"Sayang, kamu tampak lelah. Izinkan aku untuk memanjakan dengan memijitmu?" tanya Gilang lembut."Terima kasih, Mas. A-ku ... aku tidak apa-apa," jawab Saras dengan tersenyum.Tapi sepertinya Gilang tidak memerlukan jawaban tersebut. Pria itu langsung memijat pundak Saras dengan lembut, membiarkan sentuhan-sentuhan lembutnya menghilangkan ketegangan.Mereka duduk bersama dalam kegiatan Gilang yang sedang memijit Saras, di ruang tamu. Berbagi tawa dan cerita tentang hari-hari mereka.Saras menikmati pijatan lembut tangan suaminya, apalagi sesekali bibir Gilang mengecup bahu atau lehernya. Membuatnya sedikit geli dan meremang."Aku sangat bersyukur memiliki kamu di hidupku, Sayang. Kamu adalah sumber kekuatanku, dan aku berharap ada kehidupan buah cinta kita di sini.""Dan aku juga bersyukur memiliki kamu, Mas."Saras merasa tersentuh oleh perlakuan suaminya yang lembut dan penuh kasih. Apalagi saat tangan Gilang mengusap perutnya yang masih datar.Meskipun perkataan Gilang sedikit meng
"Perhatikan setiap tindakannya, Ibra. Jangan biarkan diri kita terkecoh," pesan Hendra dengan suara pelan."Aku mengerti, Paman. Aku akan memperhatikan setiap langkahnya dengan cermat," terang Ibra dengan mengangguk saat memberikan jawaban."Jika ada sesuatu yang mencurigakan, beri tahu Paman segera. Kita tidak boleh memberikan kesempatan kepada Mario untuk melancarkan rencananya!"Lagi, Hendra memberikan peringatan dan pesan yang harus dilakukan Ibra. Terlihat jelas jika Hendra sangat mengkhawatirkan keselamatan Gilang, yang tidak bisa dipantau secara langsung sebab mereka sedang berada di lapas.Sebagai teman dan pernah menjadi rekan kerja yang memiliki rencana dan misi yang sama, Hendra yang sangat berpengalaman, memahami betul pentingnya untuk tidak terkecoh dan tetap waspada dalam menghadapi ancaman semacam ini.Dan Hendra tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dengan mencelakai Gilang. Ia ingin menjaga keluarganya, keturunan darah dagingnya yang hanya satu-satunya itu, dari b
"Akan aku kuliti, jika kau berani mengusik keluargaku lagi, khususnya istriku, Mario!"Dalam perjalanan, Gilang tampak jelas memendam kekesalannya mengetahui bahwa Mr John itu adalah Mario. Ini sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh pamannya dan juga Ibra, tadi.Dengan keputusan yang tegas, Gilang bersumpah untuk mengungkap seluruh kebenaran, memastikan bahwa rencana jahat yang melibatkan keluarganya akan terungkap.Pria itu siap berhadapan dengan Mario atau siapa pun Mr Jhon itu, dan menghadapi konsekuensi dari kebenaran yang akan terungkap."Aku justru curiga dengan bisnisnya yang berkembang pesat di luar negeri. Bisnis apa itu, yang digeluti?" kini, Gilang justru curiga."Hahh! Lebih baik aku tetap berpura-pura tidak tahu apa dan siapa ia sebenarnya."Gilang memutuskan untuk melanjutkan rencananya dengan bijak. Dia menyadari bahwa pura-pura tidak mengetahui identitas asli Mr John adalah langkah yang bijak untuk mengungkap kebenaran tanpa membahayakan orang-orang yang ia cintai.
