"Oh! Dasar orang Negara Nusantara sialan! Kamu benar-benar cari mati! Berani-beraninya kamu mempermalukan Keluarga Tulipa yang terhormat!"Amarah Dixon benar-benar sudah tersulut oleh Ardika. Ekspresinya berubah menjadi muram, lalu wajahnya makin lama makin memerah."Konsorsium Tulipa sudah memiliki sejarah yang panjang, merupakan salah satu dari sepuluh konsorsium besar Negara Enggrim!""Apa kamu pikir hanya dengan punya dana sebesar puluhan triliun saja, kamu sudah bisa bertindak sesuka hatimu?""Orang kaya baru sepertimu sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Konsorsium Tulipa!"Seperti seekor kelinci yang ekornya diinjak, Dixon berteriak dengan marah ke arah Ardika sambil mengentakkan kakinya dengan kesal.Namun, pelampiasan emosi seperti itu tidak bisa memengaruhi Ardika sama sekali."Ya, terlepas dari apa pun yang kamu katakan, faktanya kamu memang hanya saja 'mengemis'."Ardika melontarkan satu kalimat itu dengan santai, membuat ekspresi Dixon kembali berubah. Dia membuka mu
Dixon yang sebelumnya bersikap sangat arogan di hadapan orang-orang Negara Nusantara lainnya, saat menghadapi teguran dari Amir sekarang, dia malah tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Ya, dia benar-benar tidak berani memprovokasi pria di hadapannya itu.Walaupun dia memang merupakan anggota Keluarga Tulipa, tetapi dia bukan merupakan anggota inti keluarga tersebut.Selain itu, sebelum dia mengunjungi Negara Nusantara, karena melakukan kesalahan, dia sudah dikeluarkan oleh keluarganya. Dengan kata lain, dia sudah tidak bisa bertahan hidup lagi di Negara Enggrim.Sesungguhnya, identitasnya sebagai Keluarga Tulipa tidak banyak membantu.Dia bisa menjalin hubungan baik dengan kedutaan, meminta bantuan dari orang seperti Stalham, sebenarnya berkat bantuan Amir.Sebagai bawahan sekaligus orang kepercayaan Keluarga Mahasura ibu kota provinsi, Amir memiliki relasi yang luas di antara kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Baik orang-orang Negara Nusantara maupun orang-orang asing, semua
"Oke, aku sudah mengerti, Ayah! Ayah tunggu saja kabar baik dariku!"Firza menanggapi ayahnya dengan tidak serius.Sebelum meninggalkan ruangan, dia menoleh dan berkata, "Oh ya, Ayah, hubunganku dengan Teodor cukup baik. Sebelumnya, saat dia dan si Ardika sialan itu terlibat konflik, si Ardika sialan itu hampir kalah telak darinya.""Kalau bukan karena kemunculan Pak Farlin secara tiba-tiba, Kak Teodor pasti sudah berhasil.""Sebelumnya, demi bisa berdamai dengan Grup Hatari, dia telah dikeluarkan oleh perusahaan yang menaunginya. Ayah, tolong bantu dia."Amir enggan menerima kegagalannya kali ini.Saat ini, dia masih sedang memikirkan cara untuk mendapatkan dana sebesar 20 triliun milik Perusahaan Investasi Gilra itu, dia menginginkan dana itu untuk menjadi miliknya.Mendengar ucapan putranya, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan santai."Belakangan ini aku berinvestasi pada sebuah perusahaan media, kebetulan sedang kekurangan artis, suruh saja dia menandatangani kontrak dengan pe
