Share

162. Semakin Dekat

“Adnan anak yang pinter! Harus baik-baik jaga ibu dan adik Nadhin, ya! Harus patuh dan nurut sama ibu, jangan bikin ibu sedih, okei?” tutur Rayyan.

“Siap, Pak!” Adnan pun lanjut melahap makanannya.

Usai kotak makanan itu kosong tak bersisa, Adnan tampak meneguk minumannya seolah rasa haus telah minggat dari tenggorokannya.

Kini kedua terlibat sunyi kembali. Beberapa siswa dan siswi tampak berlarian ke sana kemari, beberapa memainkan bola sepak, bola basket, dan memakan jajan kantin meskipun dengan berjalan.

Adnan meluruskan kakinya sembari menggerak-gerakkannya pelan.

“Pak Rayyan kalau kangen sama ayah dan ibunya Pak Rayyan, bapak ngapain?” tanya Adnan tiba-tiba tanpa menatap ataupun menoleh ke arah Rayyan.

Pemuda itu pun ikut menyelonjorkan kakinya sebelum akhirnya mendongakkan kepala dengan mata tertutup.

“Waktu kecil, bapak cuma bisa nangis dan marah sama Allah, Adnan. Kalau tidak begitu datang ke makam beliau dan memainkan tanah kuburannya sambil sesenggukan. Pak Rayyan kec
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status