tahu kamu merasa cemburu, tadi. Tapi kamu harus percaya padaku. Aku hanya memiliki hati untukmu, tidak ada yang bisa menggantikan tempatmu di hatiku.""Maafkan aku, Mas Gilang. Aku tahu mamaku hanya ingin memberi kasih sayangnya, tapi kadang-kadang aku tidak bisa menahan rasa cemburu.""Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kita saling percaya dan terbuka satu sama lain. Aku selalu disini, untukmu."Saras tersenyum lembut, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Gilang. Sedangkan Gilang sendiri langsung memeluk Saras dengan
"Halo Tuan Gilang, terima kasih atas pemahamanmu terkait perubahan jadwal saya ini." Mr Jhon, berkata dengan ramah."Tidak masalah, Mr. Jhon. Saya memahaminya. Apakah Anda yakin akan bisa mengatur semuanya dari jarak jauh?" tanya Gilang, memastikan."Tentu saja. Saya akan menugaskan salah satu asisten terpercaya saya untuk kerja sama kita ini. Mereka akan mengikuti instruksi Anda, dengan cermat."Gilang mendapatkan kunjungan dari Mr Jhon secara mendadak karena ada perubahan jadwalnya selama di Indonesia. Mr Jhon akan segera kembali ke negaranya, tapi pengusaha sukses itu akan mampir ke Singapura terlebih dahulu.Untuk kerjasama dengan perusahaan GAG yang dipegang Gilang, Mr Jhon akan menugaskan salah satu asistennya, agar bisa meneruskan kerjasamanya bersama Gilang dengan lancar dan tidak mengalami hambatan apapun."Baiklah, saya akan siap menangani segala sesuatunya di sini. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar," ucap Gilang paham."Saya yakin semuanya akan berjalan dengan baik. Ji
Jadi, besok kita ke sana. Aku akan bongkar semuanya," terang Gilang memutuskan."Ya, Mas. Saya paham," ujar Ryan dengan mengangguk.Malam ini juga, Gilang dan Ryan merumuskan rencana dengan matang, mempertimbangkan setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi esok hari.Gilang memahami bahwa mereka harus waspada terhadap setiap langkah yang akan diambil oleh musuh mereka. Sedangkan alat penyadap yang sudah ia buang, memberi mereka sedikit keuntungan dalam permainan ini.Setelah berdiskusi panjang, Gilang dan Ryan mulai memutuskan langkah pertama dari rencana mereka. Mereka menyadari bahwa waktunya untuk mengungkapkan kebenaran ini telah tiba. Selama ini, mereka telah bersabar dan mengumpulkan bukti-bukti yang cukup kuat."Mari kita lakukan ini, Ryan. Kita harus menghadapinya, tidak ada lagi penundaan," kata Gilang dengan tekad dalam suaranya."Baik, Mas."Ryan mengangguk setuju. Kedua pria ini siap untuk menghadapi segala konsekuensi dari kebenaran yang akan mereka ungkapkan. Mereka akan
"Apa maksudmu, Gilang?" tanya Ibra dengan menatap curiga."Mr Jhon adalah orang yang sama dengan Mario, bukan? Dia mencoba mengelabui kita dengan identitas barunya, tapi itu sebenarnya hanya untukku saja." Gilang menerangkan sesuatu yang sudah mereka ketahui."Tunggu sebentar, Gilang. Apakah kau yakin?" tanya Hendra cepat.Gilang tersenyum tipis mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dipenuhi rasa takut. Ia tahu bahwa kakak dan pamannya itu sudah tahu darinya, jika Mr Jhon adalah Mario. Begitu juga sebaliknya.Dari beberapa hari setelah Gilang tahu jika Mr Jhon adalah Mario, Gilang dibantu Ryan, langsung menyelidiki apa saja kegiatan Mr Jhon selama di Indonesia.Awalnya, Gilang memang tidak percaya jika Mr Jhon datang ke lapas untuk melakukan perundingan dengan paman dan kakaknya karena memang mereka masih memiliki rencana terselubung. Dari sini, pamannya sendiri juga selalu memberitahukan apa saja yang dibicarakan Mr Jhon pada mereka, tapi ternyata itu hanya untuk menjebaknya."Ta
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg