Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 938 Guru Hariyo

Share

Bab 938 Guru Hariyo

Author: Sarjana
Tina sudah mengetahui kasus Virgoun menginstruksikan karyawan perusahaan untuk menggelapkan dana sebesar puluhan miliar.

Hal yang membuatnya marah besar adalah, dia mengetahui masalah sebesar itu dari karyawan Grup Lautan Berlian.

Sementara itu, tidak ada seorang karyawan Perusahaan Investasi Gilra pun yang melaporkan hal itu padanya.

Kalau sekarang orang yang sedang menjabat sebagai manajer umum adalah orang lain, maka tidak masalah. Selama orang itu tidak bisa menangani masalah dengan baik, dia bisa langsung memecatnya.

Namun, masalah orang ini adalah Ardika, pria yang selama ini dianggap remeh oleh Tina.

Tina sama sekali tidak beranggapan Ardika mampu menangani masalah itu sendirian, tetapi pria itu malah tidak melaporkan masalah itu padanya sama sekali.

Jadi, sudah bisa dibayangkan seberapa marahnya dia saat ini.

"Bu Tina, Pak Ardika baru saja keluar nggak lama."

Begitu mendengar kedatangan Tina, Airin segera menghadap Tina dan menjawab pertanyaan sang presdir.

"Hmm? Apa dia keluar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 939 Wilayah Kekuasaan Si Gigi Emas

    Melihat ekspresi bocah itu, Ardika sudah memahami maksud terselubung bocah itu.Dia hanya menjawab dengan santai, "Ya.""Hehe, kulihat kamu benar-benar cari mati!"Hariyo mendecakkan lidahnya dengan meremehkan, lalu berkata dengan arogan, "Apa kamu tahu siapa guruku? Dia bukan preman-preman biasa yang banyak bertebaran di mana-mana. Di seluruh Kota Banyuli, nggak ada seorang pun yang bisa menandinginya!""Aku yakin kalau kamu pergi menemuinya, kamu pasti akan dihajar hingga babak belur. Apa kamu benar-benar yakin mau ikut ke sana?"Dia menatap Ardika dengan sorot mata provokatif, mengulangi pertanyaan yang sama sekali lagi.Ardika tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku menjadi makin penasaran dan ingin melihat sendiri seberapa hebat ahli bela diri itu.""Oke, kalau begitu aku akan membawamu ke sana."Hariyo menggertakkan giginya dengan kesal, lalu berkata dengan tajam, "Aku akan meminta guruku untuk memberi pelajaran padamu, agar kamu tahu harus menghormati orang yang lebih tua!"Ar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 940 Wanita Pilihan Hugo

    “Kak, perkenalkan, mereka adalah senior-seniorku.""Ini adalah Kak Jaiden, ini adalah Kak Lilis ...."Hariyo tampak bersemangat memperkenalkan sekelompok pria dan wanita muda itu kepada Futari.Namun, orang-orang itu menanggapi Hariyo dengan acuh tak acuh. Bahkan, setelah mereka mengetahui identitas Futari, sikap mereka juga sedikit berubah.Lilis, seorang wanita cantik yang parasnya mirip selebriti internet dan mengenakan jaket kulit berwarna merah terang, serta memperlihatkan pinggang rampingnya, sorot matanya yang ditujukannya pada Futari tampak sedikit dingin. Dia tampak memperhatikan Futari dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Dua wanita lainnya juga menunjukkan reaksi yang hampir serupa."Hariyo, kakakmu benar-benar sangat cantik, ya. Mungkin saja setelah hari ini, Kak Hugo akan menjadikanmu sebagai murid inti dan lebih fokus melatihmu lagi."Lilis melontarkan satu kalimat itu sambil tersenyum tipis.Hidung indah Futari sedikit berkerut. Tanpa dia sadari, ucapan wanita itu sud

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 941 Aku Memang Seorang Menantu Benalu

