"Gilang, ayo! Ini dimakan yang banyak, sayuran ini bagus untuk pencernaan."Diana, mendominasi makan malam kali ini.Saras mencoba menyembunyikan rasa cemburunya, tetapi tak bisa menghindari tatapan matanya yang sesekali terarah pada Gilang dan mamanya. Dia tahu bahwa mamanya hanya ingin mencurahkan kasih sayangnya, namun rasa cemburu tetap mengganggunya.Setelah makan malam, ketika mereka berdua sendirian di ruang tamu, Gilang mencoba menenangkan Saras."Sayang, aku tahu kamu merasa cemburu, tadi. Tapi kamu harus percaya padaku. Aku hanya memiliki hati untukmu, tidak ada yang bisa menggantikan tempatmu di hatiku.""Maafkan aku, Mas Gilang. Aku tahu mamaku hanya ingin memberi kasih sayangnya, tapi kadang-kadang aku tidak bisa menahan rasa cemburu.""Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kita saling percaya dan terbuka satu sama lain. Aku selalu disini, untukmu."Saras tersenyum lembut, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Gilang. Sedangkan Gilang sendiri langsung memeluk Saras dengan
"Halo Tuan Gilang, terima kasih atas pemahamanmu terkait perubahan jadwal saya ini." Mr Jhon, berkata dengan ramah."Tidak masalah, Mr. Jhon. Saya memahaminya. Apakah Anda yakin akan bisa mengatur semuanya dari jarak jauh?" tanya Gilang, memastikan."Tentu saja. Saya akan menugaskan salah satu asisten terpercaya saya untuk kerja sama kita ini. Mereka akan mengikuti instruksi Anda, dengan cermat."Gilang mendapatkan kunjungan dari Mr Jhon secara mendadak karena ada perubahan jadwalnya selama di Indonesia. Mr Jhon akan segera kembali ke negaranya, tapi pengusaha sukses itu akan mampir ke Singapura terlebih dahulu.Untuk kerjasama dengan perusahaan GAG yang dipegang Gilang, Mr Jhon akan menugaskan salah satu asistennya, agar bisa meneruskan kerjasamanya bersama Gilang dengan lancar dan tidak mengalami hambatan apapun."Baiklah, saya akan siap menangani segala sesuatunya di sini. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar," ucap Gilang paham."Saya yakin semuanya akan berjalan dengan baik. Ji
Jadi, besok kita ke sana. Aku akan bongkar semuanya," terang Gilang memutuskan."Ya, Mas. Saya paham," ujar Ryan dengan mengangguk.Malam ini juga, Gilang dan Ryan merumuskan rencana dengan matang, mempertimbangkan setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi esok hari.Gilang memahami bahwa mereka harus waspada terhadap setiap langkah yang akan diambil oleh musuh mereka. Sedangkan alat penyadap yang sudah ia buang, memberi mereka sedikit keuntungan dalam permainan ini.Setelah berdiskusi panjang, Gilang dan Ryan mulai memutuskan langkah pertama dari rencana mereka. Mereka menyadari bahwa waktunya untuk mengungkapkan kebenaran ini telah tiba. Selama ini, mereka telah bersabar dan mengumpulkan bukti-bukti yang cukup kuat."Mari kita lakukan ini, Ryan. Kita harus menghadapinya, tidak ada lagi penundaan," kata Gilang dengan tekad dalam suaranya."Baik, Mas."Ryan mengangguk setuju. Kedua pria ini siap untuk menghadapi segala konsekuensi dari kebenaran yang akan mereka ungkapkan. Mereka akan
"Apa maksudmu, Gilang?" tanya Ibra dengan menatap curiga."Mr Jhon adalah orang yang sama dengan Mario, bukan? Dia mencoba mengelabui kita dengan identitas barunya, tapi itu sebenarnya hanya untukku saja." Gilang menerangkan sesuatu yang sudah mereka ketahui."Tunggu sebentar, Gilang. Apakah kau yakin?" tanya Hendra cepat.Gilang tersenyum tipis mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dipenuhi rasa takut. Ia tahu bahwa kakak dan pamannya itu sudah tahu darinya, jika Mr Jhon adalah Mario. Begitu juga sebaliknya.Dari beberapa hari setelah Gilang tahu jika Mr Jhon adalah Mario, Gilang dibantu Ryan, langsung menyelidiki apa saja kegiatan Mr Jhon selama di Indonesia.Awalnya, Gilang memang tidak percaya jika Mr Jhon datang ke lapas untuk melakukan perundingan dengan paman dan kakaknya karena memang mereka masih memiliki rencana terselubung. Dari sini, pamannya sendiri juga selalu memberitahukan apa saja yang dibicarakan Mr Jhon pada mereka, tapi ternyata itu hanya untuk menjebaknya."Ta