Tina sudah mengetahui kasus Virgoun menginstruksikan karyawan perusahaan untuk menggelapkan dana sebesar puluhan miliar.Hal yang membuatnya marah besar adalah, dia mengetahui masalah sebesar itu dari karyawan Grup Lautan Berlian.Sementara itu, tidak ada seorang karyawan Perusahaan Investasi Gilra pun yang melaporkan hal itu padanya.Kalau sekarang orang yang sedang menjabat sebagai manajer umum adalah orang lain, maka tidak masalah. Selama orang itu tidak bisa menangani masalah dengan baik, dia bisa langsung memecatnya.Namun, masalah orang ini adalah Ardika, pria yang selama ini dianggap remeh oleh Tina.Tina sama sekali tidak beranggapan Ardika mampu menangani masalah itu sendirian, tetapi pria itu malah tidak melaporkan masalah itu padanya sama sekali.Jadi, sudah bisa dibayangkan seberapa marahnya dia saat ini."Bu Tina, Pak Ardika baru saja keluar nggak lama."Begitu mendengar kedatangan Tina, Airin segera menghadap Tina dan menjawab pertanyaan sang presdir."Hmm? Apa dia keluar
Melihat ekspresi bocah itu, Ardika sudah memahami maksud terselubung bocah itu.Dia hanya menjawab dengan santai, "Ya.""Hehe, kulihat kamu benar-benar cari mati!"Hariyo mendecakkan lidahnya dengan meremehkan, lalu berkata dengan arogan, "Apa kamu tahu siapa guruku? Dia bukan preman-preman biasa yang banyak bertebaran di mana-mana. Di seluruh Kota Banyuli, nggak ada seorang pun yang bisa menandinginya!""Aku yakin kalau kamu pergi menemuinya, kamu pasti akan dihajar hingga babak belur. Apa kamu benar-benar yakin mau ikut ke sana?"Dia menatap Ardika dengan sorot mata provokatif, mengulangi pertanyaan yang sama sekali lagi.Ardika tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku menjadi makin penasaran dan ingin melihat sendiri seberapa hebat ahli bela diri itu.""Oke, kalau begitu aku akan membawamu ke sana."Hariyo menggertakkan giginya dengan kesal, lalu berkata dengan tajam, "Aku akan meminta guruku untuk memberi pelajaran padamu, agar kamu tahu harus menghormati orang yang lebih tua!"Ar
“Kak, perkenalkan, mereka adalah senior-seniorku.""Ini adalah Kak Jaiden, ini adalah Kak Lilis ...."Hariyo tampak bersemangat memperkenalkan sekelompok pria dan wanita muda itu kepada Futari.Namun, orang-orang itu menanggapi Hariyo dengan acuh tak acuh. Bahkan, setelah mereka mengetahui identitas Futari, sikap mereka juga sedikit berubah.Lilis, seorang wanita cantik yang parasnya mirip selebriti internet dan mengenakan jaket kulit berwarna merah terang, serta memperlihatkan pinggang rampingnya, sorot matanya yang ditujukannya pada Futari tampak sedikit dingin. Dia tampak memperhatikan Futari dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Dua wanita lainnya juga menunjukkan reaksi yang hampir serupa."Hariyo, kakakmu benar-benar sangat cantik, ya. Mungkin saja setelah hari ini, Kak Hugo akan menjadikanmu sebagai murid inti dan lebih fokus melatihmu lagi."Lilis melontarkan satu kalimat itu sambil tersenyum tipis.Hidung indah Futari sedikit berkerut. Tanpa dia sadari, ucapan wanita itu sud
"Menantu benalu?"Begitu mendengar ucapan Hariyo, reaksi pertama Lilis dan yang lainnya adalah tidak percaya."Hariyo, apa kamu sedang bercanda dengan kami? Pakaian yang dikenakan oleh kakak iparmu pasti nggak murah. Hanya dilihat sekilas saja, sangat jelas pakaiannya murni buatan tangan.""Selain itu, jam tangan bermerek Patek Philippe yang melingkar di pergelangan tangannya itu, paling nggak harganya bernilai 200 juta ke atas. Lagi pula, jam tangan yang dipakainya itu nggak terlihat seperti jam tangan palsu.""Kalau dia benar-benar hanya seorang menantu benalu, bagaimana mungkin dia mendapatkan perlakuan sebaik ini?""Selain itu, dilihat dari aura kakak iparmu ini, dia juga nggak terlihat seperti menantu benalu yang tersiksa."Lilis dan dua wanita lainnya mengungkapkan pemikiran mereka secara bergantian.Dalam benak mereka, seorang menantu benalu tidak akan diberi makan bagus dan pakaian yang bagus, melainkan akan senantiasa ditindas oleh keluarga pihak wanita, sehingga saat berhadap
