Share

Bab 3: Kekecewaan

Dua puluh menit kemudian, bel pintu berbunyi. Ketika Dilan membuka pintu, dia melihat seorang pria tua dengan penampilan mengesankan, mengenakan setelan jas mahal.

Melihat Dilan yang ada di depannya, pria tua itu segera berlutut dan berkata dengan nada hormat, "Lord Tertinggi, saya adalah Bastian Emerson. Saya akan menjadi pelayan setia Anda selama Anda berada di Kota Ashwood. Apa pun yang Anda minta, saya akan melakukannya tanpa ragu."

Bastian gemetar saat dia mengatakan itu. Ini merupakan pertama kalinya dia bertemu dengan Lord Tertinggi; pahlawan terhebat Benua Verdentia.

"Kau adalah Bastian Emerson, orang paling kaya di Kota Ashwood?" tanya Dilan dengan ekspresi penasaran. Mereka mengirim Bastian sebagai pelayan setiaku?

"Itu benar, Lord Tertinggi. Mulai saat ini, Anda memegang kendali penuh atas kekayaan saya."

Bastian merupakan orang paling kaya di Kota Ashwood. Dia memiliki lebih dari 55% kekayaan Kota Ashwood. Jika orang lain melihatnya berlutut di depan Dilan, mereka akan jatuh dalam kegilaan. Tokoh paling berpengaruh di Kota Ashwood berlutut di depan seorang pria muda? Itu akan menjadi berita paling menggemparkan.

"Baiklah, sekarang berikan aku satu juta dollar."

Bastian melebarkan matanya karena terkejut. Lord Tertinggi hanya membutuhkan satu juta dollar? Dia diam selama beberapa saat sebelum akhirnya menyerahkan sebuah kartu hitam dengan sedikit corak emas di tengah, "Ada seratus milliar di dalamnya, Lord Tertinggi."

Dilan mengambil kartu itu dengan santai sebelum akhirnya berkata, "Sekarang kau boleh pergi. Aku akan menghubungimu lagi ketika aku membutuhkan bantuan."

Bastian kemudian memberikan anggukan setuju sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah.

Setelahnya, Dilan bertanya, "Siapa namamu?"

Dia bertanya pada cincin yang saat ini telah terhubung langsung ke saraf otaknya. Ini adalah teknologi canggih yang menjadi penghubung antara Dilan dan pemerintah.

[Saya adalah R13, Lord Tertinggi!]

"Cari tahu tentang latar belakang pria bernama Charlie Danver. Aku ingin seluruh informasi tentang dia, sampai yang paling kecil!"

[Diterima, Lord Tertinggi. Informasi sedang dikumpulkan.]

Hanya butuh waktu tiga menit untuk seluruh informasi berhasil dikumpulkan.

[Berhasil, Lord Tertinggi. Apakah Anda siap menerimanya?]

"Ya, lakukan."

Detik berikutnya, seluruh informasi tentang Charlie Danver masuk ke kepala Dilan. Pada titik ini, Dilan tiba-tiba mengepalkan tinjunya dengan keras. Kemarahan yang besar kembali menguasai dirinya.

"Jadi bajingan itu yang menyebabkan restoranku hampir bangkrut?! Dia mengintimidasi semua pelangganku untuk tidak lagi datang ke restoranku?! Terlebih, dia juga dibantu oleh Halton?! Bajingan! Aku akan menghancurkanmu!"

Halton adalah manager di restorannya. Halton telah bekerja untuk kakeknya selama dua belas tahun dan tiga tahun untuk Dilan. Tapi, dia tega menusukku dari belakang?! Fakta ini benar-benar membuat Dilan marah.

Pertama, dia akan membersihkan para tikus kotor di restorannya. Dia tidak membutuhkan mereka.

*

*

*

Keesokan paginya sekitar pukul delapan, Dilan menemukan Chelsea masuk ke dalam rumah. Dia datang dengan gaun hitam panjang yang memamerkan lehernya yang halus dan pinggangnya yang ramping. Dia juga mengenakan riasan halus dan tipis, membuatnya sangat menawan. Di tangan kanannya ada sebuah ransel hitam yang menggembung.