"Kita akan mulai dengan mendengarkan kesaksian dari saksi pertama. Silakan panggil saksi pertama, pihak penuntut."Hakim memimpin persidangan dengan tegas, memastikan bahwa proses hukum berjalan sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan.Pengacara dari kedua belah pihak berusaha memberikan argumen terbaik mereka, sementara saksi-saksi memberikan kesaksian yang penting untuk mengungkap kebenaran."Terima kasih, Bapak Hakim Ketua. Kami memanggil Gilang Aji menjadi saksi," pinta Jaksa penuntut."Baiklah, silakan bersumpah sekarang."Gilang maju ke depan, berdiri di tempat saksi kemudian memberikan sumpah dengan tegas, dibantu oleh Tim yang bertugas."Saudara Gilang, bisakah Anda menceritakan secara rinci apa yang Anda alami selama ini?" tanya Penuntut."Begini ..."Gilang mulai menceritakan kronologi kejadian dengan jelas - sejak awal, sebagai persidangan yang dulu pernah dilakukan.Pengacara Hendra dan Ibra, yang merupakan Pengacara bantuan, mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaa
"Terima kasih, pengacara tergugat. Mari kita lanjutkan dengan pemeriksaan saksi pertama." Hakim Ketua memberikan waktu untuk saksi diajukan kembali dalam persidangan lanjutan."Saya bersumpah untuk memberikan kesaksian yang sebenarnya," ucap Saksi yang maju ke depan."Baik. Apakah Anda memiliki pengetahuan tentang ..." Pengacara Penggugat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun.Percakapan-percakapan antara pengacara, saksi, dan hakim dipenuhi dengan argumen hukum yang kompleks dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. Setiap kata terhitung, dan setiap argumen dipertimbangkan dengan serius.Ketegangan terus berlanjut hingga akhir sidang. Semua pihak menanti dengan napas tertahan keputusan dari hakim. Keputusan ini akan menentukan arah dari kehidupan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini, membuat suasana di ruang sidang benar-benar memancarkan ketegangan yang mendebarkan."Setelah mempertimbangkan semua bukti dan keterangan yang diajukan dalam persidangan ini, Pengadilan mem
"Silahkan, Pak!" Seorang polisi, bertugas membawa Hendrawan kembali ke lapas dengan dikawal beberapa anggota polisi yang berjaga di luar kamar pasien.Setelah dirawat selama satu minggu di rumah sakit militer, Hendrawan dinyatakan sudah sembuh dan dibawa ke lapas untuk menjalani hukumannya. Tapi ia sadar, di lapas nantinya tidak bisa tenang sebab sekarang ini Ibra terang terangan memusuhinya. Tidak lagi ada rasa hormat dan sungkan seperti dulu, saat Ibra selalu patuh padanya meskipun itu adalah perintah untuk membunuh adiknya sendiri - Gilang pada masa itu.Setibanya di dalam lapas, Hendrawan merasa atmosfer yang berbeda. Ibra, yang dulu selalu tunduk padanya, kini berubah menjadi musuh yang terang-terangan memusuhi. Semua rasa hormat dan ketaatan telah sirna, digantikan oleh ketegangan dan permusuhan yang menyala-nyala. Hendrawan sadar bahwa masa hukumannya akan berlangsung dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan.Di dalam sel yang suram, Hendrawan dan Ibra saling berhadapan. Wajah
Hari ini Gilang mengajak Saras pindah ke rumah mereka sendiri, sudah dipersiapkan beberapa bulan setelah dia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.Saat Gilang mengajak Saras, dan meminta mama mertuanya untuk bisa ikut, Diana dengan lembut menggeleng. Sepertinya, Diana tidak mau mengganggu keharmonisan anaknya yang baru saja membaik."Terima kasih, Gilang. Tapi mama masih lebih nyaman tinggal di rumah sendiri untuk saat ini. Mama, akan baik-baik saja.""Baik, Ma. Kami menghormati keputusan, mama. Jika mama butuh bantuan apa pun, tinggal beri tahu kami." Gilang mengerti keputusan mama mertuanya."Kami akan selalu ada untuk, Mama. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Dan untuk tawaran Mas Gilang, tolong pertimbangkan lagi, Ma."Diana mengangguk mengerti bagaimana keduanya yang membutuhkan privasi lebih dan tidak mendapatkan gangguan darinya.Saat mereka berangkat, Diana ikut mengantar. Ia duduk di belakang bersama Saras, sedangkan Gilang duduk di depan dengan Ryan ya