Beberapa pria dan wanita itu tertawa terbahak-bahak.Adegan Hugo memberi pelajaran pada menantu benalu itu pasti sangat menarik.Ardika mengerutkan keningnya, dia sedang memikirkan apakah dia harus melayangkan satu tamparan ke wajah setiap orang dari sekelompok pria dan wanita muda itu atau tidak.Namun, Futari terlebih dahulu tidak tahan menyaksikan pemandangan itu lagi. Dia membelalak dan berkata, "Memangnya kalian sehebat apa?! Bisa-bisanya kalian menganggap remeh kakak iparku! Kakak iparku juga belum tentu ingin semeja bersama kalian!"Selesai berbicara, dia langsung menoleh dan menendang Hariyo. "Ayo, kita pulang!""Lihatlah orang-orang seperti apa yang kamu kenal ini! Kalau Ayah dan Ibu tahu, mereka pasti akan marah besar padamu!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Jaiden dan yang lainnya langsung berubah menjadi sangat muram.Namun, sebelum mereka sempat berbicara, Hariyo berkata seolah-olah menentang kakaknya, "Aku nggak mau pergi! Guruku masih belum datang!"Menurutnya,
Sebelumnya, Tridon masih enggan tunduk pada Dewa Perang. Dia ingin melatih beberapa orang bawahan yang bisa diandalkan, lalu mencari kesempatan untuk melawan Dewa Perang lagi.Contohnya Musa, itu adalah orang berbakat yang telah dilatihnya dengan mengerahkan seluruh kemampuannya.Namun sekarang, Tridon baru mendapati saat dirinya benar-benar berhadapan dengan sosok Dewa Perang itu, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk merangkak bangkit.Kejadian hari ini membuatnya tidak berani memikirkan niat-niat lain lagi.Tanpa perlu Ardika turun tangan sendiri, Draco, bawahan Ardika sudah menghancurkan tubuh Musa hanya dengan satu tinju saja."Tridon, apa kamu mengira kamu masih bisa bertahan hidup?"Ardika menatap Tridon dengan sorot mata acuh tak acuh, lalu berkata dengan dingin, "Sebagai keturunan Negara Nusantara, kamu nggak mencintai negara ini dan memilih untuk pergi ke negara lain. Aku nggak menyalahkanmu.""Kamu nggak mencintai tanah airmu, tapi juga tolong jangan merusaknya.""Tapi,
Dengan ekspresi sedikit kebingungan dan sedikit tidak rela, orang tersebut terjatuh ke tanah tanpa adanya tanda-tanda kehidupan lagi.Tidak ada yang menyangka Draco tiba-tiba memainkan senjata api.Menghadapi tindakan tegas dan sadis sang Komandan, semua orang ketakutan setengah mati."Kamu!"Ekspresi Chiko langsung berubah menjadi pucat pasi. Dia mendongak, menatap orang di hadapannya itu dengan tatapan terkejut sekaligus marah.Draco menyimpan kembali senjata apinya, lalu berkata dengan dingin, "Bukankah kamu bilang tim tempur Galea ingin mendeklarasikan perang? Sekarang sudah ada sebuah alasan yang sesuai terpampang nyata di hadapanmu.""Aku beri kamu kesempatan untuk menghubungi tim tempur Galea, kamu tanyakan saja pada mereka.""Tanyakan pada Galea, apakah Galea berani mendeklarasikan perang pada Dewa Perang?!"Selesai berbicara, dia langsung melemparkan sebuah ponsel ke dalam pelukan Chiko.Chiko menerima ponsel itu dengan panik. Bagaikan menggenggam sebuah ubi rebus yang panas,