    "Menantu benalu?"Begitu mendengar ucapan Hariyo, reaksi pertama Lilis dan yang lainnya adalah tidak percaya."Hariyo, apa kamu sedang bercanda dengan kami? Pakaian yang dikenakan oleh kakak iparmu pasti nggak murah. Hanya dilihat sekilas saja, sangat jelas pakaiannya murni buatan tangan.""Selain itu, jam tangan bermerek Patek Philippe yang melingkar di pergelangan tangannya itu, paling nggak harganya bernilai 200 juta ke atas. Lagi pula, jam tangan yang dipakainya itu nggak terlihat seperti jam tangan palsu.""Kalau dia benar-benar hanya seorang menantu benalu, bagaimana mungkin dia mendapatkan perlakuan sebaik ini?""Selain itu, dilihat dari aura kakak iparmu ini, dia juga nggak terlihat seperti menantu benalu yang tersiksa."Lilis dan dua wanita lainnya mengungkapkan pemikiran mereka secara bergantian.Dalam benak mereka, seorang menantu benalu tidak akan diberi makan bagus dan pakaian yang bagus, melainkan akan senantiasa ditindas oleh keluarga pihak wanita, sehingga saat berhadap

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 942 Kak Ujang

    Beberapa pria dan wanita itu tertawa terbahak-bahak.Adegan Hugo memberi pelajaran pada menantu benalu itu pasti sangat menarik.Ardika mengerutkan keningnya, dia sedang memikirkan apakah dia harus melayangkan satu tamparan ke wajah setiap orang dari sekelompok pria dan wanita muda itu atau tidak.Namun, Futari terlebih dahulu tidak tahan menyaksikan pemandangan itu lagi. Dia membelalak dan berkata, "Memangnya kalian sehebat apa?! Bisa-bisanya kalian menganggap remeh kakak iparku! Kakak iparku juga belum tentu ingin semeja bersama kalian!"Selesai berbicara, dia langsung menoleh dan menendang Hariyo. "Ayo, kita pulang!""Lihatlah orang-orang seperti apa yang kamu kenal ini! Kalau Ayah dan Ibu tahu, mereka pasti akan marah besar padamu!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Jaiden dan yang lainnya langsung berubah menjadi sangat muram.Namun, sebelum mereka sempat berbicara, Hariyo berkata seolah-olah menentang kakaknya, "Aku nggak mau pergi! Guruku masih belum datang!"Menurutnya,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 943 Bagaimana Kalau Dia Tetap Tidak Mau Minum

    Hugo adalah orang yang diandalkan sekaligus merupakan sumber keberanian Jaiden.Saat ini, Hugo sedang berada di lantai atas, jadi sama sekali tidak ada yang perlu ditakutinya."Haha! Ternyata ada orang yang berani menampar wajahku di KTV Jewel!"Pemimpin sekelompok orang preman itu, yang juga dikenal dengan Kak Ujang, saat ini sedang menutupi wajahnya. Saking emosinya, dia malah tertawa dan berkata, "Bocah, kamu tahu nggak, orang yang membuka KTV Jewel adalah bos dari bosku! Kamu benar-benar cari mati!""Bos dari bosmu?"Jaiden mengerutkan keningnya. Detik berikutnya, ekspresinya langsung berubah drastis.Semua orang yang datang bersenang-senang di KTV Jewel, tentu saja tahu tempat ini adalah milik Jinto, kepala preman Kota Banyuli.Biasanya, Jinto sendiri bahkan sering berada di sini.Apa mungkin Ujang adalah anak buah dari anak buah Jinto?!Saat ini, ekspresi semua orang di tempat itu, termasuk Lilis berubah menjadi muram.Tiba-tiba, Jaiden menyadari satu hal. 'Sial! Tadi aku benar-b

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 944 Apa Sekarang Kamu Sudah Melihat dengan Jelas