Ketika dia melihat Dilan, dia segera menghampirinya dan berkata dengan senyum hangat, "Aku berhasil mendapatkan tujuh ratus ribu dollar, Sayang."

Dilan melirik tas hitam itu dan penampilan istrinya. Chelsea jarang berpenampilan mempesona seperti ini dan tas hitam itu bukan milik mereka. Bisa dipastikan bahwa istrinya telah menemui seseorang pagi ini untuk meminjam uang itu.

"Kau menemui Charlie?" tanya Dilan dengan dingin.

Melihat wajah Dilan yang dingin dan mengintimidasi, jantung Chelsea berdegup kencang. Namun, dia masih berusaha untuk membalas, "Itu benar, aku meminjam uang ini darinya. Aku tahu kau membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan restoranmu. Jadi aku..."

"Jadi kau berpenampilan cantik untuk menemuinya?" Dilan menyela sembari menunjukkan ekspresi kecewa di wajahnya.

Chelsea membeku selama beberapa saat sebelum akhirnya membalas, "Aku khawatir dia tidak meminjamkan uang itu jika aku berpenampilan buruk. Ini demi..."

"Jadi kau memamerkan pesonamu dan berharap dia akan meminjamkan uang itu? Berapa lama kau berdandan untuknya? Apakah kau memastikan penampilanmu sempurna saat bercermin?!"

Dilan kemudian menghampiri istrinya yang secantik dewi. Bahkan bunga akan terlihat jelek ketika berada di sampingnya.

"Sayang, restoran peninggalan kakekmu sangat penting," kata Chelsea dengan wajah merasa bersalah. Dia tidak punya pilihan selain melakukan ini.

"Apakah Charlie mengatakan kepadamu untuk tidak perlu mengembalikan uang itu? Sebagai gantinya kau hanya perlu menemaninya makan siang, nonton bioskop, atau berbelanja. Kau tentu saja menerima tawarannya, 'kan? Apakah aku benar?" Dilan bertanya dengan tenang.

Chelsea hanya bisa tertunduk dengan wajah pahit. Dilan mengenai sasaran dengan tepat.

Segera, Dilan meraih ransel hitam itu dan membuangnya ke tempat sampah, "Aku tidak membutuhkan ini!"

Apa yang dilakukan oleh Dilan berhasil membuat Chelsea terkejut, "Apa yang kau lakukan, Dilan?! Itu tujuh ratus ribu dollar! Kau membutuhkannya untuk menyelamatkan restoranmu!"

Dilan menatap wajah istrinya dengan tajam saat dia membalas, "Harus kau ketahui bahwa aku tidak membutuhkan istri yang cerdas! Yang aku butuhkan hanyalah istri yang setia!"

Mendengar itu, air mata Chelsea mengalir membasahi pipinya. Apakah Dilan menganggapku berselingkuh?! Apakah dia tahu bahwa ini semua kulakukan demi dirinya?!

"Kita telah bersama selama bertahun-tahun, tapi kau meragukanku, Dilan?! Aku kecewa padamu!"

Chelsea tidak menunggu balasan dari Dilan dan hanya mengambil langkah panjang untuk pergi. Dia bahkan tidak melirik tempat sampah yang berisi tujuh ratus ribu dollar. Dia telah benar-benar kecewa pada Dilan.

Setelah kepergian Chelsea, Dilan mengambil ponselnya dan memanggil Bastian. Dia meminta Bastian untuk mengirim seseorang untuk mengawasi istrinya. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan istrinya.

"Saya lakukan, Lord Tertinggi," balas Bastian dengan nada hormat.

Tepat setelah telepon ditutup, Dilan tiba-tiba menerima panggilan dari Halton. Ini sungguh kebetulan. Dilan ingin memanggilnya sesaat sebelumnya.

"Dilan, datang ke restoran sekarang! Kami sedang menghadapi masalah besar!" kata Halton dengan nada panik begitu panggilan tersambung.

Dilan di sisi lain seketika menunjukkan ekspresi dingin. Bajingan ini masih ingin bermain sampai akhir?!

"Baiklah, aku datang sekarang!"

Setelahnya, Dilan pergi menuju restorannya dengan sepeda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status