Mencari cara untuk memperoleh keuntungan maksimal, ini adalah tujuan awal orang-orang seperti mereka dalam melakukan segala sesuatu.Selain itu, setelah Tridon menyatakan dengan jelas, kelak mereka bisa bekerja sama dan memperoleh keuntungan bersama, Ardika masih ada alasan apa lagi untuk menyerang mereka.Menyerang mereka tidak akan membawa keuntungan apa pun untuk Ardika."Kalau begitu, Tuan Ardika, apakah sekarang kami sudah boleh pergi?"Chiko kembali mengajukan pertanyaan sambil tersenyum.Ardika melontarkan dua kata tanpa ekspresi. "Nggak boleh.""Tuan Ardika, apa maksudmu?!"Senyuman di wajah Chiko langsung membeku, dia menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Ada apa ini?Dia sudah "menjelaskan" dengan sedemikian jelasnya, Ardika masih tidak bersedia membiarkan mereka pergi?Ardika tidak menanggapi Chiko. Dengan kedua tangan di punggungnya, dia berkata tanpa menoleh ke belakang, "Draco, kamu beri tahu dia.""Beri tahu dia, apakah aku, Ardika, berhak mewakili tim tempur Negara Nu
Karena Ardika berani melontarkan kata-kata seperti itu, itu artinya dia benar-benar sudah melakukan persiapan untuk menghabisi Tentara Bayaran Lane.Kalau tidak, Ardika tidak mungkin tampak begitu tenang, seolah-olah kemenangan sudah ada di tangannya."Ardika, kamu nggak bisa melakukan ini!"Saat ini, Olin selaku Kodam, juga berteriak dengan keras, "Mereka memasuki Negara Nusantara melalui jalur resmi.""Di antara mereka, ada yang bekerja untuk perusahaan keamanan, ada pula yang merupakan karyawan perusahaan asing, serta ada pula yang merupakan perwakilan dari berbagai organisasi yang ditempatkan di Negara Nusantara.""Kalau kamu berani menyentuh mereka, apa kamu nggak takut akan terjadi konflik luar negeri, memicu protes?!"Olin benar.Ada ratusan orang asing yang tinggal di Negara Nusantara dalam jangka panjang, mereka tidak mungkin tidak memiliki identitas legal untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Kalau tidak, terlepas dari seberapa keras upaya mereka untuk menyembunyikan id
Aturan yang berlaku dalam internal Tentara Bayaran Lane adalah aturan tentara militer asing.Mereka hanya akan mendengar perintah dari atasan mereka.Biarpun dia adalah kepala instruktur Tentara Bayaran Lane, orang-orang ini hanya akan melaksanakan perintah dari Chiko, tidak akan mendengarkan sepatah kata pun darinya.Karena itulah, begitu Tridon melihat Chiko, dia segera mengajukan penawaran yang paling besar, mencoba untuk memikat keponakannya itu dengan keuntungan.Hanya dengan cara seperti inilah, kemungkinan besar keponakannya itu akan menyelamatkan nyawanya.Melihat Tridon yang saat ini melihatnya seperti sosok penyelamat, Chiko merasa sedikit kecewa.Pamannya yang satu ini sudah ketakutan setengah mati.Bukan lagi sosok kepala instruktur tentara militer asing yang luar biasa seperti dulu.Namun, tidak peduli Tridon berubah menjadi seperti apa, Chiko juga akan menyelamatkannya.Alasannya sederhana, Tridon bisa membantunya menguasai Keluarga Dougli dan menyerahkan relasi kemiliter
"Kak Ardika, sepertinya si tua bangka itu sedang menelepon memanggil bala bantuan?"Levin menangkap pergerakan Tridon yang diam-diam melakukan panggilan telepon, dia segera melaporkan hal itu pada Ardika.Ardika melambaikan tangannya, menyunggingkan seulas senyum mempermainkan dan berkata, "Nggak apa-apa, biarkan saja.""Sebelumnya hanyalah 'hidangan pembuka', pertunjukan menarik baru dimulai."Tujuan awal Ardika adalah memusnahkan anggota Tentara Bayaran Lane yang telah menyelinap masuk dan bersembunyi di Negara Nusantara.Kalau hanya untuk menghadapi sekelompok preman yang terbiasa menindas yang lemah dan takut pada yang kuat, dia juga tidak perlu mengerahkan Pasukan Drakon dan Pasukan Pengawal Draco.Seolah-olah tidak mendapati Tridon sedang menelepon memanggil bala bantuan, Ardika meminta anggota Pasukan Pengawal Draco untuk melanjutkan "pembersihan" lokasi."Berlutut!""Lempar senjata kalian ke tanah dan angkat kedua lengan kalian ke atas!"Di bawah teguran tajam dan tegas para pr