    "Oke, kalau begitu, aku juga mau lihat apakah kamu berani memerintahkanku untuk minum atau nggak."Ardika melontarkan kata-kata itu dengan acuh tak acuh.Namun, nada bicaranya yang seolah-olah menganggap remeh lawan bicaranya itu, tidak hanya membuat ekspresi Ujang berubah menjadi muram.Tubuh Jaiden dan yang lainnya yang baru saja merangkak bangkit dari lantai juga gemetaran mendengar nada bicara Ardika."Hariyo, cepat suruh menantu benalu itu untuk tutup mulut!""Berani-beraninya kamu menyulut amarah Kak Ujang! Apa kamu ingin mencelakai kami semua?!""Kamu pikir kamu siapa, hah?! Berani-beraninya kamu melawan Kak Ujang!""Kak Ujang, kami nggak mengenal orang ini ...."Lilis dan yang lainnya melontarkan kata-kata makian pada Ardika, mereka semua buru-buru memutuskan hubungan dengan Ardika."Apa? Dia bilang apa?! Kak Ujang nggak berani memerintahnya untuk minum?! Siapa orang ini?! Benar-benar arogan!""Untuk apa beromong kosong lagi dengannya?! Langsung saja hajar orang yang berlagak h

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 945 Hugo Kosasih

    Saking ketakutannya, tubuh Jaiden langsung gemetaran. Dia memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Ujang, apa Kak Ujang tahu identitas orang ini? Dia hanyalah seorang menantu benalu. Kak Ujang nggak perlu mengotori tangan sendiri untuk memberi pelajaran kepada orang sepertinya.""Karena itulah, aku berpikir untuk memberikan bantuan kepada Kak Ujang ...."Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, ucapannya sudah disela oleh teriakan penuh amarah Ujang."Dasar sialan! Pergi sana!"Ujang melayangkan satu tamparan ke wajah Jaiden, sampai-sampai pria itu terjatuh ke lantai. Kemudian, dia menghujani Jaiden dengan tendangan-tendangan dan pukulan-pukulan. "Kamu adalah makhluk sialan! Seluruh keluargamu adalah makhluk sialan!"Jaiden yang tergeletak di lantai berteriak dengan menyedihkan sambil melindungi kepalanya. Saking kesalnya, dia bahkan sudah hampir muntah darah.Tadi dia dihajar oleh Ujang karena dia telah cari mati sendiri dengan memprovokasi pria itu. Namun, mengapa sekarang saat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 946 Arogan

    "Kak Hugo sudah datang, ya."Seharusnya Ujang memang mengenal Hugo. Setelah menyapa Hugo, dia berkata, "Apa beberapa orang ini adalah muridmu?""Murid-muridmu benar-benar arogan, ya. Terutama orang yang bernama Jaiden. Begitu bertemu denganku, tanpa berbasa-basi sama sekali, dia langsung menamparku. Menurutku, dia pantas kuhajar atau nggak?"Jaiden khawatir karena takut pada latar belakang Ujang, Hugo malah menghajarnya lagi.Dia buru-buru mendekati Hugo dan berkata dengan sedih, "Kak Hugo, Hariyo membawa Futari, kakaknya kemari. Tiba-tiba saja, Kak Ujang dan yang lainnya datang dan meminta Futari untuk menemani mereka minum-minum. Kami tahu dia adalah wanita pilihanmu, karena itulah aku terlibat konflik dengannya ...."Begitu mendengar ucapan muridnya, Hugo melirik Futari yang sedang duduk di sofa. Dalam sekejap, tatapannya langsung terpaku pada gadis itu.Sejak berusia belasan tahun, dia sudah memainkan berbagai tipe wanita. Wanita cantik yang ditemuinya bahkan tidak bisa dihitungnya

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2293 Lubang di Dasar Kolam

    Zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang yang tenang dan damai.Persaingan antara ahli fengsui juga sangat sengit, disertai dengan pertumpahan darah.Jadi, kebanyakan formasi yang diatur oleh ahli fengsui sangat berbahaya, sama sekali tidak akan memberikan kesempatan bagi lawan untuk bertahan hidup.Karena orang-orang yang bisa mematahkan formasi dengan kekerasan, juga merupakan ahli bela diri, tetapi bukan berasal dari keluarga atau kalangan sendiri.Bagaimanapun juga, kalau berasal dari kalangan sendiri, akar warisan yang diperoleh sama. Mereka memiliki cara untuk mematahkan formasi tanpa perlu menggunakan pemaksaan.Karena tidak berasal dari kalangan sendiri, maka itu artinya adalah musuh.Tentu saja, makin banyak yang mati, makin baik.Mendengar ucapan Windono, beberapa orang murid Windono langsung memelototi Ardika dengan marah dan berkata, "Eh, bocah, kamu sudah mencelakai adik seperguruan kami! Aku akan menghabisimu!""Kamu pasti sengaja, 'kan?!"Ardika terkekeh pelan dan berkat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2292 Lapisan Pasir Hisap