Ruang rapat terang benderang dengan jendela besar yang membiarkan cahaya matahari masuk secara alami. Meja bundar besar terisi dokumen dan laptop, menunjukkan kesiapan untuk rapat penting pagi ini. Di sekeliling meja, kursi-kursi kulit berwarna gelap teratur tersusun, menunggu para peserta untuk duduk.Gilang duduk di ujung meja, memegang berkas proyek dengan penuh percaya diri. Dia menunggu kedatangan kliennya.Ceklek!Pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita sekelas dengan pakaian formal, berjalan bersama asistennya."Selamat pagi, Nona Tan. Senang sekali bisa bertemu dengan Anda dalam meeting kali ini." Gilang, menyambut kedatangan klien baru."Selamat pagi juga, Tuan Gilang. Saya juga senang bisa berbicara dengan Anda. Saya sudah mendengar banyak hal positif tentang tim Anda," puji Nona Tan, pengusaha sukses dan kaya dari negara Singapura."Terima kasih atas apresiasinya. Kami berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam setiap proyek yang kami tangani."Nona Tan, klien dari S
"Tuan Gumilang, saya ingin jujur denganmu. Saya merasa ... ada kedekatan khusus antara kita. Tapi saya tahu, Anda sudah berkeluarga dan saya tidak mempermasalahkan itu."Situasi ini menimbulkan ketegangan. Gilang harus tetap profesional dan menjaga batas antara hubungan profesional dengan klien dan hubungan pribadi dengan istrinya, Saras.Gilang perlu mencari cara untuk menegaskan batasan ini dengan sopan dan tegas, agar Nona Tan tidak salah paham."Terima kasih atas pengertian Anda, Nona Tan. Saya benar-benar menghargainya. Saya ingin memastikan bahwa kita dapat mempertahankan hubungan profesional yang baik dalam proyek ini, tapi tidak diluar pekerjaan.""Why, Tuan Gumilang?"Nona Tan semakin tertarik karena dia menyadari bahwa Gilang adalah pria yang kuat dan teguh dalam prinsip-prinsipnya. Pria seperti ini justru menarik perhatiannya, dan membuatnya semakin penasaran pada Gumilang Aji.Nona Tan semakin nekat dalam usahanya untuk mendapatkan Gilang, meskipun dia tahu bahwa Gilang su
Di kamar hotel mewah."Mmm ...""Ughhh ..."Suara desisan "Mr Jhon" yang tengah asyik menghisap bibir atas bawah berwarna pink kemerahan. Semakin lama, wanita itu juga ikut mengimbangi adegan yang sama.Mereka berdua, saling menghisap, dengan saling membalas. Wanita itu tampak rakus menghisap bibir Mr Jhon secara bergantian, hingga lidah mereka saling berbelit-belit di dalam rongga mulut secara bergantian."Buka ya, Sayang.""Heem ... ahhh!"Wanita itu, yang sudah hanyut dalam kenikmatan, langsung membuka pakaiannya dan juga bra yang masih membungkus buah dadanya, dibantu oleh Mr Jhon."Indahnya ... gunung kembarmu, sayang.""Mau didaki, atau hanya dikagumi?" tantang wanita tersebut."Hahaha ... aku pastikan kau akan keenakan dan minta terus!" sahut Mr Jhon dengan bangga.Mata Mr John, alias Mario, berkedip-kedip dengan binar yang tak biasa saat menatap buah dada yang menggantung ditempatnya. Ia pun langsung membuka mulut untuk melahap pucuknya, yang berbentuk bulat kecil tegak, seaka
Hari ini Mario kembali datang ke lapas, menemui Ibra dan pamannya. Ia ingin mengatakan bahwa rencananya mulai dijalankan.Saat Mario datang, suasana di ruang kunjungan menjadi tegang. Ibra dan pamannya saling bertatapan, mencoba membaca ekspresi satu sama lain. Mario duduk di depan mereka dengan senyum diplomatis di wajahnya."Ah, aku punya kabar baik untuk kalian berdua. Rencana sudah mulai berjalan. Gilang akan mendapatkan ganjaran yang dia butuhkan. Hehhh," ucap Mario dengan mengejek."Sejauh mana, rencanamu, Mario?" tanya Ibra dengan menatap tajam."Tenang, aku akan melakukan apa pun yang diperlukan. Jangan ragu-ragu, aku tidak akan mengizinkan apapun terjadi pada Gilang, selain dariku. Mantap, kan?""Kami memahami pentingnya rencanamu ini, Mario. Tapi kami juga ingin tahu bagaimana kau akan menjalankan rencana ini tanpa menarik perhatian, yang tidak diinginkan." Hendra, buka suara.Mario mengangguk paham dengan maksud perkataan dan pertanyaan keduanya. Ia sendiri memang belum men
"Mas Gilang, saya hanya mengingatkan untuk tetap berhati-hati dengan orang seperti Nona Tan. Meskipun dia seorang pengusaha sukses di Singapura, tapi ini terkait hubungannya dengan Mr Jhon." Ryan, mengingatkan Gilang."Ya, aku mengerti, Ryan. Terima kasih atas peringatannya, Ryan. Aku akan tetap waspada. Memang benar, terkadang kesuksesan seseorang tidak mencerminkan niat sebenarnya."Ryan mengingatkan Gilang supaya berhati-hati dengan orang seperti Nona Tan. Meskipun wanita itu memang seorang pengusaha sukses di Singapura, tapi pada kenyataannya ia juga suka bermuka dua dengan seseorang yang memiliki rencana tidak baik dengannya, yaitu Mr Jhon.Apalagi mereka juga sudah tahu, kalau Mr Jhon adalah Mario. Seseorang yang ingin menghancurkan Gilang, karena ambisinya dengan Saras."Benar, Mas. Keamanan dan kenyamanan adalah hal yang utama. Apalagi di lingkungan bisnis seperti ini.""Aku akan berusaha memastikan semuanya berjalan dengan baik. Terima kasih atas peringatannya, Ryan.""Sama-s