"Gawat, gawat!"Menyaksikan para pembunuh dunia preman Keluarga Dougli itu sudah mulai ketakutan dan mundur, sekitar seratus orang perwakilan cabang Keluarga Dougli, mulai merasakan tangan dan kaki mereka sedingin es.Orang sebodoh apa pun, saat ini pasti sudah mengerti.Ini adalah sebuah perangkap yang dipasang untuk mereka semua, dengan tujuan untuk melenyapkan kekuatan Keluarga Dougli secara menyeluruh.Namun, mereka malah berinisiatif masuk ke dalam perangkap ini."Aku benci!"Saat ini, ekspresi Tridon tampak ganas, seperti sudah di ambang kegilaan.Tiga raja tentara besar sudah mati.Anak buah lainnya yang dibawanya dari Galea, juga dijadikan sebagai target khusus dan sudah tewas.Pembunuh dunia preman yang mendekati sepuluh ribu orang, juga sudah ketakutan setengah mati dan kehilangan daya tempur.Kalah telak, tidak berlebihan untuk menggambarkan situasinya saat ini.Musnah.Semuanya sudah musnah.Sekarang, dia sudah berubah menjadi sosok pemimpin yang tidak memiliki anak buah.P
"Bam!"Dengan darah terciprat dari tubuhnya, tubuh Musa menghantam tanah dengan keras.Di lokasi benturan tubuhnya, permukaan tanah langsung membentuk sebuah lubang, pecahan-pecahan batu beterbangan dengan ganas ke seluruh arah."Ahhh!"Di bawah tatapan terkejut bukan main orang-orang di sekelilingnya, termasuk Tridon, Musa mengeluarkan suara teriakan kesakitan.Lengannya sudah hancur dan berserakan di tanah.Sementara itu, seperti sebuah batu yang dipecahkan, muncul banyak bekas retakan di tubuhnya.Retakan-retakan itu bahkan sudah menjalar ke area wajahnya, setetes demi setetes darah sudah mengalir. Tak lama kemudian, dia sudah seperti "manusia darah"."Musa!"Tridon berteriak dengan marah.Musa adalah anak buah yang paling diandalkan dan paling penting baginya, tetapi malah dipukul oleh seseorang menjadi seperti ini hanya dengan satu tinju saja.Sekujur tubuhnya terbelah.Membayangkan hukuman kejam membelah tubuh dengan lima ekor kuda zaman dahulu, penderitaan seperti itu bukanlah s
Musa berkata dengan datar, "Kamu sedang mengisyaratkanku untuk nggak membunuhmu?""Baiklah, aku percaya untuk sementara waktu."Selesai berbicara, dia melangkah maju satu langkah.Tidak terlihat dia mengerahkan kekuatannya, tetapi di saat telapak kakinya menyentuh permukaan tanah, tubuhnya langsung condong ke depan, melesat ke arah Draco berdiri.Seperti anak panah yang lepas, kecepatan Musa luar biasa cepat!Dalam sekejap mata saja, dia sudah muncul di hadapan Draco dan mengayunkan lengannya.Pergerakan lengannya ini bahkan lebih cepat dibandingkan tubuhnya, bahkan terdengar seperti melesat menebus udara.Dengan menggunakan tinju tersebut sebagai mata angin, topan tak kasat mata seperti terbentuk di sekitarnya, seakan-akan sedang mengoyak udara dengan ganas!Kalau tinju ini mengenai sasaran, pasti tubuh orang tersebut akan meledak di tempat!"Eh?"Dengan sorot mata sedikit terkejut, sudut bibir Draco terangkat ke atas.Walaupun dia merasa bocah yang satu ini pandai berpura-pura, tetap