    "Orang yang nggak jelas asal usulnya sepertimu malah berani nggak menghormati ahli fengsui seratus tahun yang lalu! Memangnya kamu pikir kamu siapa?!""Biksu Karuna memujimu karena berniat untuk memotivasi generasi muda, jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!""Ardika, 'kan? Cepat berlutut di pinggir kolam, minta maaf pada leluhur kami!"Semua murid Windono langsung menunjuk Ardika dan menegurnya dengan marah.Mereka bahkan memintanya untuk berlutut di pinggir kolam dan meminta maaf.Karena fengsui di tempat ini memang diatur oleh leluhur Keluarga Sudrajat, maka dengan seperti ini juga sudah termasuk meminta maaf terhadap leluhur mereka.Ardika menanggapi dengan santai. "Jangankan leluhur kalian itu sudah mati, biarpun dia hidup kembali sekarang dan berdiri tepat di hadapanku, dia juga nggak pantas menerima penghormatan seperti itu dariku.""Guru, bocah ini benar-benar nggak menyesali perbuatannya, berani-beraninya dia bersikap nggak hormat pada leluhur kita! Kita harus member

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2291 Kolam Tidak Boleh Disentuh

    Jace tidak menanggapi ucapan Windono, tetapi ekspresinya sudah memberi tahu Windono jawabannya.Windono berkata, "Pak Jace, aku jujur saja, kakek buyutku pernah meninggalkan pesan bahwa pusat dari fengsui yang diaturnya itu adalah kolam ini.""Dia secara khusus berpesan bahwa apa pun yang terjadi, kolam ini nggak boleh disentuh. Kalau nggak, situasi fengsui akan berbalik, akan menimbulkan konsekuensi yang besar!"Windono berbicara dengan memasang ekspresi serius.Jace melirik Ardika sekilas, lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Pak Windono, bukankah kakek buyutmu sudah terlalu berlebihan?""Sudah sekitar seratus tahun berlalu, apa konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh sebuah fengsui?"Walaupun dia juga memercayai hal-hal seperti ini, tetapi dia meragukan fengsui yang diatur sekitar seratus tahun yang lalu ini masih bisa menimbulkan konsekuensi setelah seratus tahun berlalu.Dibandingkan dengan Windono, dia lebih memercayai ucapan Ardika bahwa ada yang aneh dengan kolam ini.Kal

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2290 Berasal dari Keluarga Ahli Fengsui

    "Pak Windono berasal dari keluarga ahli fengsui. Pak Windono nggak hanya merupakan pimpinan Harven, tapi juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Fengsui Ibu Kota Provinsi!""Beliau sedang bicara dengan Pak Jace, apa hakmu menyelanya?""Apalagi mempertanyakan Pak Windono seperti ini!""Cepat tampar wajahmu sendiri dan minta maaf pada Pak Windono!"Murid wanita itu menegur Ardika dengan ekspresi tegas. Sementara itu, Windono sendiri bahkan tidak melirik Ardika sama sekali."Kamu yang lancang!"Begitu murid wanita itu selesai berbicara, Jace sudah berteriak dengan marah, "Ardika adalah tamu kehormatan yang kuundang kemari, kamu menegurnya seperti ini, aku malah ingin menanyakan padamu memangnya kamu siapa?! Siapa yang memberimu keberanian ini?!""Pak Jace, aku ...."Murid wanita itu malu setengah mati, raut wajahnya tampak memerah.Sangat jelas dia tidak menyangka seorang wali kota seperti Jace akan melindungi orang yang tidak penting itu dengan sedemikian rupanya.Dia menatap Ardika dengan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2289 Pak Windono

    Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2288 Angin Menyatukan Air, Air Menimbulkan Angin

    "Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2287 Kejadian Aneh di Kediaman Keluarga Sinantri

    Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2286 Pertama Kali Bertemu Judian

    Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2285 Manajer Departemen Bisnis

    "Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status